Atjeh Tram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
 
=== Atjeh Tram dari tahun 1874-1882 ===
Antara pantai dan [[Kota Radja]] terbentang sebidang tanah seluas kurang-lebih 5 Km yang terdiri atas tanah lumpur dan rawa-rawa, Di tanah tersebutlah banyak artileri milik [[KNIL]] yang tenggelam selama peristiwa ekspedisiekspIdisi Aceh berlangsung, inilah yang menjadikan alasan untuk membangun rel kereta api antara [[Pelabuhan Olee Lhe]] sampai dengan [[Kota Radja]].
 
Pada tanggal 26 Juni 1874, Gubernur Jenderal [[James Loudon]] mengumumkan sebuah rencana pembangunan infrastruktur perkereretaapian dengan lebar jalur 1067 mm di Aceh. Di [[Olee Lhe]] sebuah dermaga kereta api juga akan dibangun di tepi laut. Dibawah komando [[KNIL]], pembangunan sebuah jalur tram antara [[Olee Lhee]] sampai dengan [[Kota Radja]] dimulai. Besi yang dibutuhkan untuk dermaga berasal dari [[Singapura]], kayu-kayu untuk bantalan rel didatangkan dari [[Malaka]], sedangkan rel dan ''rolling stock''-nya dipesan dari [[Inggris]] melalui Konsul Jenderal Belanda di [[Singapura]].
Baris 71:
 
=== Segmen Segli (km 93) - Keude Breueh, dibangun 1898-1899 ===
2 Yonif diperintahkan untuk berbaris dari SEGLI pada tanggal 28 Juni 1898 Padang Tidji (km 80) untuk menemani kepala insinyur Marcella dan chief engineer dari [[Staatsspoorwegen]] yang akan menjelajahi daerah perbukitan sebelah barat dari Keude Breueh terkait kelanjutan jalur trem dari Seulimeum ​​ke Padang Tiji. Tur berlangsung dari 28 hingga 29 Juni 1898, selama ekspedisiekspIdisi Pidir dengan tak terduga banyak penentangan/perlawanan. Pasukan penjaga masuk Grong-Grong (km 86) mengambil alih sebuah bukit pada 6 Oktober 1898 di tepi kiri Peuet Plohpeuet, antara Geude Breueh dan Meunasa Agoe. Semua gubuk di dalamnya dibakar. Musuh melarikan diri ke gunung dengan kerugian yang tidak diketahui. Di sisi Belanda, fuseliers Eropa Leeflang (45811/1527) dan van Bommel (47902) terluka.
 
Pembangunan jembatan besi di atas Kroeëng Oetoes dimulai pada Oktober 1898. Pada tanggal 13 Oktober 1898 cakupan pekerja jalan dari Gle Gampoei adalah retret di puncak Keumale Raja ditembak membuat pencari ranjau Eropa 1st Class Heymans (43.120) terluka. Sejak hari itu berkemah dua perusahaan dari Batalyon 3 Infanteri di Boesoeë Teukoe Sharif dengan misi untuk melacak geng yang diidentifikasi di bawah Teukoe Habib Hoesin dan Tengkoe Brahim Hadji Lho Radjoe. Hanya Genie E. Marcella dari Genietroepen Java memiliki 700 nomor narapidana setelah kembali dari pasukan lainnya, pada tanggal 25 Oktober 1898 tinggal menunggu keputusan oleh Majelis Rendah di Belanda untuk membangun jalur kereta Segli-Padang Tiji menyelesaikan lintasan untuk jalur trem sejauh mungkin. Genie E. Marcella kemudian diangkat menjadi Officer di Orde Oranje Nassau untuk operasi militer di Utara dan Timur Aceh selama periode 1 Juni s.d. 25 Oktober 1898. Setelah tahun 1899, lintas Segli-Keude Breueh (panjang 18 km) dibuka oleh gubernur Aceh kepada pemerintah terbukti di Buitenzorg, yang akan membawa Anda sepanjang pantai utara dan timur SEGLI ke Tamiang itu sangat diinginkan untuk menyediakanmenyIdiakan personil dan peralatan yang memadai untuk pengamanan daerah. Pada bulan November 1900, antara Segli dan Padang Tidji mengemudi dua kali sehari di bawah bimbingan militer kereta api, sekali bolak-balik.
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Atjeh-spoorlijn nabij Padangtidji Atjeh TMnr 60038983.jpg|Lintas AT di Padang Tidji, km 79
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Atjeh-spoorlijn door de Pidië-streek nabij Padangtidji Atjeh TMnr 60038977.jpg|Jalur kereta api Atjeh dekat wilayah PiediPiIdi, Padang Tidji, km 79
</gallery>
 
=== Segmen Segli (km 93) - Lho Seumaweh (km 251), dibangun tahun 1900-1904 ===
 
Dalam anggaran tahun 1900, dana diberikan untuk pembangunan jalur KA segmen Segli (km 93) - Lho Seumaweh (km 251). Sehubungan dengan pemetaan jalur trem, sekitar bulan November 1900, kapten Genie JCH Fischer dan letnan 1 dari Genie Caspersz di Segli tetap tinggal di km 93. Karena pengukuran lahan dari bagian di lanskap Samalangan belum dimungkinkan sebagai akibat situasi politik, pembangunan rute dari kedua arah (Segli dan Lho Seumaweh) dilakukan. Selama pembangunan rute, EkspedisiEkspIdisi ke-3 ke Samalangan berlangsung selama periode 29 Januari 1901 - 15 Februari 1901.
 
Selama konstruksi dan setelah selesainya bagian rute, tenda sementara dipasang di sepanjang garis (sementara dan permanen) untuk keamanan dan patroli bagian trek yang terkenal ini. Pada tahun 1906, pasukan berikut ditempatkan di sepanjang bagian rute sebagai berikut;
Baris 99:
=== Pembangunan dari Segli menuju Lho Seumaweh ===
Pada 1 Januari 1902 adalah spoorbivaks ke Teupin Raja (km 115) dan Panteh Radja (126 km) mengangkat. Meureu (km 139) diduduki oleh Cie dari Yonif-14 dan pendaftaran penduduk diposting empat brigade dari Korps Polisi Militer Divisi XXVI Moekims kembali ke Aceh Besar. Perusahaan dari Yonif-12 yang telah menduduki selama pembangunan trem Meureudoe (km 139) hendak Peudada(km 180, Samalangan) untuk mengamankan pembangunan rel trem melalui Samalangan ke Peusangan. Sehubungan dengan pekerjaan yang berubah dari Meureudoe (km 139) dan koneksi lanskap ini ke trem melalui Pidië, melalui mana itu datang ke dalam koneksi harian dengan Segli (km 93), manajemen harian Meureudoe (km 139) sementara ditugaskan untuk kepala petugas yang bertanggung jawab atas administrasi di Pidia. Pada bulan November 1901, rute antara Segli (km 93) dan Beureuoen (km 106) belum siap, tetapi Beureuoen (km 106) juga bekerja ke arah Segli (km 93) dan Teupin Raja (km 115) timur Beureuoen (km 106). Pada 20 November 1901, bagian Sigli (km 93) - Meureudoe (km 139) secara resmi dibuka. Tramaanleg pada bulan Desember 1901 melaju ke perbatasan dengan Samalangan, di jembatan kereta api di atasKroeing Olem masih bekerja. Jembatan kereta api di atas Kroeëng Samalangan pada akhir Februari 1902 serta menyelesaikan sedangkan kereta pekerjaan yang telah berjalan pada Meureudoe (139 km) ke Keude Djanka Boeja (km 148). Mempersingkat kepala stasiun dari Meureudoe (139 km) setelah pembukaan stasiun itu pada 15 Desember 1902 diserang oleh Atjeher dan luka ringan. Pelaku diendapkan. Dari tanggal ini rute itu Gloempang Minjeu (111 km) - Meureudoe (139 km) dengan pembayaran ke dalam operasi dan di sini Pendapatan memuaskan. Kebutuhan untuk menyesuaikan tarif untuk pengiriman dan koper segera terlihat.
Batalyon infantri ke-12 yang ditempatkan di Lho Seumawe dan daerah sekitarnya meninggalkan Aceh pada tahun 1906 sehubungan dengan situasi politik yang menguntungkan. Tak lama kemudian, perlawanan kembali berkobar dengan intensitasnya. Para perencana telah sedikitsIdikit terlalu optimis. Jalur trem juga sering digunakan untuk mengangkut pilar terbang Korps Marechaussee.
 
====Foto di daerah Segli, km 93====
Baris 107:
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Atjeh-spoorlijn door de Pidië-streek met Wees- en Goudberg op de achtergrond Atjeh TMnr 60038976.jpg|Kereta api Aceh melalui daerah Pied dengan Wees- dan Goudberg di latar belakang
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Heilig graf langs de Atjeh-spoorlijn TMnr 60038930.jpg|Kuburan suci di sepanjang rel kereta api Aceh
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Militairen bij spoorlijn in de PedirPIdir-streek Atjeh TMnr 60038938.jpg|Tentara di jalur kereta api di wilayah PedirPIdir
</gallery>
 
====Foto di Pante Raja, km 126====
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht op de kust vanaf de spoorweg bij Panteraja TMnr 60011304.jpg|Tentara di jalur kereta api di wilayah PedirPIdir Pante Raja, km 126
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Militairen op een loop- en spoorbrug en vissers met netten in het water bij Panteraja TMnr 60011308.jpg|Sekeliling Pante Raja, km 126
</gallery>
Baris 139:
Pada 8 Juni 1901 adalah patroli dari kamp kereta api Paloh (240 km) dalam baku tembak dengan geng kecil, Panglima Rada Nisam, kamp ini dipindahkan untuk bekerja menuju Kroeëng Genkoeëh (km 233). Pada bagian dari departemen itu di Juli 1901 antara Lho Seumaweh dan Peusangan secara teratur bekerja pada pembangunan trem. Pada Teukoe Radja Tji, kepala berpengaruh bagian timur Peusangan, diperintahkan mereka untuk bergabung dengan iring-iringan kepala Meijer dan menggunakan pengaruhnya untuk membantu bisnis kagum Geutah untuk menuntut kontrol, wilayah itu sebagian menempatkan kekuasaannya. Untuk melakukan patroli di bagian timur Peusangan gampong itu Panteh Lhongditunjuk sebagai tempat di mana bivak akan datang untuk perusahaan pribumi Bat ke-12. Infanteri, karena dari sana kereta api di Peusangan dapat dengan mudah diamankan. Bivak sementara di Lapan dibubarkan pada Agustus 1901 dan pindah ke Panteh Lhong. Pada 16 Agustus 1901, bivak kereta api di Maneh (km 220) ditembak ringan oleh geng yang datang dari daerah atas. Karena penduduk setempat tidak melacak kedatangan geng, gampom itu didenda.
 
Pada 21 Agustus 1901, bivak kereta api di Kroeeggen Genkoeëh (km 233) dibubarkan. Dengan pasukan yang dibebaskan, patroli area drainase dari Kroeing Sawang (Maneh, km 220) dilakukan sampai 29 Agustus 1901, di mana banyak pemukiman pengungsi dihancurkan. Pada bulan November 1901, jalur trem dari Lho Seumaweh hampir siap ke Maneh (km 220) dengan pengecualian jembatan di atas Kroeëng Geukoeëh (km 233). Pada Februari 1902, komandan Batalyon Infantri ke-12 pindahdengan staf kecilnya ke Lho Seumaweh, karena seluruh batalion untuk peliputan rel di subdivisi Samalangan (Peudada dan Panteh Lhong) dan Lho Seumaweh (Lho Seumaweh dan Lho Soekon) ditempatkan. Pada bulan September 1902 rute antara Lho Seumaweh dan Panteh Lhong selesai dan jalur trem dapat digunakan untuk penyediaanpenyIdiaan personil dan makanan ke bivak di Panteh Lhong.
 
Pada akhir 1902 bivak kereta api di Maneh diangkat, yang lebih diperlukan karena kemajuan pekerjaan dan keterlibatan bivak di Matang Gloempang Doea di Peusangan. Pada bulan November 1902, Jin masih bekerja memperbaiki jembatan di atas Kroeëng Maneh (km 220) sebagai akibat kerusakan yang disebabkan oleh Bandjir, sesuatu yang belum siap pada Februari 1903. Kereta dari Lho Seumaweh (km 251) harus berhenti di sepanjang Kroeëng Maneh (km 220) dan kargo dengan kuli-kuli Cina akan dipindahkan ke gerbong lain di bank lain. Transshipment ini menyebabkan ketidaknyamanan yang besar. Pada tanggal 20 Februari 1903, bagian ini secara resmi mulai digunakan. Untuk saat ini, penduduk bebas bepergian. Pengangkatan tiga jembatan besi akibat bandjir menyebabkan stagnasi yang diperlukan dalam konstruksi,
Baris 150:
</gallery>
 
=== Segmen Lho Seumaweh (km 251) - EdiIdi (km 349), dibagun 1901 - 1904 ===
 
Sementara itu berada di anggaran untuk 1901 dana diperbolehkan untuk pembangunan jalur Lho Seumaweh (251 km) - EdiIdi (349 km) dengan panjang sekitar 100 km dengan daerah Pase, setelah proposal untuk pembangunan dan pengoperasian garis dari Aroebaai ke Lho Seumaweh ditolak oleh pemerintah. Dari tahun itu, pembangunan jalur trem perlahan tapi terus berlanjut. Pada akhir Maret 1901 ditutupi oleh sebagian dari 1 Cie 12 Bataljon infanteri oleh utama dari Genie JCH Fischer melakukan rekaman atas nama register menjadi rel trem antara Lho Seumaweh dan EdiIdi. Hanya tembakan dari Boedjo Blang Bido dan dekat Lho Soekon (km 284) yang dibongkar pada detasemen ini. Patroli Lho Seumaweh membawa detasemen ke Lho Soekon (km 285)telah menemani untuk mengambil kembali setiap orang yang terluka dan sakit kembali ke Aloe Geudjroeen dan jalan besar ke Lho Seumaweh kembali. Jembatan kereta api besar di atas laguna antara Lho Seumaweh dan Tjoenda sebagian besar selesai pada bulan Juni 1901. Pada 21 September 1901, seorang bivak terlibat di Poenteuët (km 261) untuk mencakup detail jalur kereta api ke Geudoeng (km 266) dan para pekerja jalan. Jalan dari Poenteuët (km 261) ke Madjiroen dan via Bajoe (km 264) ke Keudé Geudoeng(km 266) dan Koeta Baté dibersihkan oleh penduduk dan jika perlu ditingkatkan dan dilebarkan. Jika perlu, jembatan di jalan-jalan ini juga diganti dengan besi. Pada awal Oktober 1901, tongkang kereta api di Poenteuët (km 261) dipindahkan sementara ke Keudé Geudoeng (km 266), lihat gambar tongkang kereta api di bawah). Dengan maksud untuk kegiatan rekaman lanjutan untuk jalur trem antara Lho Seumaweh - EdiIdi, bivak di Geudoeng (km 266) dipindahkan ke Lho Soekon pada 23 November 1901 (km 285). Sehubungan dengan transfer ini, bivak di Blang Beuma juga dipindahkan dan dipindahkan ke Matang Koeli(km 279) di wilayah Pasé. Para vivresopvoer ke bivak ini sejak saat itu dijemput oleh Angkatan Laut melalui laut. Pembangunan jalur tanah dimulai pada Maret 1902. Rute bisa dibuka pada 1 April 1904. Di perbatasan Subdivisi EdiIdi, bivak di Pantoen Laboe (km 307) terletak di Kroeëng Djamboe Aje . Pada tahun 1906 bivak dikawal oleh 5 kelompok batalion Garnisoen pertama di Aceh. Belakangan bivak ini diambil alih oleh Korps Marechaussee. Juga pada tahun 1906, 6 kelompok batalion garnisun pertama ditempatkan di bivak di Lho Soekon (km 285).
 
<gallery>
Baris 162:
</gallery>
 
=== Bagian EdiIdi (km 349) - Langsa (km 413), ditata tahun 1904 - 1907 ===
Hingga EdiIdi (km 349) dukungan militer permanen diperlukan, dari EdiIdi (km 349) itu cukup untuk pengawas sipil.
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Atjeh-spoorlijn bij Idi TMnr 60038937.jpg|Atjeh-spoorlijn bij Idi
Baris 181:
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Trein op een door een heuvel gegraven stuk spoorweg bij Batoe Gloengoer TMnr 60011303.jpg
File:Kaart van PedirPIdir.jpg|Peta dengan lembah sungai Aceh dan sungai Pied
</gallery>
 
=== Langsa lintasan (km 413) - Koeala Simpang (km 445), ditata 1910-1913 ===
Pada tahun 1910 dana untuk pembangunan Langsa (km 413) - Koeala Simpang (km 445) dibuat tersediatersIdia, bagian mana dibuka untuk umum pada tanggal 2 September 1912. Jembatan di atas Kroeëng Tamiang di Koeala Simpang (km 445) selesai pada 31 Desember 1913 dan merupakan jembatan terpanjang Aceh dengan panjang total 228 meter
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Boten (sampans) en ponten op en pijlers voor de spoorbrug in aanbouw in de Tamiang-rivier aan de oostkust van Atjeh Noord-Sumatra TMnr 10007604.jpg|Jembatan kereta api sedang dibangun di atas Sungai Tamiang
Baris 193:
=== Lintasan bagian Kwala Simpang (km 445) - Pangkalan Soesoe (km 495), ditata 1915-1917 ===
 
Di Langkat ("East coast of Sumatra"), banyak perusahaan dibentuk sekitar pergantian abad yang sebagian besar bergerak di bidang karet. Baik "Aceh Tram (AT)" dan " Perusahaan Kereta Api Deli (DSM)" ingin memperluas jalur mereka ke Langkat (Residence East Coast of Sumatra). Hubungan dengan Deli Spoor, yang memungkinkan kereta api untuk melewati Pangkalan Brandan, telah disebutkan di bagian bawah Heutsz . Pemerintah India, bagaimanapun, melihat kemungkinan menggunakan bagian dari jalur Aceh untuk tujuan non-militer dan akhirnya memilih untuk meneruskan Trem Atjeh. Dari hubungan lebih lanjut dengan Pangkalan Brandan, pada tahun 1914, pembukaan bagian rute Koeala Simpang ke Soengei Lipoet diikuti, sedangkan pada 1 Februari 1916 pembangunanBesitang di perbatasan GAM dan kediamankIdiaman pantai timur Sumatera telah menjadi, diikuti oleh, pada tahun 1917, garis sisi dengan tiga rel (membaca dua lebar track) dari Besitang ke Pangkalan Soesoe ke Aru Bay, sebagai deli Melacak naik pada trek yang lebih luas lalu Trem Atjeh.
 
=== Atjeh Staatsspoorwegen (ASS), 1916-1942 ===