Kelentangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
xx
Abdullah Faqih (bicara | kontrib)
Baris 34:
 
== Lokasi Keberadaan Kelentangan ==
<ref name=":5">{{Cite news|url=https://travel.tempo.co/read/419567/tanjung-isuy-kampung-rawa-oase-mahakam|title=Tanjung Isuy, Kampung Rawa Oase Mahakam|newspaper=Tempo|language=id-ID|access-date=2017-12-15}}</ref>Sebagaimana yang telah disinggung di awal, instrumen Kelentangan salah satunya dimiliki oleh masyarakat [[Dayak Benuaq]] yang bermukim di desa [[Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat|Tanjung Isuy]]. Wilayah tersebut memiliki kontur permukiman yang dikelilingi oleh semak belukar dan hutan [[mangrove]]. Di sana, juga terdapat [[danau Jempang]] serta dikelilingi oleh ladang penduduk serta perkebunan [[kelapa sawit]]. Di dalam hutan tersebut banyak tumbuh tumbuhan-tumbuhan khas tropis seperti [[rotan]], kayu, langsat, durian hutan, cempedak, dan lain sebagainya. Berbagai macam jenis [[fauna]] juga terdapat di sana, seperti ular, biawak, monyet, rusa, buaya, dan berbagai jenis burung. [[Hutan]] yang berada di wilayah itu merupakan milik bersama atau milik adat, karena belum ada yang memilikinya secara personal atau belum ada lembaga bersertifikat yang memilikinya. Hal itu menyebabkan berbagai pihak memiliki kebebasan untuk ikut andil menikmati hasil [[hutan]] yang ada.
 
Sementara itu, di lokasi keberadaan musik Kelentangan tersebut juga terdapat [[Danau Jempang]] yang menjadi penopang kehidupan masyarakat di Desa [[Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat]]. Danau tersebut dilengkapi dengan tanaman [[mangrove]] berikut hutan bakaunya. Perlu diketahui, danau tersebut dikenal sebagai danau terbesar di wilayah Kutai Barat yang menghubungkan wilayah desa [[Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat|Tanjung Isuy]] dengan anak [[Sungai Mahakam]]. Di wilayah tersebut juga terdapat pelabuhan untuk persinggahan kapal-kapal barang yang membawa aneka kebutuhan pokok dan juga hasil hutan untuk dibawa ke [[Kota Samarinda]] maupun untuk dibawa ke wilayah pedalaman di sekitar Kecamatan Jempang.<ref name=":4" />
Baris 40:
Di dalam [[danau]] itu juga terdapat kekayaan [[flora]] dan [[fauna]], seperti ikan air tawar, udang, kepiting, dan juga berbagai macam tanaman palem dan tanaman [[anggrek]] hidup yang menempel di pohon [[mangrove]] di sekitar [[danau]] itu. Selain itu, daerah itu juga dikenal sebagai daerah [[dataran rendah]] sebab menjadi kelanjutan dari lereng bukit-bukit kecil di sekitarnya. Dalam hal kondisi morfologi, wilayah keberadaan Kelentangan itu memiliki suhu udara sekitar 25-30 derajat celcius yang membuat wilayah tersebut berpotensi untuk ditanami berbagai tanaman [[industri]], seperti [[karet]], [[akasia]], dan juga perkebunan [[kelapa sawit]].<ref>Data Kependudukan Desa Tanjung Isuy Tahun 2011.</ref>
 
Masyarakat [[Dayak Benuaq]] yang mendiami wilayah itu memanfaatkan [[ladang]] dan [[kebun]] untuk ditanami palawija dan buah-buahan di pinggir [[danau Jempang]] yang membentuk lahan gambut. Hal itu terjadi ketika [[musim panas]] tiba. Para nelayan di Jempang juga memanfaatkannya untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya menggunakan berbagai macam alat penangkap, seperti lukah, pancing, suar, jala, dan lain sebagainya. Hal itu dikarenakan, [[musim kemarau]] membuat volume air menyusut sehingga proses menangkap [[ikan]] akan menjadi lebih mudah. Selain menangkap [[ikan]] di [[danau Jempang]], musim panas yang mereka nikmati juga dimanfaatkan untuk memanen ikan yang mereka pelihara dalam keramba. Ikan-ikan yang mereka tangkap tersebut kemudian mereka jual ke luar daerah dalam bentuk ikan hidup maupun dalam bentuk ikan yang sudah asin atau pija. Sementara itu, selama musim penghujan, masyarakat [[Dayak Benuaq]] biasanya memanfaatkannya untuk berada di rumah guna menikmati hasil-hasil bumi yang telah mereka dapatkan. Dalam momentum itu, biasanya mereka akan mengadakan upcara adat, baik upacara yang skala besar maupun kecil.<ref name=":5" />
 
== Persepsi Masyarakat ==