Kritik teks (Alkitab): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 86:
}}
</ref>
<!--
<!-- Bagian ini termasuk ke Mitos kehidupan Yesus, bukan Kritik teks
[[File:Albert Schweitzer, Etching by Arthur William Heintzelman.jpg|thumb|upright|[[Albert Schweitzer]] (1875–1965) menulis ''The Quest of the Historical Jesus'' (1906) untuk pendapatnya bahwa "kehidupan Yesus" pada abad ke-19 dianggap sebagai cerminan konteks sejarah dan sosial masing-masing penulis Injil.]]
 
Dalam sejarahnya, kritisism [[Perjanjian Baru]] dianggap berawal dari [[:en:Hermann Samuel Reimarus|Hermann Samuel Reimarus]] (1694–1768), yang menerapkan metodologi studi tekstual Yunani dan Latin. Reimarus meragukan kebenaran kisah penyusunan kitab-kitab itu dan kesimpulannya disambut baik oleh para intelektual rasionalisme pada abad ke-18, tetapi ditentang oleh para pendukung Alkitab pada zamannya. [[:En:Baron d'Holbach|Baron d'Holbach]] (1723-1789) - "Ecce Homo -The History of Jesus of Nazareth, a Critical Inquiry" (1769), pertama menggambarkan kehidupan Yesus sebagai tokoh sejarah belaka, diterbitkan secara anonim di Amsterdam, kemudian oleh George Houston diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan di Edinburgh, 1799, London, 1813, serta New York in 1827— untuk "''blasphemy''" ("penghujatan") itu Houston dipenjarakan dua tahun.
 
In the 19th century important scholarship was done by [[David Strauss]], [[Ernest Renan]], [[Johannes Weiss]], [[Albert Schweitzer]] and others, all of whom investigated the "[[historical Jesus]]" within the Gospel narratives. In a different field the work of [[H. J. Holtzmann]] was significant: he established a chronology for the composition of the various books of the New Testament which formed the basis for future research on this subject, and established the [[two-source hypothesis]] (the hypothesis that the gospels of [[gospel according to Matthew|Matthew]] and [[gospel according to Luke|Luke]] drew on the [[gospel of Mark]] and a hypothetical document known as [[Q document|Q]]). By the first half of the 20th century a new generation of scholars including [[Karl Barth]] and [[Rudolf Bultmann]], in Germany, [[Roy Harrisville]] and others in North America had decided that the quest for the Jesus of history had reached a dead end. Barth and Bultmann accepted that little could be said with certainty about the historical Jesus, and concentrated instead on the [[kerygma]], or message, of the [[New Testament]]. The questions they addressed were: What was Jesus’s key message? How was that message related to Judaism? Does that message speak to our reality today?
 
Baris 105 ⟶ 101:
|[[Teks Western]]<br>(juga disebut "jenis [[teks Kaisarea]]")||abad ke-3 sampai ke-9 M ||Dianggap suatu tradisi paling tua, tersebar dalam geografi luas dari Afrika Utara ke Italia dan dari [[Gaul]] (Perancis) ke [[Siria]]. Ditemukan dalam naskah-naskah bahasa Yunani dan terjemahan Latin yang digunakan oleh [[Gereja Barat]]. Sejumlah sarjana Perjanjian Baru membedakan teks Western dan teks Kaisarea.||[[Vetus Latina]]
|-
| [[Teks Bizantin]]<br>(juga disebut jenis "teks [[bahasa Yunani Koine|Koinē]]"<br />atau terkenal sebagai "''Majority Text''"/"Teks Mayoritas")||abad ke-5 sampai ke-16 M|| Kelompok ini meliputi sekitar 95% seluruh naskah yang ada, mayoritas dari abad-abad kemudian. Menjadi dominan di [[Konstantinopel]] sejak abad ke-5 dan seterusnya, serta digunakan di seluruh [[Gereja Ortodoks Timur]] dalam [[Kekaisaran Bizantium]]. Mendasari [[Textus Receptus]] yang digunakan dalam used for most [[Protestant Reformation|Reformation]]-era translations of the New Testament.-->|| [[King James Version|KJV]], [[New King James Version|NKJV]], [[Alkitab Tyndale|Tyndale]], [[Alkitab Coverdale|Coverdale]], [[Alkitab Jenewa|Geneva (Jenewa)]], [[Alkitab:en:Bishops' BishopBible|Bishops' Bible]], [[:en:Orthodox Study Bible|OSB]]
|}