Kabupaten Tanah Laut: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 25:
'''Kabupaten Tanah Laut''' adalah salah satu [[kabupaten]] di [[provinsi]] [[Kalimantan Selatan]], [[Indonesia]]. [[Ibu kota]] kabupaten ini terletak di [[Pelaihari, Tanah Laut|Pelaihari]] yang merupakan pusat kegiatan Kabupaten Tanah Laut.
[[Motto]] daerah ini adalah "'''Tuntung Pandang'''" ([[bahasa Banjar]]) sedangkan maskot fauna daerah adalah "'''kijang emas'''".{{Location map|Tanah Laut|width=305|caption=Ibukota Kabupaten Tanah laut di Pelaihari|relief=yes|label=Pelaihari|mark=Capital mark.svg|marksize=10|lat_deg=-3.802737|lon_deg=114.768794}}
Baris 34:
Sekitar kurun waktu 4000 SM Kebudayaan Barito muncul di sepanjang pesisir Teluk Sarunai purba di Kalimantan Selatan, termasuk di dalamnya dataran yang kini menjadi Kabupaten Tanah Laut masuk ke dalam peradaban tersebut.<ref name=":3">{{Cite web|url=http://alanqasaharica.blogspot.co.id/2017/07/kronologi-sejarah-pulau-kalimantan.html|title=Kronologi Sejarah Pulau Kalimantan (45.000 SM - 2017 M)|last=Lazardi|first=|date=2017|website=Alanqa|publisher=|language=id|access-date=}}</ref>
=== Zaman Kerajaan (Tahun 600 - 1860) ===
Sejak abad ke 6-7 wilayah Tanah Laut telah menjadi bagian wilayah perluasan peradaban [[Kerajaan Nan Sarunai]], [[kerajaan]] yang pada awalnya didirikan oleh suku [[Suku Dayak Maanyan|Dayak Maanyan]] di daerah [[Amuntai (kota)|Amuntai]] sekitar tahun 242 SM. Kerajaan ini bertahan selama lebih dari 1600 tahun hingga akhirnya runtuh diserang oleh Kerajaan [[Majapahit]] yang dipimpin Laksamana Nala sekitar tahun 1358, akibatnya masyarakat Dayak Maanyan pun terpaksa mengungsi ke pedalaman. Kemudian tahun 1360 Kerajaan Majapahit mendirikan kerajaan [[Kerajaan Kuripan|Kuripan]] sebagai bawahan di bekas wilayah Nan Sarunai.
Baris 47:
Di masa sekitar abad 17 daerah Tabanio merupakan daerah yang strategis dan penting bagi perekonomian Kerajaan Banjar. Daerah ini merupakan daerah lintas perdagangan seperti hubungan ke Jawa, Pesisir Kalimantan, Sulawesi, bahkan Sumatera dan Malaya serta luar Nusantara. Tabanio menjadi penting dari segi perdagangan, angkutan lada, intan, emas, dan hasil hutan yang menghubungkan ''(transito)'' Banjarmasin dengan tempat-tempat pelabuhan di Jawa.<ref name=":7">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/keberadaan-benteng-tabanio-bukti-kedudukan-belanda-di-tanah-laut/|title=Keberadaan Benteng Tabanio, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan|last=Gunawan|first=Edy|date=2018|website=Direktorat Jenderal Kebudayaan|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=}}</ref>
==== Pengaruh Kolonial di Kesultanan Banjar ====
Pada tahun 1602 Kompeni [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] Belanda tiba di Nusantara.<ref name=":3" /> [[Hindia Belanda]] mendirikan [[Benteng Tabanio]] di sekitar muara Sungai Tabanio sekitar tahun 1789,<ref name=":7" /> terkait dengan perjanjian antara Kesultanan Banjar semasa pemerintahan Pangeran Nata Dilaga dan Hindia Belanda tanggal 6 Juli 1779, dimana VOC mendapatkan konsesi berupa monopoli atas perdagangan di Banjar serta berhak membangun sebuah benteng. Pemicu kehadiran Hindia Belanda di Tanah Laut adalah potensi perkebunan lada dan perikanan di Tabanio serta tambang emas di Pelaihari.<ref name=":4">{{Cite news|url=https://patembayancitraleka.wordpress.com/2016/08/18/benteng-tabanio/|title=Benteng Tabanio|last=Cahyono|first=M. Dwi|date=2016|work=|newspaper=Patembayan Citralekha|language=id|access-date=|via=}}</ref> juga penguasaan terhadap rempah-rempah dan tambang batu bara yang ada di Banyu Irang.<ref name=":7" />
Baris 55:
Pada tahun 1823 diadakan perjanjian kembali antara Pemerintah Hindia Belanda dengan [[Sultan Adam]] yang salah satu isinya adalah menegaskan kembali wilayah yang berada di daerah Tanah Laut menjadi bagian di bawah pemerintahan langsung Hindia Belanda.<ref name=":1" />
Tahun 1859 [[Perang Banjar]] berkobar di Kalimantan Selatan.<ref name=":3" /> Pangeran Hidayat dan Tumenggung Jalil, ditambah [[Pangeran Antasari]] (cucu Pangeran Amir) dan beberapa tokoh lain memimpin penyerangan terhadap tambang-tambang dan pos-pos Belanda di Banjar. Tokoh pejuang [[Demang Lehman|Kiai Demang Leman]] serta [[Haji Buyasin]] dan Kiai Langlang dari Tanah Laut berhasil merebut benteng Belanda di Tabanio pada Agustus 1859.<ref name=":4" /> Ketika Belanda datang kembali dengan bantuan kapal perang Bone untuk merebut Benteng Tabanio, Haji Buyasin melawannya dengan gigih, sehingga serangan Belanda ini Gagal. Pada bulan Desember 1859 Benteng Haji Buyasin di Takisung diserang secara besar-besaran dan dapat di hancurkan. Haji Buyasin menyingkir ke daerah Pleihari yang akhirnya sampai ke daerah Bati-Bati.<ref>{{Cite web|url=http://tanahlautonline.blogspot.co.id/2016/10/haji-boejasin-pahlawan-muda-penakluk_19.html|title=HAJI BOEJASIN PAHLAWAN MUDA PENAKLUK FORT TABANIOW|last=Fahmi|first=Ismail|date=2016|website=ALGAZALIE|publisher=|access-date=}}</ref>
Baris 68 ⟶ 70:
Sejak saat diserahkan oleh Sultan Kerajaan Banjar kepada pemerintah Hindia Belanda, wilayah Tanah Laut terbagi menjadi enam belas distrik. Distrik yang luas dan padat penduduk dipimpin oleh seseorang dengan gelar ''Kiaij'' (Kiai), sementara wilayah yang lebih kecil dikendalikan oleh ''Pembukels'' (Pembakal). Para pemimpin ini bertanggung jawab kepada pemegang pos Belanda di [[Distrik Tabanio]] yang saat itu sebagai kota utama/ibu kota.<ref name=":2">{{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=oTgvAAAAIAAJ&dq=tanah-koessan&pg=PA224#v=onepage&q&f=false|title=Geneeskundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indie|last=Wassink|first=G.|publisher=Lange & Co|year=1863|isbn=|volume=10-11|location=Batavia|language=nl|pages=}}</ref><ref name=":besluit">{{cite book|url= https://books.google.co.id/books?id=zlQ9AQAAMAAJ&dq=Besluit%20%3B%20tanah-laut&hl=id&pg=PA471#v=onepage&q=Tabanio&f=false|title=De Indo-Nederlandsche wetgeving: Staatsbladen van Nederlandsch Indie|last=Boudewijnse|first=J.|last2=Soest|first2=G. H.|publisher=H. M. Van Dorp & Co|year=1876|isbn=|volume=1|location=Batavia|language=nl}}</ref>
▲Menurut ''[[Lembaran negara|Staatsblad]]'' (Lembaran Negara Hindia-Belanda) Tahun 1849 no. 40, wilayah Tanah Laut termasuk dalam Afdeling Borneo Selatan dan Timur (''zuid-ooster-afdeeling'') beribukota di Banjarmasin, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, tanggal 27 Agustus 1849, No. 8.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false|title=Staatsblad van Nederlandisch Indië|last=Hindia Belanda|first=|publisher=Hindia Belanda|year=1849|isbn=|location=Batavia|language=nl}}</ref>
Dalam tahun 1868, Afdeling Tanah-Laut membawahi Distrik Pleiarie, Distrik Maloeka dan Distrik Tabaneo.<ref name="Almanak 41">{{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=81VVAAAAcAAJ&lpg=PA139&ots=FEWZ8hDSqz&dq=pangeran%20soeria%20winata&hl=id&pg=PA136#v=onepage&q=pangeran%20soeria%20winata&f=false|title=Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar|last=Landsdrukkerij|first=|publisher=Landsdrukkerij|year=1868|isbn=|volume=41|language=nl|location=Batavia|pages=139}}</ref> Dalam tahun 1871, Afdeling Tanah-Laut membawahi Distrik Pleiarie, Distrik Tabanio, Distrik Maloeka dan Distrik Satoei.<ref name="Almanak 44">{{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=jlZVAAAAcAAJ&dq=Adji-Madoera&hl=id&pg=PA197#v=onepage&q=Adji-Madoera&f=false|title=Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar|last=Landsdrukkerij|first=|publisher=Landsdrukkerij|year=1871|isbn=|volume=44|language=nl|location=Batavia|pages=195}}</ref> Menurut ''Staatblaad'' tahun 1875 no. 25 afdeling Tanah Laut menjadi bagian [[Afdeeling Martapoera|Afdeeling Martapoera.]]<ref name="sejarah tematis">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=J51BAAAAYAAJ&dq=Staatsblad%20%3B%20afdeeling%20tanah%20laut&hl=id&pg=PA107#v=onepage&q=afdeeling%20tanah%20laut&f=false|title=Staatsblad van Nederlandisch Indië|last=Hindia Belanda|first=|publisher=Hindia Belanda|year=1875|isbn=|location=Batavia|language=nl}}</ref> Sejak tahun 1898, menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178 Tanah Laut menjadi salah satu [[onderafdeeling]] di dalam Afdeeling Martapoera yaitu ''Onderafdeeling Tanah Laoet'' terdiri dari Distrik Pleihari, Distrik Maluka, Distrik Satui.<ref name="satui">{{Cite book|url= http://eprints.ulm.ac.id/1226/|title=Dari Distrik ke Kota Kecamatan: Menyusuri Jejak Kota Satui dalam Lintasan Sejarah|last=Porda|first=Herry|last2=Anis| first2=M. Zainal Arifin|last3=Mansyur|first3=|last4=Susanto|first4=Heri|publisher=DNA Banjarmasin|year=2013|isbn=|location=Banjarmasin|pages=}}</ref>
|