Arsyad Thawil al-Bantani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 63:
{{main|Geger Cilegon 1888}}
Pada tahun 1311 [[Hijriyah]]/1893 [[Masehi]], Syekh Arsyad Thawil pulang ke tanah kelahirannya, [[Banten]]. Pada saat itu Banten sedang dihadapi bencana besar, setelah [[Letusan Krakatau 1883|Letusan Gunung Krakatau tahun 1883]] yang merenggut setidaknya 36.417 korban jiwa, kemudian disusul dengan terjadinya wabah penyakit hewan pada tahun [[1885]], pada saat itu pula masyarakat percaya akan tahayul dan perdukunan. Tak hanya itu, penjajah [[Belanda]] kemudian membuat masyarakat Banten semakin tertekan dengan hukukam-hukuman yang diberikan kepada rakyat secara tidak adil. Kemudian para alim ulama dan petani sepakat untuk melakukan perang total dengan pihak kolonial Belanda yang kemudian disetujui oleh Syeikh Nawawi al-Bantani di Mekkah dan beberapa ulama lainnya. Secara serentak kaum muslimin ikut mengangkat senjata dalam jihad tersebut, termasuk Syekh Arsyad Thawil. Syekh Arsyad termasuk tokoh utama dalam pertempuran [[Geger Cilegon 1888]] Sehingga ia menjadi ulama paling dicari oleh pihak kolonial. Akibat pemberontakan itu Belanda kemudian menangkap ulama-ulama Banten lalu mengasingkannya (semua pemimpin yang diasingkan berjumlah 94 orang). Beberapa yang diasingkan diantaranya: Haji Abdurrahman dan Haji Akib dibuang ke [[Banda]], Haji Haris ke [[Bukittinggi]], Haji Arsyad Qashir ke [[Buton]], Haji Ismail ke [[Flores]], Syekh Arsyad Thawil sendiri lalu dibuang ke [[Manado]], [[Sulawesi Utara]]. Selainnya kemudian dibuang ke [[Tondano]], [[Ternate]], [[Ambon]], [[Kupang]], dan kota lainnya.
== Aktivitas ==
=== Di Mekkah ===
|