Hamparan Perak, Deli Serdang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Menambahkan tag <references /> yang hilang |
Hidayatsrf (bicara | kontrib) k (via JWB) |
||
Baris 42:
Pada 1526 Haru muncul menjadi yang terkuat di Selat Malaka menyusul pengusiran Sultan Mahmud Syah dari Bintan oleh Portugal. Namun ambisi Haru untuk memperkokoh hegemoninya terganjal oleh Aceh yang sedang di puncak kejayaannya. Catatan Portugal menyebutkan ada dua serangan dari pasukan Aceh pada tahun 1539 dimana raja Haru terbunuh. Istri Raja Haru meminta bantuan Portugal dan Johor (penerus kesultanan Malaka dan Bintan). Pada 1540 Armada Johor menghancurkan armada Aceh di Haru.
Aceh kembali menaklukkan Haru pada 1564. Sekali lagi berkat bantuan Johor, Haru berhasil mendapatkan kemerdekaannya (seperti tercatat dalam Hikayat Aceh dan sumber-sumber Eropa). Namun pada abad akhir ke-16, Haru hanya menjadi pion dalam perebutan pengaruh antara Aceh dan Johor. Kemerdekaan Haru benar-benar berakhir pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda dari Aceh yang naik
'''Asal Usul nama Hamparan Perak dan hubungannya dengan Deli. '''
Baris 52:
Si Singamangaraja (diperkirakan sbg Ayah dari SM Raja I) adalah raja yang berkuasa di Bakkara. Beliau menikahi Pawang Najeli yang merupakan putri Jalipa, seorang tokoh besar. Dari perkawinannya tersebut SM Raja memperoleh dua orang anak. Yang Pertama bernama Tuan Menjolong dan anak kedua diberi nama Tuan Si Raja Hita.
Sebagai anak pertama, Tuan Menjolong otomatis dinobatkan sebagai penerus
Di Tanah Karo, tepatnya di Gunung Sibayak, Si Raja Hita kehilangan neneknya secara misterius. Dengan masygul dia kembali ke Bakkara, menikah dan membuat perkampungan di Pakan. Di sini ke 3 anaknya lahir. Masing-masing diberi nama Patimpus, Pakan dan Balige.
Baris 76:
Patimpus menyambut kedatangan anaknya dengan penuh sukacita. Beliau mengumpulkan seluruh kaumnya dari pesisir hingga ke gunung untuk merayakan keberhasilan anaknya dalam menuntut ilmu di Aceh. Namun tak berapa lama kemudian Patimpus pun meninggal dunia dan dimakamkan di Pulau Bening (belakangan para ahli dari Unimed menyatakan telah menemukan makam Guru Patimpus di Hamparan Perak).
Hafdza Tua tidak berminat menjadi penerus
Setelah Hafdza Muda meninggal dunia, kekuasaan beralih ke tangan anaknya yang bernama Muhammad Syah. Dia mempunyai 3 anak masing-masing bernama Masanah, Ahmad dan Mahmud.
Baris 86:
Setelah kematian Datuk Mahmud, anaknya yang pertama yang diberi gelar Datuk Ali mengalihkan pusat pemerintahan ke Bulu Cina. Dia mempunyai 2 anak. Yang tua bernama Banu Hasyim sedangkan yang kecil seorang perempuan yang diberi nama Bujang Sembah yang kelak menikah dengan Sultan Amaluddin.
Banu Hasyim membuat perkampungan di Pangkalan Buluh. Dan sepeninggal Datuk Ali, Banu Hasyim mengambil alih
Generasi ke 5 dari Patimpus ini mempunyai 3 orang anak. Masing-masing bernama Sultan Ahmad, Seri Kemala dan Seri Banun.
Baris 96:
Karena Pangkalan Buluh tenggelam Datuk memindahkan istananya ke Sei Lama. Namun tak berapa lama tempat itu pun tenggelam pula. Pindahlah Datuk Setia Raja membuat kampung di tempat lain. Konon pada saat membuka perkampungan tsb, Datuk Setia Raja menemukan selembar perak yang terhampar di situ. Itulah sebabnya kenapa tempat ini disebut sebagai Hamparan Perak.
Dari cerita di atas dapat kita simpulkan bahwa Datuk Setia Raja adalah pendiri kampung Hamparan Perak. Beliau meninggal dalam usia 119 tahun. Beliaulah datuk pertama yang menetap di Hamparan Perak. Kemudian secara beruntun diteruskan oleh Datuk Adil, Datuk Gombak, Datuk Hafiz Haberham, Datuk Syariful
# Si Singamangaraja
# Tuan Si Raja Hita
Baris 109:
# Datuk Gombak
# Datuk Hafiz Haberham
# Datuk Syariful
# Datuk Adil Freddy Haberham
Sampai saat ini Sepuluh Dua Kuta masih eksis dan dijabat oleh Datuk Adil Freddy Haberham, meski kekuasaannya hanya dalam lingkup adat resam melayu saja yang bersama tiga datuk lainnya berhak mengangkat Sultan Deli. Sementara sebelas kuta yang lain tidak dapat kita ketahui perkembangannya kecuali sedikit. Bagi yang berminat silakan menelusuri kuta-kuta peninggalan Patimpus di bawah ini :
Baris 159:
Nienhuys bertahan di Deli dan berkenalan dengan Sultan Mahmud Perkasa Alam. Akhirnya Nienhuys diberikan hak pakai lahan selama 20 tahun tanpa perjanjian sewa. Lokasinya berada di Tanjung Sepassai seluas 4.000 bahu. Satu bahu sama dengan 8.000 meter bujur sangkar. Dari sinilah sejarah perkebunan Deli dimulai. Tidak butuh waktu yang lama, Tanah Deli menjadi primadona. Pengusaha, penanam modal maupun buruh kasar dari seluruh dunia berbondong-bondong datang ke Deli.
Karena kemajuan yang demikian hebat, istana Sultan pun dipindahkan dari Kampung Bahari (Labuhan) ke Medan, menyusul selesainya pembangunan Istana Maimoon pada 18 Mei 1891. Kewibawaan Sultan sama sekali tidak jatuh. Tanah yang digarap pengusaha Belanda dan yang kemudian dijadikan sebagai gementee Medan, merupakan tanah hibah dari Sultan Deli, berdasarkan
Sejak saat itu Belanda mengembangkan Kotapraja Medan sebagai pusat politik maupun ekonominya. Medan pun menjadi salah satu kota terkemuka di Asia pada masa itu. Pada saat yang sama Hamparan Perak masih berwajah yang sama ketika dipimpin oleh Raja-raja Wazir XII Kuta. Tidak ada geliat kemajuan yang berarti.
|