Kelentangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
ss
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
xx
Baris 29:
Sementara itu, terkait ukuran, ''Sulikng Dewa'' juga memiliki ukuran yang variatif, mulai dari yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar. Ukuran kecil biasanya berkisar antara 25 cm dengan diameter 3 cm, sedangkan ukuran besar berkisar antara 40-5- cm dengan diameter 305 cm; sementara ukuran besar berkisar antara 60-60 cm dengan diameter 6-7 cm. Dalam kaitannya dengan instrumen Kelentangan, ''Sulikng Dewa'' memiliki fungsi sebagai pemberi tanda bahwa ''pemeliatn'' akan melakukan prosesi terbang ke langit untuk memenuhi para makhluk halus dan juga untuk membangun suasana yang sakral dan magis.
 
Selain ''Sulikng Dewa,'' instrumen utama yang ada pada Kelentengan adalah instrumen yang juga bernama ''kelentangan.'' Instrumen tersebut digolongkan sebagai [[idiophone]] yang merupakan instrumen melodi yang dominan dalam musik kelentangan. Instrumen itu terbuat dari logam [[perunggu]] yang merupakan warisan dari nenek moyang masyarakat [[Dayak Benuaq]] dan sampai saat ini belum diketahui siapakah pembuat alat musik tersebut. Tidak ditemukannya pembuat alat musik itu berkaitan dengan kondisi lapangan bahwa di [[Kalimantan]] tidak ada tempat pembuatan alat musik berbentuk [[gamelan]]. Kelentangan disebut sebagai instrumen berupa gong kecil berpencon sejumlah enam buah yang berdiameter sekitar 5-3 cm dan diletakkan di sebuah rancaakan dari kayu ulin. Instrumen tersebut menjadi bagian dari perangkat Kelentangan yang dipergunakan oleh masyarakat Dayak Benuaq untuk berbagai kegaiatn, seperti iringan upacara ritual maupun iringan tari yang bersifat hiburan. Berbeda dengan Kelentangan, ''Genikng'' juga digolongkan menjadi instrumen ''idiophone'' namun memiliki diameter lebih besar, yaitu sekitar 50 cm. Meskipun keduanya sama-sama terbuat dari [[logam]], perbedaan ukuran tersebut tentu juga memengaruhi kualitas suara yang dihasilkan. Dalam kaitannya dengan upacara magis ''belian sentiu,'' keberadaan ''Genikng'' juga menjadi sangat penting karena menjadi instrumen yang memiliki nilai magis dan memiliki kekuatan [[spiritual]] untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu saat upacara berlangsung. Keberadaan ''Genik'' juga dinilai sangkat langka, karena tidak seluruh masyarakat [[Dayak]] dapat memilikinya. Hanya orang kaya dan turunan ''Dangut'' saja yang dapat memilikinya.<ref name=":0">Irawati, Eli. 2012. Makna Simbolik Pertunjukan Kelentanan dalam Upacara Belian Sentiu Suku Dayak Benuaq Desa Tanjung Isuy, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Tesis. Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah Mada: Tidak Dipublikasikan </ref>
 
Selain itu, dalam ansambel Kelentangan, instrumen ''gimar'' juga menjadi sangat penting. ''Gimar'' adalah instrumen yang tergolong dalam [[Membranofon]]. ''Gimar'' berbentuk kendang silindris dengan dua membran yang hampir terdapat di seluruh daerah di [[Indonesia]] dan berdiameter 55 cm. Dalam melaksanakan upacara [[Belian Sentiu]]'', Gimar'' yang digunakan adalah sebanyak 2 buah dengan ukuran yang sama. Fungsinya sendiri adalah untuk membawa irama dan juga menambah warna suara yang berbeda dengan instrumen lainnya. Sedangkan bahan yang digunaan untuk membuatnya adalah kayu ulin yang dilubangi bagian tengahnya. Sementara itu, bagian atas dan bawahnya ditutup dengan menggunakan kulit binatang yang telah dikeringkan lalu diberi pantek dari [[kayu]] dan diikat dengan menggunakan tali yang terbuat dari [[rotan]]. Hal itu dilakukan untuk mengikat pantek dan menyetem agar dapat menghasilkan karakter suara seperti yang diinginkan. 
Baris 43:
 
== Persepsi Masyarakat ==
Menurut penelitian Irawati (2012), saat ini eksistensi Kelentangan mengalami kontestasi dalam diri masyarakat [[Dayak Benuaq]]. Hal itu dikarenakan roda kehidupan mereka yang telah dilimpahi [[modernitas]]. Seiring dengan tingkat pendidikan mereka yang maju, kepercayaan-kepercayaan lokal juga kadangkala mengalami pengabaian. Kelentangan yang merupakan instrumen tradisional untuk mengiringi berbagai ritual adat seperti [[Belian Sentiu]] secara tidak langsung juga ikut terpengaruh. Namun demikian, masih banyak di antara mereka yang menjadikan alat instrumen itu dalam beberapa [[ritual]] tertentu. Tujuannya sebagian besar adalah untuk persoalan [[pengobatan]] penyakit, apalagi jika pengobatan secara medis sudah tidak mampu lagi memenuhi harapan mereka. Bagi sebagian dari mereka juga menganggap hal itu sebagai suatu keharusan, karena Kelentangan merupakan warisan [[leluhur]] yang harus dilestarikan dan diikutsertakan dalam berbagai upacara adat. Memainkan Kelentangan merupakan salah satu cara bagi mereka untuk menghormati roh-roh [[leluhur]] agar selalu melindungi keluarga mereka, sehingga mereka diberi keselamatan dan dijauhkan dari berbagai macam wabah penyakit.<ref name=":0" />
 
== Referensi ==