Bidadari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
Geleri: koreksi typo link
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{disambiginfo}}
[[Berkas:Golden Celestial Nymph of Majapahit.jpg|right|thumb|upright|''Bidadari Majapahit'' yang anggun, ukiran [[emas]] ''[[apsara]]'' (bidadari surgawi) khas [[Majapahit]].]]
[[Berkas:Longmen-apsara-near-jingshansidong.jpg|right|240px|thumb|Patung bidadari di [[Gua Longmen]], kota [[Luoyang]], [[TiongkokCina]].]]
[[Berkas:Apsara relief.jpg|right|240px|thumb|Relief bidadari yang ditemukan di [[Angkor Wat]], [[Kamboja]].]]
 
'''Bidadari''' {{([[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: विध्यधरी|Vidhyadharī}} ; ''vidhyadharī'') atau '''Apsara''' {{([[Bahasa Sanskerta|अप्सराः|Apsarāḥ}}Sanskerta]]: अप्सरा; ''apsarāḥ'') adalah makhluk gaib berwujud [[manusia]] berjenis kelamin [[perempuanwanita]], yang menghunitinggal alamdi para[[kahyangan]] atau [[dewasurga]], menurutdalam kepercayaan [[Hinduisme|Hindu]] dan [[Buddhisme|BuddhaIslam]]. Tugas dan fungsi mereka, menurut agama Hindu, adalah menjadi penyampai pesan para [[dewa]] kepada manusia, sebagaimana para [[malaikat]] dalam kepercayaan [[Semit]]. AdakalanyaAda kalanya mereka diutus untuk menguji sejauh mana ketekunan seseorang ([[pria]]) dalam bertapa, dengan cara mencoba membangunkan para petapa dari [[tapa]] mereka. Para bidadari memanfaatkan kecantikan fisik mereka untuk menguji para petapa. Tapi dalam Islam, bidadari akan menjadi istri-istri bagi orang-orang beriman yang masuk [[surga]] atau [[jannah]]
 
== Penampilan Jasmani ==
Dalam ajaran [[Islam]], terdapat konsep yang mirip yaitu [[huur]], yaitu wanita surgawi akan menjadi istri-istri bagi orang-orang beriman yang masuk [[jannah]].
Dalam penampilan fisik, bidadarimereka memang dilukiskan sebagai sosok yang sangat cantik jelita dan sempurna tanpa cela. Tak jarang mereka diberikan kepada seseorang untuk diperistri sebagai hadiah atas jasa mereka melakukan sesuatu yang luar biasa demi kebaikan, misalnya dalam legenda [[Arjuna]] yang dijodohkan dengan bidadari [[Supraba]] setelah berhasil menumpas [[Niwatakawaca]] yang meneror para [[dewa]] dan manusia.
 
== Istilah bidadari ==
<!--
[[Berkas:Apsara relief.jpg|right|240px|thumb|Relief bidadari yang ditemukan di [[Angkor Wat]], [[Kamboja]].]]
Kata "bidadari" dalam [[bahasa Indonesia]] dipengaruhi oleh [[bahasa Sanskerta]], begitu pula [[bahasa Jawa]] dan [[bahasa Bali|Bali]]. Dalam tradisi Jawa, bidadari yang juga disebut ''hapsari'', juga disebut ''widodari'', sedangkan dalam [[bahasa Bali]], bidadari atau apsari dikenal dengan sebutan ''widyadari'' atau ''dedari''. Istilah ''widodari'' dari Jawa dan ''widyadari'' / ''dedari'' dari Bali, berasal dari kata ''vidhyadhari'' dalam [[bahasa Sanskerta]]. ''Vidhya'' berarti "[[pengetahuan]]", sedangkan ''dharya'' berarti "pemilik", "pemakai" atau "pembawa". Istilah ''Vidhyadhari'' tersebut kemudian dikenal sebagai "bidadari" dalam [[bahasa Indonesia]] modern.
 
UNTUK PENJELASAN LEBIH LANJUT, BACA:
Orang [[Sunda]] menyebut bidadari dengan nama ''Pohaci''. Dalam [[agama Hindu]] dan [[Buddha]], mereka lebih dikenal sebagai ''apsara''.
 
* ENSIKLOPEDIA INDONESIA. PENERBIT: N. W. VAN HOEVE. TH 1950-an.
== Deskripsi ==
* KAMUS NAMA-NAMA SANSKERTA-INDONESIA. PENERBIT: PARAMITHA.
Dalam penampilan fisik, bidadari dilukiskan sebagai sosok yang sangat cantik jelita dan sempurna tanpa cela. Tak jarang mereka diberikan kepada seseorang untuk diperistri sebagai hadiah atas jasa mereka melakukan sesuatu yang luar biasa demi kebaikan, misalnya dalam legenda [[Arjuna]] yang dijodohkan dengan bidadari [[Supraba]] setelah berhasil menumpas [[Niwatakawaca]] yang meneror para [[dewa]] dan manusia.
 
-->
== Mitologi Hindu ==
Kata "bidadari" dalam [[bahasa Indonesia]] dipengaruhi oleh [[bahasa Sanskerta]], begitu pula [[bahasa Jawa]] dan [[bahasa Bali|Bali]]. Dalam tradisi Jawa, bidadari yang juga disebut ''hapsari'', juga disebut ''widodari'', sedangkan dalam [[bahasa Bali]], bidadari atau apsari dikenal dengan sebutan ''widyadari'' atau ''dedari''. Istilah ''widodari'' dari Jawa dan ''widyadari'' / ''dedari'' dari Bali, berasal dari kata ''vidhyadhari'' dalam [[bahasa Sanskerta]]. ''Vidhya'' berarti "[[pengetahuan]]", sedangkan ''dharya'' berarti "pemilik", "pemakai" atau "pembawa". Istilah ''Vidhyadhari'' tersebut kemudian dikenal sebagai "bidadari" dalam [[bahasa Indonesia]] modern.
 
Orang [[Sunda]] menyebut bidadari dengan nama ''Pohaci''. Dalam [[agama Hindu]] dan [[Buddha]], mereka lebih dikenal sebagai ''apsara''.
 
== MitologiBidadari menurut Hindu ==
[[Berkas:Uttar Pradesh Apsara.jpg|right|240px|thumb|Patung bidadari yang dibuat pada abad ke-12, dari [[Uttar Pradesh]], [[India]].]]
=== ''Regweda'' ===
Dalam ''[[Regweda]]'' ada cerita tentang seorang bidadari yang merupakan istri seorang [[bidadara]]; namun, ''Regweda'' juga mengakui keberadaan bidadari yang jumlahnya lebih dari satu. Bidadari yang paling istimewa bernama [[Urwasi]]. Ada sebuah [[himne]] yang mengandung percakapan antara Urwasi dan kekasihnya yang tak kekal bernama [[Pururawa]]. Kemudian, banyak [[sastra Hindu]] yang menyatakan adanya banyak bidadari, yang bekerja sebagai dayang-dayang [[Indra]] atau sebagai penari di [[kahyangan]].
 
=== ''Mahabharata'' ===
Pada kisah-kisah yang terkandung dalam ''[[Mahabharata]]'', bidadari muncul sebagai peran pembantu yang utama. [[Wiracarita]] tersebut mengandung beberapa daftar tentang bidadari terkemuka, namun tidak selalu sama. Ada sebuah daftar bidadari dalam ''Mahabharata'', yang juga memberikan deskripsi bagaimana aksi penari kahyangan saat muncul ke hadapan penghuni dan tamu kahyangan:
 
Baris 27 ⟶ 34:
Kitab ''Mahabharata'' juga menceritakan tindakan berani yang dilakukan oleh bidadari, seperti misalnya [[Tilottama]], yang menyelamatkan dunia dari keganasan dua raksasa bersaudara, Sunda dan Upasunda. Selain itu ada kisah [[Urwasi]], yang mencoba merayu [[Arjuna]].
 
Kisah maupun tema yang sering muncul dalam ''Mahabharata'' adalah tentang seorang bidadari yang dikirim untuk merayu seorang pertapa atau [[rohaniwan]] dari pertapaannya yang khusuk. Sebuah kisah yang mengandung tema seperti ini, dinarasikan oleh seorang wanita bernama [[Sakuntala]] untuk menceritakan asal -usulnya.
=== ''Natyasastra'' ===
 
=== Natyasastra ===
''[[Natyasastra]]'', kitab untuk mempelajari [[drama]] dalam [[bahasa Sanskerta]], memiliki daftar bidadari: Manjukesi, Sukesi, Misrakesi, Sulocana, Sodamini, Dewadatta, Dewasena, Manorama, Sudati, Sundari, Wigagda, Wiwida, Budha, Sumala, Santati, Sunanda, Sumuki, Magadi, Arjuni, Sarala, Kerala, Dreti, Nanda, Supuskala, Supuspamala dan Kalaba.
 
== Bidadari dalam seni rupa dan pertunjukan ==
== Dalam kesenian ==
[[Berkas:Bali-Danse 0704a.jpg|left|240px|thumb|Tari [[Legong]] dari [[Bali]], menampilkan wanita yang berperan sebagai bidadari.]]
 
=== Bidadari dalam budaya Indonesia ===
Gambar bidadari ditemukan dalam beberapa [[kuil]]/[[candi]] dari zaman Jawa Kuno, sekitar masa [[Sailendra|wangsa Sailendra]] sampai [[kerajaan Majapahit]]. Biasanya gambar mereka tidak ditemukan sebagai motif penghias, namun sebagai ilustrasi sebuah cerita dalam wujud relief, contohnya di [[Borobudur]], [[Candi Mendut|Mendut]], [[Prambanan]], [[Candi Plaosan|Plaosan]], dan [[Candi Penataran|Penataran]]. Di Borobudur, bidadari digambarkan sebagai wanita kahyangan yang cantik, dan digambarkan dalam posisi berdiri maupun terbang, biasanya memegang [[teratai]] yang mekar, menaburkan kelopak bunga, atau menenun pakaian kahyangan yang mampu membuat mereka terbang. [[Candi Mendut]] di dekat Borobudur menggambarkan sekelompok ''dewata'', makhluk surgawi yang beterbangan di kahyangan, termasuk bidadari.
Secara tradisional, bidadari digambarkan sebagai wanita kahyangan yang menghuni surga [[Dewa (Hindu)|Dewa]] [[Indra]] ([[bahasa Jawa|Jawa]]: ''Kaéndran''). Mereka dikenal sebagai pelaksana tugas istimewa, yaitu dikirim ke bumi oleh Indra untuk merayu, menggoda dan menguji keimanan para pertapa yang mungkin berkat tapa, mereka dapat memperoleh kekuatan melebihi para dewa. Tema ini sering muncul dalam tradisi [[Jawa]], misalnya ''[[Kakawin Arjunawiwaha]]'', ditulis oleh [[Mpu Kanwa]] pada tahun 1030, selama masa pemerintahan Raja [[Airlangga]]. Kisah itu bercerita tentang [[Arjuna]], yang sedang berusaha mengalahkan raksasa [[Niwatakawaca]], mencoba bertapa dan ber[[meditasi]]. Maka dari itu, Indra mengirim beberapa apsara untuk mengujinya. Bagaimanapun juga, Arjuna dapat mengendalikan nafsunya dan kemudian memperoleh senjata sakti dari para dewa untuk mengalahkan sang raksasa.
[[Berkas:Apsara Borobudur.jpg|right|200px|thumb|Relief bidadari, atau wanita surgawi, di Candi [[Borobudur]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].]]
 
Tradisi [[Agama Hindu|Hindu]]-[[Agama Buddha|Buddha]] di [[Jawa]] juga memengaruhi [[Bali]]. Dalam tarian Bali, tema tentang wanita kahyangan sering muncul. Tarian seperti misalnya [[Sang Hyang Dedari]] dan [[Legong]] menggambarkan wanita kahyangan menurut cara mereka. Di keraton [[Kesultanan Mataram]], tradisi menampilkan penari kahyangan dalam tarian masih tetap ada dan tetap bagus. Tarian [[Tari Bedhaya|Bedhaya]] di keraton-keraton Jawa menampilkan bidadari.
 
=== Bidadari dalam kesenian dan arsitektur Kamboja ===
[[Berkas:Apsara frame 8.jpg|right|thumb|Seniman Kamboja mempertunjukkan Tari Khmer Klasik bulan Januari 2007 di [[Siem Reap]].]]
Bidadari merupakan motif yang utama pada [[relief]] di kuil-kuil [[Angkor]] di [[Kamboja]]. Lukisan di kuil seringkali dibedakan menjadi dua macam penghuni kahyangan: Gambaran sosok makhluk yang menari atau dalam posisi tari, disebut "bidadari"; dan penggambaran sosok yang tegak berdiri, menghadap ke depan, dalam sikap selayaknya penjaga kuil, disebut "dewata".
 
Ukiran bidadari biasanya ditemukan di [[Angkor Wat]], kuil [[Angkor]] kuno yang terbesar. Para sarjana telah menghitung ada lebih dari 1.860 ukiran pada monumen [[abad ke-12]] tersebut. Beberapa diukir pada pilar, beberapa pada tembok, kadang terletak di menara. Penelitian yang diumumkan pada tahun [[1927]] oleh [[Sappho Marchal]] telah mencatat perbedaan yang menarik tentang rambut, hiasan kepala, kain, permata dan bunga-bunga hiasan, yang disimpulkan oleh Marchal bahwa itu dibuat sesuai dengan kehidupan masyarakat selama zaman Angkor.
 
=== Tarian Khmer klasik ===
[[Berkas:Apsara frame 8.jpg|right|thumb|275px|Seniman Kamboja mempertunjukkan Tari Khmer Klasik bulan Januari 2007 di [[Siem Reap]].]]
[[Tarian Khmer klasik]], yaitu seni pertunjukan seperti balet asli dari [[Kamboja]], seringkali disebut "Tarian Bidadari". Konon tarian Khmer kalsik pada zaman sekarang dihubungkan dengan tradisi menari di istana raja-raja [[Angkor]], yang terinspirasi dari mitologi tentang istana para dewa di kahyangan dan penarinya adalah para bidadari.
=== Bidadari dalam kesenian Champa ===
Bidadari juga merupakan motif yang penting dalam kesenian [[kerajaan Champa|Champa]], tetangga [[Angkor]] pada zaman pertengahan, terletak di sebelah timur sepanjang pantai yang sekarang dikenal sebagai [[Vietnam]] Tengah. Yang istimewa adalah penggambaran bidadari menurut [[aliran Tra Kieu]], aliran seni yang berkembang antara [[abad ke-10]] sampai [[abad ke-11]] [[Masehi]].
 
== GeleriBidadari menurut Islam ==
Umat Islam meyakini adanya bidadari, istilah ''Huurin `Iin'' dalam [[al-Quran]], diterjemahkan sebagai bidadari yang bermata jeli,<ref>"...dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli." (Al-Waqi’ah 56:22)</ref> mereka digambarkan selalu perawan, dengan umur sebaya yang diciptakan langsung tanpa proses kelahiran,<ref>''Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (wanita surga) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Al-Waqi’ah 56:35-37)</ref> dan digambarkan payudara mereka padat dan fisik mereka seperti gadis remaja.<ref>"(Bagi penghuni surga para bidadari) yang buah dada mereka bulat melingkar serta remaja yang sebaya." (An-Naba' 78:33)</ref>
<gallery widths=200 heights=180>
 
File:13._Khajuraho_Devi_Jgadambi_apsara.jpg|Relief apsara di Kuil Devi Jagadambi, [[Khajuraho]], [[India]].
Memiliki kulit putih, bening, bersih dan lembut yang sempurna, diibaratkan seperti telur yang tersimpan dengan baik, dan ibaratkan pula para bidadari itu seperti permata [[yakut]] dan [[mutiara]]. Dijelaskan pula bahwa para bidadari itu sangat sopan, selalu menundukkan pandangannya, mereka tidak pernah disentuh oleh bangsa [[manusia]] atau [[jin]].<ref>“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (Ar-Rahman 55:56)</ref>
Berkas:Apsara Borobudur.jpg|Relief bidadari, atau wanita surgawi, di Candi [[Borobudur]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
Berkas:Longmen-apsara-near-jingshansidong.jpg|Patung bidadari di [[Gua Longmen]], kota [[Luoyang]], [[Tiongkok]].
File:Apsara_yulin_cave.jpg|Lukisan apsara di [[Gua Yulin]], dekat Dunhuang, [[Tiongkok]].
</gallery>
 
== Lihat pula ==
* [[Tari Dewi Apsara]]
* [[Malaikat]]
* [[Bidadara]]
Baris 69 ⟶ 73:
* [[Nimfa]]
* [[Elf]]
* [[Huur]]
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{commonscat|Apsara}}
* {{id}} [http://firanda.com/index.php/artikel/surga-a-neraka/181-syair-ibnul-qoyyim-tentang-bidadari Syair Ibnul Qoyyim tentang Bidadari di Firanda.com]
* {{en}} [http://angkorblog.com/_wsn/page6.html The Depiction of Apsaras at Angkor Wat, Ta Prohm and Bayon in Cambodia]