Denpasar 1390-2009: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sejarah Badung-Denpasar 1390-2009
Tag: tanpa kategori [ * ] tanpa wikifikasi [ * ] mengosongkan halaman [ * ]
 
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 110:
Raja Badung I Gusti Agung Jambe Tangkeban yang bersemayam di Puri Peken Badung memiliki seorang putera yaitu Kyai Agung Jambe Aheng yang menggantikan beliau menjadi Raja Badung selanjutnya.
 
I Gusti Agung Jambe Aheng merupakan Raja Badung yang sangat terkenal kewibawaannya dan kekuasaannya di Bali Selatan pada tahun 1760-an. Untuk meningkatkan martabat Badung dalam persaingan sesama raja di Bali Selatan, I Gusti Agung Jambe Aheng membuat puri baru ditempat dimana hancurnya Puri Ksatria Tegehkuri kurang lebih 500 meter diutara Puri Peken Badung yaitu Puri Ksatria Jambe dan kemudian beliau bersemayam di Puri Ksatria Jambe yang megah tersebut.
 
I Gusti Agung Jambe Aheng memiliki putera I Gusti Agung Jambe Ksatria yang menggantikan beliau menjadi Raja Badung. I Gusti Agung Jambe Ksatria merupakan raja Badung dinasti Jambe yang terakhir yang terbunuh didepan Jero Kuta pada tahun 1778.
Baris 150:
Pada tanggal 13 Februari 1778 pagi hari sesuai saran Wayan Desa, pasukan I Gusti Ngurah Made Pamecutan menyerbu kerajaan Badung dari arah selatan yaitu dari Jimbaran menuju Tuban kemudian menuju Kuta kemudian menuju Tegal dan kemudian masuk Pusat Kerajaan Badung di Puri Ksatria. Perlawanan dari pengikut Kyai Agung Jambe Ksatria di Tuban dan Kuta dapat ditaklukkan dengan mudah karena serangan dilakukan secara mendadak dan saat mereka sedang lengah, banyak pengikut Kyai Agung Jambe Ksatria terbunuh. Pasukan I Gusti Ngurah Made Pamecutan kemudian menyerbu ke arah utara menuju Tegal melalui Abian Timbul yang tidak ada perlawanan sama sekali, kira-kira jam 08:00 pagi pasukan I Gusti Ngurah Made Pamecutan sudah tiba di Abian Timbul. Pada saat yang sama pasukan dari Gianyar juga menyerbu Badung dari arah Tohpati menuju barat menuju Kertalangu, perlawanan dari pengikut Kyai Agung Jambe Ksatria juga dapat ditaklukkan dengan mudah. Pasukan bantuan Mengwi juga menyerbu dari arah utara yaitu dari Tonja menuju ke selatan. Kyai Agung Jambe Ksatria karena kaget mendengar berita bersamaan penyerbuan dari tiga arah mata-angin segera memerintahkan semua pasukan untuk mengadakan perlawanan kira-kira jam 08:30, namun persiapan yang serba mendadak sangat merugikan pengikut I Gusti Agung Jambe Ksatria karena dengan mudah kena tombak serta keris para penunggang kuda pasukan I Gusti Ngurah Made Pamecutan, Pangakan Manggis Gianyar serta Gusti Agung Mengwi. I Gusti Agung Jambe Ksatria mendengar pengikutnya berguguran, beliau bergegas berencana untuk melarikan diri kearah Barat karena di dengar dari pengawalnya bahwa musuh datang dari tiga arah yaitu: arah selatan, arah timur dan arah utara. Karena tidak ingin pelariannya dihadang musuh beliau beserta isteri dan putera pertamanya yang baru lahir dan pengiringnya dari Puri Ksatria menuju kearah barat menuju Wangaya dan membelok ke arah Barat melalui Tukad Badung ke arah Barat , keinginan beliau diketahui oleh Wayan Desa yang merupakan pengurus rumah tangga Puri Ksatria Jambe. Wayan Desa mengirimkan pesan melalui mata-mata kepada I Gusti Ngurah Made Pamecutan yang masih berada di Tegal melawan sisa-sisa pasukan I Gusti Agung Jambe Ksatria bahwa I Gusti Agung Jambe Ksatria beserta pengiringnya bermaksud melarikan diri melalui arah Barat lewat Wangaya menuju depan Jero Kuta. Mendengar berita yang dikirim oleh Wayan Desa tersebut I Gusti Ngurah Made Pamecutan beserta pasukan tangguhnya yang berencana menyerbu Puri Ksatria Jambe, membelokan arah pasukan tangguhnya menuju utara ke arah Gerenceng kemudian menuju Jero Kuta. Di depan Jero Kuta, pasukan I Gusti Ngurah Made Pamecutan menghadang I Gusti Agung Jambe Ksatria beserta pengiringnya.Di depan Jero Kuta, I Gusti Ngurah Made Pamecutan memerintahkan pasukan yang dipimpinnya untuk menyerang I Gusti Agung Jambe Ksatria berserta rombongan serta pengiringnya. Pengikut Kyai Agung Jambe Ksatria dalam keadaan terdesak dan berguguran di depan Jero Kuta demikian juga isteri serta putera pertama beliau yang masih bayi.Dalam keadaan terdesak Kyai Agung Jambe Ksatria ditusuk oleh I Gusti Ngurah Rai Pamecutan (adik kandung dari I Gusti Ngurah Made Pamecutan). Dalam keadaan sekarat I Gusti Agung Jambe Ksatria mengeluarkan kutukan kepada seluruh penyerang dinasti Jambe-Badung pada pada tanggal 13 Februari 1778.
 
Sumber Anak Agung Ngurah Samirana (Puri Satria) saat Darma Suaka di Bale Dangin Natah Gede Keluarga Besar DE GULA pada tahun 2005 “Sabda raja Badung terakhir dinasti Jambe-Badung Kyai Agung Jambe Ksatria menjelang ajal sebagai berikut:’Wahai para penyerang yang tidak tahu adat, sopan-santun, tidak kenal kerabat dan keluarga, aku kutuk engkau beserta seluruh keluargamu agar semua keturunanmu tidak pernah akur selama 7 tujuh keturunan’”
Sumber “CANDRASANGKALA:The Balinese Art of Dating Event”,Hans Hagerdal, Department Of Humanities, University of Vaxjo,Sweden,2006:”Sapjah Gusti Jambe ring Badung, brasta sanak putu mwang rabi, rinusak dane Ngurah Kajiyanan ring Badung, mwang Pangakan Manggis saking Gianyar, Gusti Agung Mangwi sareng mangrusak, ring dina Saniscara Umanis wara Watugunung, panglong ping 13, sasih ke 8, rah windu, tenggek windu, windu sunya giri watu, 1700. Death of Gusti Jambe of Badung, end of his first-born and wife, destroyed by Ngurah Kajiyanan of Badung and Pangakan Manggis from Gianyar, Gusti Agung Mengwi, together they wreak destruction, on Saturdya Umanis, in the week Watugunung, in the 13th day of waning moon, January/February 1778.”
Baris 196:
Pada dasarnya pemerintahan Belanda diluar wilayah pulau Jawa dan Maluku, termasuk pulau Bali dan Lombok masih belum berkuasa.Latar belakang dari segala tindakan pemerintah Belanda di pulau Bali dan Lombok pada abad ke-19 dan awal ke-20 untuk menguasai secara politik kedua pulau ini karena takut para penguasa pulau Bali dan Lombok mengadakan perjanjian politik dengan Inggris.
 
Ketika Daendels berkuasa di Batavia sebagai penguasa tertinggi pemerintah Belanda, dia berkeyakinan bahwa Inggrislah yang merupakan lawan tangguh bagi kedudukan penjajahan Belanda di Asia pada umumnya. Inggris adalah musuh utama kaisar Napoleon Bonaparte dalam usahanya untuk menguasai seluruh benua Eropa dan dengan kekuatan armadanya yang tiada taranya dapat membahayakan penjajahan Belanda di Indonesia karena Inggris juga menganggap sedang berperang dengan kerajaan Belanda yang juga merupakan jajahan Perancis. Inggris telah menguasai India dan Gubernur Jenderalnya berkedudukan di Calcutta yang setiap saat dapat mengerahkan armada lautnya untuk menyerbu pulau Jawa. Oleh karena itu setelah tiba di pulau Jawa, ia mengadakan persiapan militer untuk menghadapi serbuan Inggris. Hal yang penting dari itu semua Daendels membangun jalan raya yang menghubungkan kota-kota penting disepanjang utara pulau Jawa dari kota Anyer di Teluk Banten hingga kota Penarukan di ujung timur Pulau Jawa.
 
Pembuatan jalan yang memakan korban ribuan pekerja dengan tujuan agar dengan cepat dapat memobilisasi pasukan bila terjadi serbuan oleh armada perang Inggris.Selain itu Dendels berusaha memperbesar jumlah pasukan cadangan dan karena dari negeri Belanda sendiri susah didatangkan bala bantuan akibat blokade laut yang dilakukan oleh Inggris maka diusahakan untuk melakukan pekrekrutan penduduk Indonesia sebagai prajurit. Oleh karena menjadi kenyataan bahwa orang-orang Bali yang pada zaman VOC didatangkan sebagai budak ke Batavia dan kemudian dijadikan pasukan oleh VOC dapat diandalkan sebagai tentara VOC karena keberanian serta ketangkasannya, timbul keinginan Daendels untuk mengirim utusan ke pulau Bali yang ditugaskan untuk merekrut pemuda-pemuda Bali untuk dijadikan prajurit dalam pasukan yang dibentuk oleh Daendels itu. Untuk keperluan itu, Daendels mengirim Letnan Lisnet ke Bali yang tiba di kerajaan Badung pada pertengahan tahun 1808. Letnan Lisnet dapat berhubungan dengan raja Badung I Gusti Ngurah Made Pamecutan yang berkuasa saat itu dan hanya berhasil mengumpulkan 37 orang Bali dengan imbalan sekedar pembayaran. Akan tetapi Letnan Lisnet tidak berhasil membuat perjanjian dengan raja Badung, karena syarat-syarat yang diajukan oleh I Gusti Ngurah Made Pamecutan tidak dapat dipenuhi oleh Letnan Lisnet, karena syarat-syarat tersebut tidak sesuai dengan mandat yang diberikan oleh Daendels kepadanya. Setelah Lisnet kembali ke Batavia, maka Daendels mengirim kapten dari pasukan Dragonders (semacam kavaleri) ke Badung guna mengadakan hubungan dengan I Gusti Ngurah Made Pamecutan dalam rangka merekrut orang-orang Bali yang akan dijadikan prajurit dalam pasukan pemerintah Belanda. Kapten tersebut bernama Van der Wahl dan setelah mengalami kejadian-kejadian aneh di Badung, Van der Wahl berhasil mengadakan perjanjian persahabatan dengan I Gusti Ngurah Made Pamecutan pada tanggal 28 November 1808.