Kapal induk Jepang Ryūhō: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 13:
| Ship operator=[[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]]
| Ship awarded=
| Ship builder= [[YokosukaArsenal NavalAngkatan ArsenalLaut Yokosuka]]
| Ship original cost=
| Ship yard number=
Baris 106:
{{nihongo|'''''Ryūhō'''''|龍鳳||"Dragon phoenix"}} pertama kali terlahir sebagai Submarine Tender {{nihongo|'''''Taigei'''''|大鯨, "Big Whale" }} pada tahun 1934, tugas utama Taigei yang sering dipanggil sebagai 'Mama Paus' karena asal namanya ini adalah menjadi kapal pemimpin sekaligus pendukung para kapal selam dalam hal pasokan amunisi dan dilengkapi dengan fasilitas pesawat pengintai untuk membantu armada nya mengetahui lokasi musuh terlebih dahulu dari udara.
 
Setelah kesuksesan [[Pengeboman Pearl Harbor|penyerangan Kekaisaran Jepang ke Pearl Harbor]] pada 7 Desember 1941, Taigei pun direncanakan untuk segera dikonversi menjadi Light[[kapal Aircraftinduk Carrierringan]]. Namun, karena adanya peristiwa Doolittle Raid di Tokyo pada 18 April 1942 sebagai balasan Amerika Serikat atas penyerangan tersebut, Taigei ikut mengalami kerusakan dan konversinya pun mengalami kemunduran.
 
Setelah dikonversi menjadi kapal pembawa pesawat ringan, namanya berubah menjadi Ryūhō (arti: Naga-Phoenix) dengan harapan bahwa dirinya akan membawa keberuntungan. Pertarungan terbesarnya terjadi di peristiwa First Battle of Philiphine Sea atau lebih dikenal sebagai tragedi Marianas Turkey Shoot pada 19 Juni 1944, dimana pada saat itu kekuatan tempur udara Kekaisaran Jepang jatuh secara signifikan setelah sebagian besar pilot veteran dan pesawat yang bagus tertembak jatuh. RyuuhouRyūhō sendiri lolos dari tragedi itu dengan sedikit kerusakan yang tak berarti.
 
Misi terakhirnya yang signifikan terjadi pada 31 Desember 1944 dimana ia harus membawa 58 pesawat Ohka Kamikaze yang dilatihnya sendiri untuk menyerang Amerika Serikat di Taiwan, dan di sana Ryūhō merupakan satu-satunya kapal pembawa pesawat dan harus memimpin penyerangan tersebut bersama lima kapal destroyer dan sembilan kapal tanker kosong yang juga harus dilindunginya sampai lolos ke Singapura dan Hindia Belanda sembari menyerang Taiwan. Dua belas TBF Avenger milik Amerika yang mengeroyoknya pun tetap tak mampu menenggelamkan Ryūhō pada saat itu. Sejak tahun 1945 itulah, Ryūhō resmi disebut sebagai kapal pembawa pesawat terakhir wilayah Kekaisaran Jepang yang berlayar ke luar wilayah perairan daratan utama.