Adipati Orang Franka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 4:
== ''Dux et Princeps Francorum'' ==
Sampai dengan akhir masa pemerintahan [[Dagobert I|Raja Dagobert I]], gelar ''princeps'' (penghulu) erat kaitannya dengan lingkungan istana. Sebutan ini digunakan sebagai gelar pembesar istana Kerajaan [[Neustria]] untuk pertama kalinya dalam naskah-naskah riwayat [[santo|orang kudus]] pada pertengahan abad ke-7. Naskah ''[[Eligius|Vita Eligii]]'' (Riwayat Eligius) hanya menyebut secara umum tentang ''principes'' (para penghulu) dari ''palatium'' (istana) Kerajaan Neustria, sementara naskah ''[[Batildis|Vita Baldechildis]]'' (Riwayat Batildis) dan naskah ''[[Leodegarius|Passio Leudegarii]]'' (Kisah Sengsara Leodegarius) menyebut para pembesar istana yang bernama [[Erkinoald]] dan [[Ebroin]] sebagai ''principes''.{{sfn|Lewis|1976|p=404 n. 149}} [[Pippin II|Pipin II]] pertama kali menyandang gelar ''princeps'' setelah berjaya memenangkan [[Pertempuran Tertry]] pada 687.{{sfn|Wolfram|1971|p=38}}{{sfn|Depreux||p=64}} Baik ''[[Liber Historiae Francorum]]'' (Kitab Sejarah Orang Franka) maupun ''[[Dagobert II|Vita Dagoberti Tertii]]'' (Riwayat Dagobert Ketiga) menggelari Pipin sebagai ''princeps'', akan tetapi naskah ''[[Tawarikh Fredegar]]'' hanya menggelarinya ''dux'' (senapati).{{sfn|Lewis|1976|p=404 n. 149}} Sejarawan Inggris, [[Beda Venerabilis|Beda]], menggelari Pipin II sebagai ''dux Francorum'', namun para pujangga [[Anglo-Saxon|Angli-Saksen]] abad ke-9 yang menerjemahkan tulisan Beda menggunakan istilah ''Froncna Cyning'' (Raja Orang Franka).{{sfn|Loyn|1953|p=514 n. 6}} Penulis ''Tawarikh Fredegar'' menggelari [[Ragamfred]] sebagai ''princeps'', namun seteru Ragamfred, yakni putra Pipin yang bernama [[Karl Martell|Karel Martel]], baru digelari ''princeps'' setelah mengalahkan Ragamfred pada 718.{{sfn|Lewis|1976|p=404 n. 149. Secara teknis, si penulis tawarikh tidak secara langsung menggelari Ragamfred sebagai ''princeps'', tetapi hanya meriwayatkan "kepangeranan" ({{lang-lat|principatus}}) Ragamfred}} Semenjak saat itu, sebutan ''princeps'' terus-menerus digunakan
Pada tahun 742, cucu Pipin yang bernama [[Karlmann (Karoling)|Karloman]] menyelenggarakan ''[[Concilium Germanicum]]'' (Konsili Jermani). Dalam muktamar gerejawi itu, Karloman menyapa para hadirin sebagai "hamba-hamba Allah dan kawula-kawulaku yang agung ... di dalam kerajaanku" selaku seorang "adipati dan pangeran orang Franka".{{sfn|Wolfram|1971|p=38: ''servi Dei et optimates mei ... qui in regno meo sunt ... dux et princeps Francorum''}} Muktamar itu menghasilkan maklumat bahwasanya "tanpa perlindungan pangeran orang Franka, tidak mungkin orang sanggup membela warga Gereja, para imam, para rohaniwan, para biarawan dan biarawati milik Allah."{{sfn|Higgins|1933|p=209: ''Sine patrocinio principis Francorum nec populam aecclesiae regere nec presbiteros vel clericos, monachos vel ancillas Dei defendere possum''}}{{sfn|Boniface|1976|pp=91–94, Terjemahan dari maklumat Karloman}} Ketika adik Karloman yang bernama [[Pippin yang Pendek|Pipin Si Pendek]] menyandang gelar itu pada tahun 744, ia tidak lagi menyebut Negeri Franka sebagai "kerajaanku", karena kala itu [[Childerich III|Kilderik III]] dari [[wangsa Meroving]] telah dinobatkan menjadi raja.{{sfn|Wolfram|1971|p=39}} Pemakaian gelar pangeran-adipati ini digunakan oleh generasi Karoling terdahulu untuk menunjukkan kesetaraan derajat mereka dengan para [[Adipati Aquitaine|pangeran-adipati Aquitania]] yang juga tunduk pada raja-raja Meroving sebagai junjungan nominal belaka, bukan sebagai penguasa yang berdaulat atas mereka.{{sfn|Wolfram|1971|p=40}}
|