Mitologi Het: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 14:
Tokoh liminal yang memediasi dunia dewa dan umat manusia yang terhubung erat adalah sang raja dan pendeta; dalam sebuah ritual yang berasal dari periode Kerajaan Het Lama:
[[Berkas:Priest-King_or_Diety,_about_1600_BC,_Hittite,_North_Syria,_basalt_with_bone_eyes_-_Cleveland_Museum_of_Art_-_DSC08114.JPG|al=Statue of a Hittite priest-king made from basalt and containing bone eyes|kiri|jmpl|Patung Het dari seorang raja-pendeta]]
<blockquote class="" style="">Para dewa, Dewa Matahari dan Dewa Badai, telah mengamanatkan kepadaku, raja, tanah dan rumahku, sehingga aku, raja, harus memelihara tanah dan rumahku, demi diriku sendiri.<ref>Quoted in Beckman 1985:101.</ref></blockquote>Bangsa Het tidak melakukan ritual secara terjadwal untuk memuja para dewa, tetapi melakukannya sebagai tanggapan ketika masa-masa sulit atau adanya kesempatan.<ref name=":0
Kota [[Arinna]], sehari perjalanan dari Hattusa, boleh jadi pusat pemujaan utama bangsa Het, dan dewi matahari utama mereka, dikenal sebagai <sup>d</sup>UTU <sup>URU</sup>''Arinna'' "dewi matahari Arinna".<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=74IJytg2XuUC&pg=PA28&dq=arinna+hittite+city+located&cd=1|title=Historical dictionary of the Hittites|last=Burney|first=Charles Allen|publisher=Scarecrow Press|year=2004|isbn=9780810849365|page=28}}</ref> Catatan-catatan yang ditemukan dalam daftar-kultus menunjukkan bahwa pemujaan dan praktik lokal juga digiatkan. Tradisi dan status pemujaan lokal selalu berubah karena kurangnya tuntunan baku untuk pelaksanaan ritual. Festival-festival kecil dan waktu ibadah tidak selalu membutuhkan kehadiran pendeta-raja, sehingga tempat-tempat lokal lebih banyak keleluasaan ketika tiba saatnya menyembah para dewa, namun raja membangun suatu tempat untuk mengamati setiap situs dan kuil pemujaan di negerinya, karena itu adalah tugasnya kepada para dewa dan bangsanya. Setelah sang raja meninggal, ia didewakan, karena melayani umatnya dan menyembah para dewa dengan setia. Tanggung jawab yang diamanatkan pada pendeta-raja tidaklah sepihak: para dewa harus mengurus masyarakat jika mereka telah disembah dengan benar. Para dewa mempunyai banyak kekuatan, tetapi tanpa pengamalan dan ritual khusus dari manusia, kekuatan mereka tidak ada fungsinya. [[Muršili II|Raja Mursili II]] bermohon kepada para dewa atas nama rakyatnya, ketika mata pencaharian pertanian mereka sedang susah:<blockquote class="" style="">"segenap daratan Het sedang sekarat, karenanya tak ada yang menyediakan roti pengorbanan dan persembahan untukmu (para dewa). Para pembajak yang dulu bekerja di ladang para dewa telah mati, sehingga tak ada yang mengusahakan atau menuai ladang para dewa lagi. Para wanita penggiling yang biasanya menyiapkan roti pengorbanan para dewa telah mati, sehingga mereka tak lagi membuat roti pengorbanan. Kandang ternak dan domba yang biasanya menyisihkan persembahan domba dan sapi- gembalanya telah mati, sehingga kandang ternak dan domba itu kosong. Karenanya terhentilah roti-roti pengorbanan, persembahan, dan pengorbanan hewan. Dan Engkau mendatangi kami, o dewa, lalu menganggap kami bersalah dalam persoalan ini!"<ref>Quote from KUB 24.3 ii 4'-17'</ref> </blockquote>Tak diragukan lagi, menjalin interaksi yang baik dengan para dewa yang bertalian erat dengan alam dan pertanian, seperti Arinna, sangatlah esensial. Jika keseimbangan antara rasa hormat dan kritik secara signifikan bergeser, bisa diartikan adanya ketidaksenangan di mata para dewa, dan kemungkinan terjadinya musim panen yang gagal. Terlepas mara bahaya ini, bangsa Het umumnya berkomunikasi dengan para dewa secara informal, dan perorangan biasanya berdoa pada para dewa tanpa diiringi ritual atau bantuan para pendeta jika hanya acara biasa. Bangsa Het juga mempraktikkan asosiasi dengan dewa dengan kebiasaan yang mirip seperti bangsa Mesir kuno, menggunakan kehendak para dewa untuk membenarkan tindakan manusia.
|