Assaat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Akuindo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alwan rahmana (bicara | kontrib)
Baris 81:
Assaat merasa terancam, karena Demokrasi Terpimpin adalah kediktatoran terselubung, ia selalu diawasi oleh intel serta PKI. Dengan berpura-pura "akan berbelanja" ia bersama keluarganya melarikan diri dengan berturut-turut naik becak dari Jl. Teuku Umar ke Jl. Sabang, dari sana dilanjutkan menuju Stasiun [[Tanah Abang]].
 
Assaat beserta keluarga berhasil menyeberang ke [[Sumatera]]. Berdiam beberapa hari di [[Kota Palembang|Palembang]]. Ketika itu di [[Sumatera Selatan]] sudah terbentuk ''Dewan GajahGaruda'' yang dipimpin oleh [[Barlian|Letkol Barlian]]. Di [[Sumatera Barat]] [[Ahmad Husein|Letkol Ahmad Husein]] membentuk ''[[Dewan Banteng]]''. [[Maludin Simbolon|Kolonel Maludin Simbolon]] mendirikan ''Dewan Gajah'' di [[Sumatera Utara]], sementara [[Ventje Sumual|Kolonel Ventje Sumual]] membangun ''Dewan Manguni'' ([[Burung hantu]]) di [[Sulawesi]].
 
Dewan-dewan tersebut bersatu menentang Sukarno yang dipengaruhi oleh PKI. Terbentuklah [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI). Assaat yang ketika itu baru tiba di Sumatera Barat bergabung dengan PRRI. Kemudian berkeliaran di hutan-hutan [[Sumatera]], setelah Pemerintah Pusat menggempur kekuatan PRRI.