Utuy Tatang Sontani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Menambahkan tag <references /> yang hilang |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler menghilangkan referensi [ * ] |
||
Baris 31:
}}
'''Utuy Tatang Sontani''' ({{lahirmati|[[Cianjur]]|1|5|1920|[[Moskwa]]|17|9|1979}}) adalah seorang [[sastrawan]]
Karyanya yang pertama adalah ''Tambera'' (versi bahasa Sunda [[1937]]) sebuah novel sejarah yang berlangsung di Kepulauan [[Maluku]] pada [[abad ke-17]]. Novel ini pertama kali dimuat dalam koran daerah berbahasa Sunda ''[[Sipatahoenan]]'' dan ''[[Sinar Pasundan]]'' pada tahun yang sama. Setelah itu
Di antara lakon-lakonnya yang terkenal adalah ''Awal dan Mira'' ([[1952]]), ''Sajang Ada Orang Lain'' ([[1954]]), ''Di Langit Ada Bintang'' ([[1955]]), ''[[Sang Kuriang]]'' (1955), ''Selamat Djalan Anak Kufur'' ([[1956]]), ''Si Kabajan'' ([[1959]]), dan ''Tak Pernah Mendjadi Tua'' ([[1963]]).
Utuy diutus oleh pemerintah Indonesia pada [[1958]] sebagai salah seorang wakil Indonesia dalam [[Konferensi Pengarang Asia-Afrika]] di [[Tashkent]], [[Uzbekistan]]. Ketika hubungan politik Indonesia-[[Uni Soviet]] semakin mesra, banyak karya pengarang Indonesia yang diterjemahkan dan diterbitkan ke dalam bahasa [[Rusia]], termasuk karya Utuy,
Pada [[1 Oktober]] [[1965]] Utuy bersama sejumlah pengarang dan wartawan Indonesia menghadiri perayaan 1 Oktober di [[Beijing]] atas undangan pemerintah [[Tiongkok]]. Pecahnya [[G30S]] pada 1965 di Indonesia membuat mereka terlunta-lunta di tanah asing.
▲== Terseret Arus Politik Zaman ==
▲Utuy diutus oleh pemerintah Indonesia pada [[1958]] sebagai salah seorang wakil Indonesia dalam [[Konferensi Pengarang Asia-Afrika]] di [[Tashkent]], [[Uzbekistan]]. Ketika hubungan politik Indonesia-[[Uni Soviet]] semakin mesra, banyak karya pengarang Indonesia yang diterjemahkan dan diterbitkan ke dalam bahasa [[Rusia]], termasuk karya Utuy, ''Tambera'', yang dianggap mencerminkan semangat revolusi dan perjuangan rakyat. Sementara itu, ''Orang-Orang Sial'' hanya terbit di [[Tallin]], dalam bahasa [[Estonia]] karena dianggap terlalu pesimistik dan hanya mengungkapkan sisi gelap revolusi.
▲Pada [[1 Oktober]] [[1965]] Utuy bersama sejumlah pengarang dan wartawan Indonesia menghadiri perayaan 1 Oktober di [[Beijing]] atas undangan pemerintah [[Tiongkok]]. Pecahnya [[G30S]] pada 1965 di Indonesia membuat mereka terlunta-lunta di tanah asing. Sebagian orang Indonesia yang terdampar di Tiongkok akhirnya memutuskan untuk meninggalkan negara itu setelah pecah [[Revolusi Kebudayaan]] pada [[1966]]. Lalu, mereka pergi ke [[Eropa Barat]] dengan menumpang kereta api Trans Siberia. Sebagian dari penumpang ini berhenti di Moskwa, termasuk Utuy dan sejumlah kawannya, [[Kuslan Budiman]], [[Rusdi Hermain]], dan [[Soerjana]], wartawan [[Harian Rakjat]].
== Pindah ke Moskwa ==
Kedatangan Utuy di Moskwa pada [[1971]] disambut hangat oleh pemerintah Uni Soviet dan masyarakat ilmiah di sana, terutama karena nama Utuy sudah dikenal luas lewat karya-karyanya dan kehadirannya dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika pada 1958. Utuy diminta mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskwa dan sempat pula menghasilkan sejumlah karya tulis. Ia menyusun sekurang-kurangnya empat buah novel dan tiga otobiografi hingga ia wafat pada [[1979]] di Moskwa. Salah satu novelnya yang ditulisnya dan diterbitkan di Moskwa adalah ''Kolot Kolotok''. Novel ini hanya dicetak terbatas untuk bahan studi di Jurusan Indonesia, [[Universitas Negara Moskwa]].
Ketika ia meninggal, sebagai penghormatan nisannya ditempatkan sebagai nisan pertama di pemakaman Islam pertama di Moskwa.
== Karya tulis ==
▲Karyanya yang pertama adalah ''Tambera'' (versi bahasa Sunda [[1937]]) sebuah novel sejarah yang berlangsung di Kepulauan [[Maluku]] pada [[abad ke-17]]. Novel ini pertama kali dimuat dalam koran daerah berbahasa Sunda ''[[Sipatahoenan]]'' dan ''[[Sinar Pasundan]]'' pada tahun yang sama. Setelah itu, Utuy menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, ''Orang-orang Sial'' ([[1951]]), yang diikuti oleh cerita-cerita lakonnya yang membuatnya terkenal. Lakon pertamanya (''Suling'' dan ''Bunga Rumahmakan'', 1948) ditulis sebagaimana lakon ditulis, tetapi selanjutnya ia menemukan cara menulis lakon yang unik, yang bentuknya seperti cerita yang enak dibaca. Selain itu, ia pernah menerjermahkan karya sastra.
Pada masa [[Orde Baru]], sama seperti para penulis yang mendapatkan [[stigma]] ''[[komunis]]'', karya-karya Utuy dilarang beredar oleh pemerintah.▼
'''Drama''':
Selain ke dalam bahasa Rusia dan Estonia, karya-karya Utuy juga diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain, mis. [[bahasa Inggris]], [[bahasa Mandarin|Mandarin]], [[bahasa Tagalog|Tagalog]], dll.
▲Pada masa [[Orde Baru]], sama seperti para penulis yang mendapatkan [[stigma]] ''[[komunis]]'', karya-karya Utuy dilarang beredar oleh pemerintah.
▲* ''Tambera'' (1948)
▲* ''Orang-orang Sial: sekumpulan tjerita tahun 1948-1950'' (1951)
▲* ''Selamat Djalan Anak Kufur'' (1956)
▲* ''Si Kampeng'' (1964)
▲* ''Si Sapar: sebuah novelette tentang kehidupan penarik betjak di Djakarta'' (1964)
▲* ''Kolot Kolotok''
▲* ''Di bawah langit tak berbintang'' (2001)
▲* ''Menuju Kamar Durhaka'' (2002)
{{commonscat|Utuy Tatang Sontani}}''biografi tentang'' ▼
▲* ''Suling'' (1948)
▲* ''Bunga Rumah Makan: pertundjukan watak dalam satu babak'' (1948)
▲* ''Awal dan Mira: drama satu babak'' (1952)
▲* ''Sajang Ada Orang Lain'' (1954)
▲* ''Di Langit Ada Bintang'' (1955)
▲* ''Sang Kuriang: opera dua babak'' (1955)
▲* ''Si Kabajan: komedi dua babak'' (1959)
▲* ''Tak Pernah Mendjadi Tua'' (1963)
▲* ''Manusia Kota: empat buah drama'' (1961)
Utuy tatang sontani
▲{{commonscat|Utuy Tatang Sontani}}
* [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0107/06/dikbud/sebu39.htm Studi Indonesia di Rusia: Sebuah Rumah Sejarah yang Alpa Disinggahi]
|