Menambahkan tentang solusi pada sampah makanan di Indonesia, yaitu organisasi sosial yang mengumpulkan makanan berlebih untuk diberikan pada yang membutuhkan.
Sampah makanan seperti biji [[salak]] dapat diolah menjadi bahan kerajinan.<ref>{{cite news|url = http://www.antaranews.com/berita/441502/uny-kembangkan-sandal-terapi-rematik-biji-salak|title = UNY kembangkan sandal terapi rematik biji salak|publisher = Antara|date = 29 Juni 2014}}</ref> Kulit buah [[manggis]] juga dapat diolah menjadi makanan.<ref>{{cite news|url = http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2118180/kini-kulit-manggis-bisa-jadi-es-krim#.U7525fsoO4M|title = Kini Kulit Manggis Bisa Jadi Es Krim|publisher = Inilah|date = 10 Juli 2014}}</ref>
=== Organisasi Sosial untuk Pengurangan Sampah Makanan ===
Untuk menangani permasalahan sampah makanan di Indonesia, muncullah beberapa lembaga swadaya masyarakat atau organisasi non-profit yang berusaha untuk mengurangi jumlah makanan terbuang. Salah satunya yaitu [http://www.thehungerbank.wix.com/indonesia The Hunger Bank Indonesia]. Berawal dari Bandung, organisasi ini berusaha mengurangi sampah makanan dengan cara mengumpulkan makanan berlebih dari berbagai sumber (seperti restoran, hotel, acara kampus, acara pernikahan) untuk dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Target utamanya adalah masyarakat tunawisma, pemulung, dan fakir miskin yang belum bisa mendapatkan makanan layak setiap harinya.
Dalam prosesnya, [http://instagram.com/hungerbank The Hunger Bank] selalu memastikan untuk mengecek kualitas makanan yang disumbangkan oleh donatur. Hanya makanan yang masih segar, masih layak, dan halal yang bisa dibagi-bagikan kepada yang membutuhkan. Donatur hanya perlu menelepon atau menghubungi The Hunger Bank, maka tim dari The Hunger Bank akan menjemput makanan berlebih tersebut.
Saat ini, gerakan The Hunger Bank telah menyebar ke beberapa kota besar, yaitu Bandung, Jakarta, Solo, Semarang, Yogyakarta, Bogor, Malang, Jambi, dan Manado.