Etika: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 125.167.86.240 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot
Tag: Pengembalian
Tag: VisualEditor menghilangkan referensi [ * ]
Baris 8:
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.{{fact}} Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.{{fact}} Karena itulah etika merupakan suatu ilmu.<!--menurut siapa?--> Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.{{fact}} Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.<ref>Etika, 24-25</ref>
 
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: [[meta-etika]] (studi konsep etika), [[etika normatif]] (studi penentuan nilai etika), dan [[etika terapan]] (studi penggunaan nilai-nilai etika).{{fact}}
Sebagai cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia, etika memberikan standar atau penilaian terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, etika terbagi menjadi empat klasifikasi yaitu :
* '''Etika Deskriptif''' : Etika yang hanya menerangkan apa adanya tanpa memberikan penilaian terhadap objek yang diamati.
* '''Etika Normatif''' : Etika yang mengemukakan suatu penilaian mana yang baik dan buruk, dan apa yang sebaiknya dilakukan oleh manusia.
* '''Etika Individual :''' Etika yang objeknya manusia sebagai individualis. Berkaitan dengan makna dan tujuan hidp manusia
* '''Etika Sosial :''' Etika yang membicarakan tingkah laku manusia sebagai makhluk sosial dan hubungan interaksinya dengan manusia lain. Baik dalam lingkup terkecil, keluarga, hingga yang terbesar bernegara.
Klasifikasi diatas menegaskan bahwa etika erat kaitannya dengan penilaian. Karena pada hakikatnya etika membicarakan sifat manusia sehingga seseorang bisa dikatakan baik, bijak, jahat, susila atau sebagainya. Secara khusus etika ada pada prinsip manusia sebagai subjek sekaligus objek, bagaimana manusia berperilaku atas tujuan untuk dirinya sendiri dan tujuan untuk kepentingan bersama.
 
== Jenis etika ==
Baris 43 ⟶ 38:
 
* [[Diaparalelisme]]{{fact}}
Jawaban ini diberikan oleh [[F.E.D. Schleiermacher]] (1768-1834) yang menganggap etika teologis dan etika filosofis sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebutterseeberatan. Mengenai pandangan Augustinus, dapat diumpamakandilihat sepertidengan sepasangjelas relbahwa keretaetika apifilosofis tidak dihormati setingkat dengan etika teologis.{{fact}} Terhadap pandangan Thomas Aquinas, kritik yang sejajardilancarkan juga sama yaitu belum dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis, walaupun kedudukan etika filosofis telah diperkuat.{{fact}} Terakhir, terhadap pandangan Schleiermacher, diberikan kritik bahwa meskipun keduanya telah dianggap setingkat namun belum ada pertemuan di antara mereka.<ref>Ethics in a Christian Context, 254</ref>
 
Mengenai pandangan-pandangan di atas, ada beberapa keberatan. Mengenai pandangan Augustinus, dapat dilihat dengan jelas bahwa etika filosofis tidak dihormati setingkat dengan etika teologis.{{fact}} Terhadap pandangan Thomas Aquinas, kritik yang dilancarkan juga sama yaitu belum dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis, walaupun kedudukan etika filosofis telah diperkuat.{{fact}} Terakhir, terhadap pandangan Schleiermacher, diberikan kritik bahwa meskipun keduanya telah dianggap setingkat namun belum ada pertemuan di antara mereka.<ref>Ethics in a Christian Context, 254</ref>
 
Ada pendapat lain yang menyatakan perlunya suatu hubungan yang dialogis antara keduanya.<ref>Hukum Kemerdekaan Jilid 1, 38.</ref> Dengan hubungan dialogis ini maka relasi keduanya dapat terjalin dan bukan hanya saling menatap dari dua horizon yang paralel saja.{{fact}} Selanjutnya diharapkan dari hubungan yang dialogis ini dapat dicapai suatu tujuan bersama yang mulia, yaitu membantu manusia dalam bagaimana ia seharusnya hidup.
 
=== Etika Terapan ===
Etika Terapan merupakan istilah baru, tapi sebetulnya yang dimaksudkan dengannya sama sekali bukan hal baru dalam sejarah Filsafat Moral. Sejak Plato dan Aristoteles sudah ditekankan bahwa etika merupakan filsafat praktis, artinya, filsafat yang ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah laku manusia dengan memperlihatkan apa yang harus kita lakukan.<ref>K. Bertens. Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993), 265.</ref>
 
Salah satu ciri khas etika terapan sekarang ini adalah kerja sama yang erat antara etika dan ilmu-ilmu lain. Etika Terapan tidak bisa dijalankan dengan baik tanpa kerja sama itu, karena ia harus membentuk pertimbangan tentang bidang yang sama sekali di luar perhatiannya.
 
Terdapat empat unsur dalam metode etika terapan<ref>K. Bertens. Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993), 293-299.</ref>
:
1. Sikap Awal
Dalam usaha membentuk suatu pandangan beralasan tentang masalah etis apa pun, selalu ada suatu sikap awal. sikap ini bisa pro atau kontra bisa juga netral.
 
2. Informasi
 
Setelah pemikiran etis tergugah, unsur kedua yang dibutuhkan adalah informasi. hal ini terutama mendesak bagi masalah etis yang terkait dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Melalui informasi kita dapat mengetahui bagaimana keadaan obyektif itu.
 
3. Norma - Norma Moral
 
Norma-norma moral itu sudah diterima dalam masyarakat (jadi, tidak diciptakan untuk kesempatan ini), tapi harus diakui juga sebagai relevan untuk topik atau bidang yang khusus ini.
 
4. Logika
 
Etika Terapan harus bersifat logis juga. ini tentu tidak merupakan tuntutan khusus bagi etika saja. Logika dapat menunjukkan kesalahan-kesalahan penalaran dan inkonsistensi yang barangkali terjadi dalam argumentasi.
 
== Referensi ==