Folklor Maluku: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 3:
== Nenek Luhu ==
Brian
[[Berkas:Nenek Luhu.jpg|thumbjmpl|Nenek Luhu|kiri|150 px]]
 
'''Nenek Luhu''' adalah seorang tokoh yang dikisahkan hilang secara misterius menurut kepercayaan masyarakat Ambon, Maluku, Indonesia.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara">{{cite web|url= http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/199-Nenek-Luhu| title= ''Nenek Luhu''| publisher= Cerita Rakyat Nusantara| accessdate= 1 Meri 2014.10.30}}</ref> Konon katanya pada zaman Belanda, di Negeri Luhu, Pulau Seram, Maluku diperintah oleh seorang raja yang bernama Raja Gimelaha Luhu Tuban yang lebih dikenal dengan nama Raja Luhu.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat">{{cite web|url=http://indofiles.web.id/showthread.php/74803-Kumpulan-Cerita-Rakyat/page4| title= ''Nenek Luhu''| publisher= Indofile| accessdate= 1 April 2014.11.00}}</ref> Sang Raja memiliki seorang permaisuri yang bernama ''Puar Bulan''.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Sang Raja dan Sang Permaisuri dikaruniai 3 orang anak.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Anak sulung adalah perempuan yang bernama ''Ta Ina Luhu'', dan dua anak yang lain adalah laki-laki yang bernama ''Sabadin Luhu'' dan ''Kasim Luhu''.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda">''Rangkuman 100 Cerita Rakyat dari Sabang sampai Merauke'', PT TransMedia, 2013</ref> Ta Ina Luhu memiliki perangai yang baik, penurut, rajin beribadah, mandiri, serta sayang kepada keluarga.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Suatu ketika kabar tentang kekayaan dan ketentraman Negeri Luhu didengar oleh penjajah Belanda yang berkedudukan di Ambon.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Belanda pun menyerang Negeri Luhu dengan persenjataan lengkap.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Raja Luhu dan pasukannya berusaha melakukan perlawanan, tetapi belanda berhasilkan menjatuhkan Negeri Luhu dan menguasainya.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Raja Luhu dan keluarganya serta seluruh rakyatnya tewas dalam pertempuran tersebut.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Satu-satunya orang yang selamat pada saat itu adalah putri raja, Ta Ina Luhu.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Namun, ia ditangkap dan dibawa oleh penjajah Belanda ke Ambon, untuk dijadikan istri panglima perang Belanda.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Dengan penolakkan untuk dijadikan istri, Ta Ina Luhu diperkosa oleh Panglima Belanda.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Karena selalu diperlakukan tidak senonoh oleh panglima tersebut, Ta Ina Luhu berusaha melarikan diri.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" /> Suatu malam, Ta Ina Luhu berhasil melarikan diri dari Kota Ambon.<ref name="Kumpulan Cerita Rakyat" /> Pada malam itu juga Ta Ina Luhu berjalan menuju ke sebuah negeri yang bernama Negeri Soya.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Di Negeri Soya Ta Ina Luhu disambut baik oleh Keluarga Raja Soya, bahkan dianggap sebagai keluarga istana Soya.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Setelah beberapa bulan tinggal di istana Soya, Ta Ina Luhu hamil dan berniat melarikan diri dari istana Soya.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Esoknya, saat suasana istana sedang sepi di malam hari, ia mengendap-endap menuju pintu belakang dan menaiki kuda Sang Raja.<ref name="Irwan Souf dan Shenia Ananda" /> Ia sengaja tak memberitahu kepergiannya kepada keluarga Raja Soya, karena pastinya keluarga Raja Soya tidak akan mengizinkannya.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara" />
Baris 17:
== Asal Mula Telaga Biru ==
 
[[Berkas:Telaga-biru-2-warna.jpg|thumbjmpl|Telaga Biru, Maluku Utara|250px|kananka]]
 
'''Asal Mula Telaga Biru''' adalah cerita rakyat atau legenda yang berasal dari Maluku Utara.<ref name="Marina Asril Reza" /> Di wilayah Gelela, Lisawa, daerah Halmahera Maluku Utara ada sebuah telaga yang dulunya adalah mata air yang berair jernih dan berkilau berwarna biru.<ref name="Marina Asril Reza" /> Pinggiran telaga itu dikelilingi pohon beringin dan bebatuan.<ref name="Marina Asril Reza" /> Setiap daun jatuh di sekitar telaga, daun tersebut seperti dihisap oleh bebatuan, sehingga sekitar telaga tetap terlihat bersih.<ref name="Marina Asril Reza" />