Jalur kereta api Madiun–Ponorogo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Jalur kereta api Madiun–Ponorogo''' merupakan salah satu jalur kereta nonaktif di [[Jawa Timur]] yang berada di wilayah [[Daerah Operasi VII Madiun]]. Jalur ini dibangun pada tahun 1907 oleh [[Staatsspoorwegen]] (SS). Jalurdengan iniwaktu memilikipembukaan panjangyang kurangberbeda, lebih 32jelasnya Km.perhatikan Karakteristiktabel jalur ini hampir sama dengan jalur yang menghubungkan [[Stasiun Purwosari|Kota Solo]] dengan [[Stasiun Baturetno|Baturetno, Wonogiri.]]berikut;
{| class=wikitable
|-
! Segmen !! Panjang Lintas (km) !! Tanggal Pembukaan !! Keterangan
|-
| Madiun-Milir || 23 || 15 Mei 1907 ||
|-
| Milir-Ponorogo || 9 || 1 September 1907 ||
|-
|}
 
Sehingga panjang total jalur ini kurang lebih 32 Km. Karakteristik jalur ini hampir sama dengan jalur yang menghubungkan [[Stasiun Purwosari|Kota Solo]] dengan [[Stasiun Baturetno|Baturetno, Wonogiri.]]
 
Jalur tersebut dahulu ramai penumpang yang mayoritas adalah pedagang yang akan menjual hasil buminya ke pasar, selain itu jalur ini digunakan pula untuk pengangkutan barang dari; [[Pabrik Gula Kanigoro]], [[Pabrik Gula Rejosari]], dan [[Pabrik Gula Pagotan]], serta pengangkutan material seperti [[Batu Gamping]] dari [[Slahung, Ponorogo]] (melalui [[Jalur kereta api Ponorogo-Slahung]]), [[Kayu Jati]] dari [[Parang, Magetan]] (melalui [[Jalur kereta api Ponorogo-Badegan]]). Hingga tahun 1970-an jalur ini masih menjadi primadona masyarakat karena dianggap murah. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, kereta api mulai ditinggalkan. Masyarakat mulai beralih menggunakan moda transportasi lain berbasis jalan raya dalam mobilitas hariannya karena dianggap lebih cepat dari pada kereta api. Pada tahun 1984, jalur kereta api Madiun-Ponorogo resmi ditutup karena kalah bersaing dengan moda transportasi lain. Kini sisa-sisa jalur yang menghubungkan dua kota tersebut masih bisa kita temukan meskipun jumlahnya tinggal sedikit. Sisa-sisa rel besi yang dulunya menjadi pijakan kereta api dibeberapa titik masih terlihat jelas dan kokoh seolah-olah menanti untuk dilewati kereta api kembali. Rencananya jalur ini akan segera direaktivasi kembali untuk transportasi kota Ponorogo.