Sunda Kelapa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k clean up |
||
Baris 9:
=== Masa Hindu-Buddha ===
Menurut penulis Portugis [[Tomé Pires]], Kalapa adalah pelabuhan terbesar di Jawa Barat, selain [[Kerajaan Sunda|Sunda]] (Banten), [[Pontang]], [[Cigede]], [[Tamgara]] dan [[Cimanuk]] yang juga dimiliki Pajajaran.<ref>Supratikno Rahardjo et al (1996:21)
Pelabuhan ini telah dipakai sejak zaman Tarumanagara dan diperkirakan sudah ada sejak [[abad ke-5]] dan saat itu disebut Sundapura. Pada [[abad ke-12]], pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan [[lada]] yang sibuk milik [[Kerajaan Sunda]], yang memiliki ibukota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran yang saat ini menjadi [[Kota Bogor]]. Kapal-kapal asing yang berasal dari [[Tiongkok]], [[Jepang]], [[India]] Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti [[porselen]], [[kopi]], [[sutra]], [[kain]], wangi-wangian, [[kuda]], [[anggur]], dan zat warna untuk ditukar dengan [[rempah-rempah]] yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Baris 34:
Sekitar tahun [[1859]], Sunda Kalapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya. Akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu-perahu. Kota [[Batavia]] saat itu sebenarnya sedang mengalami percepatan dan sentuhan modern (modernisasi), apalagi sejak dibukanya [[terusan Suez|Terusan]] [[Suez]] pada 1869 yang mempersingkat jarak tempuh berkat kemampuan kapal-kapal uap yang lebih laju meningkatkan arus pelayaran antar samudera. Selain itu [[Batavia]] juga bersaing dengan [[Singapura]] yang dibangun [[Raffles]] sekitar tahun [[1819]].
Maka dibangunlah pelabuhan samudera [[Tanjung Priok]], yang jaraknya sekitar 15
Selain itu pada pertengahan abad ke-19 seluruh kawasan sekitar [[Menara Syahbandar]] yang ditinggali para elit [[Belanda]] dan [[Eropa]] menjadi tidak sehat. Dan segera sesudah wilayah sekeliling [[Batavia]] bebas dari ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak orang Sunda Kalapa berpindah ke wilayah selatan.
|