Hyang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan referensi dua mata. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 5:
'''Hyang''' (dikenal dalam bahasa [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Kawi|Kawi]], [[Bahasa Jawa|Jawa]], [[Bahasa Sunda|Sunda]], dan [[Bahasa Bali|Bali]]) adalah suatu keberadaan spiritual tak kasat mata yang memiliki kekuatan [[supranatural]]. Keberadaan spritual ini dapat bersifat [[Ketuhanan|ilahiah]] atau [[roh]] [[leluhur]]. Kini dalam [[bahasa Indonesia]] istilah ini cenderung disamakan dengan [[Dewa]], [[Dewata]], atau [[Tuhan]]. Tempat para hyang bersemayam disebut [[Kahyangan]], yang kini disamakan dengan konsep [[surga]].
== Asal mula == (menurut pemahaman orang belanda)
Istilah "hyang" kini lebih sering dihubungkan dengan ajaran [[Hindu Dharma]] yang berkembang di [[Jawa]] kuno dan [[Bali]], tetapi sesungguhnya kata ini memiliki akar yang lebih tua, yakni kepercayaan [[animisme]] dan [[dinamisme]] asli masyarakat [[Austronesia]] yang memuliakan [[roh]] [[nenek moyang]] dan roh kekuatan alam yang menghuni pohon, batu, hutan, gunung, atau tempat-tempat tertentu. Konsep "hyang" berasal dari sistem kepercayaan masyarakat Indonesia asli, bukan berasal dari konsep spiritual Hindu-Buddha [[India]].
Masyarakat di kepulauan Nusantara sebelum masuknya ajaran Hindu, Buddha dan Islam, percaya akan keberadaan suatu entitas tak kasat mata yang memiliki kekuatan gaib yang dapat mengakibatkan hal baik maupun buruk dalam kehidupan manusia. Mereka juga percaya bahwa roh leluhur yang sudah meninggal tidak menghilang dan pergi begitu saja, tetapi turut berperan serta dan memengaruhi kehidupan keturunannya yang masih hidup. Leluhur yang sudah meninggal dianggap memiliki kekuatan supranatural yang mendekati kekuatan para dewa. Karena itulah pemuliaan terhadap leluhur menjadi unsur penting dalam kepercayaan masyarakat asli Indonesia, seperti ditemukan dalam sistem kepercayaan [[suku Nias]], [[Dayak]], [[Toraja]], suku-suku di [[Papua]], dan berbagai suku lainnya di Indonesia.
Pada masyarakat [[Orang Sunda|Sunda]], [[Orang Jawa|Jawa]], dan [[Orang Bali|Bali]] kuno, kekuatan alam tak kasat mata dan roh leluhur ini diidentifikasi sebagai "hyang". Roh leluhur ini menghuni tempat-tempat yang tinggi, seperti [[gunung]] dan bukit. Tempat-tempat ini disucikan dan dimuliakan sebagai tempat [[jiwa]] leluhur bersemayam.
Ini yang versi lain https://ahmadsamantho.wordpress.com/2016/10/04/kapitayan-agama-pertama-di-nusantarabukti-seorang-nabi-pernah-di-utus-di-nusantara/
|