Sepeninggal Karel Agung, wangsa Karoling perlahan-lahan mengalami keretakan. Wilayah Kekaisaran Karoling akhirnya terpecah menjadi tiga wilayah, masing-masing diperintah oleh seorang cucu Karel Agung. Dari ketiga wilayah ini, hanya kerajaan di wilayah timur dan wilayah barat yang mampu bertahan. Kedua kerajaan ini sekarang menjadi negara Jerman dan Perancis.<ref>{{Cite web|url=http://www.penfield.edu/webpages/jgiotto/onlinetextbook.cfm?subpage=1504023|title=Charlemagne and the Carolingian Empire|website=www.penfield.edu|language=en|access-date=2017-11-30}}</ref> WngsaWangsa Karoling tersingkir dari tampuk kekuasaan di sejumlah besar ''regna'' dalam wilayah Kekaisaran Karoling pada 888. Wangsa ini masih berkuasa di [[Francia Timur|Negeri Franka Timur]] sampai 911, dan masih beberapa kali menduduki takhta Kerajaan [[Francia Barat|Negeri Franka Barat]] sampai pada 987. Cabang-cabang kadet dari wangsa Karoling masih tetap berkuasa di daerah [[Vermandois]] dan [[Lorraine Hilir]] setelah raja terakhir wangsa Karoling di Negeri Franka Barat mangkat pada 987, namun mereka tidak pernah berusaha menduduki jabatan-jabatan penguasa yang terkemuka, malah berdamai dengan wangsa-wangsa penguasa yang baru. Salah seorang penulis tawarikh dari [[Sens]] mencatat bahwa kekuasaan wangsa Karoling berakhir ketika [[Robert II dari Perancis]] dinobatkan menjadi raja pendamping ayahnya, [[Hugues Capet|Hugo Kapet]], dan dengan demikian mengawali masa kekuasaan [[Wangsa Kapetia|wangsa Kapet]].<ref>Lewis, Andrew W. (1981). ''Royal Succession in Capetian France: Studies on Familial Order and the State''. Cambridge, Massachusetts: [[Harvard University Press]], hlm. 17. {{ISBN|0-674-77985-1}}</ref> Garis nasab laki-laki wangsa ini punah sepeninggal [[Odo I dari Vermandois|Odo, Bupati Vermandois]]. Saudari Odo yang bernama [[Adelaide dari Vermandois|Adelaide]], keturunan Karoling terakhir, wafat pada 1122.