Gedongarum, Kanor, Bojonegoro: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 22:
Listrik masuk ke desa Gedongarum pada tahun 1997. Sebelum ada listrik penerangan kalau malam hari menggunakan lampu ublik, teplok, dan atau petromax. Alat-alat elektronik seperti radio, televisi, dan tape menggunakan listrik dari Battery (Accu / Aki).
Tokoh-tokoh yang namanya cukup menonjol yang dilahirkan oleh desa ini salah satunya adalah Lisman. Namanya diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kota Bojonegoro. Jenazahnya tenang beristirahat di Taman Makam Pahlawan Kota Bojonegoro. Siapakah Lisman? Lisman adalah putra dari mantan lurah desa Gedongarum Usup Kartohamidjojo. Pada masa Revolusi Fisik Agresi Militer Belanda 1, Lisman yang saat itu masih bersekolah setingkat SMA bergabung dengan Tentara Repoeblik Indonesia Pelajar. Daerah gerilyanya di jalan-jalan diantara Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Hingga suatu ketika sebuah patroli militer Belanda dari arah Bojonegoro dihadang oleh gerilyawan Tentara Repoeblik Indonesia Pelajar di daerah Rengel Tuban. Di luar dugaan militer Belanda cukup kuat dan mampu untuk menyerang balik diantaranya dengan menembakkan mortar ke arah posisi-posisi gerilyawan. Salah satu pecahan mortar mengenai Lisman dan seorang kawannya. Mereka gugur sebagai Kusuma Bangsa. Jenazahnya sempat dikubur tak jauh dari lokasi gugurnya, kemudian untuk menghargai jasanya pemerintah memindahkan jenazahnya ke Taman Makam Pahlawan Kota Bojonegoro. Desa Gedongarum telah memberikan putra terbaiknya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
== Perbatasan ==
|