Sintong Panjaitan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
Baris 44:
Sintong dilahirkan di [[Tarutung]], sebagai anak ketujuh dari 11 bersaudara. Saudara-saudaranya bernama: Johan Christian, Nelly, Humalatua, Hiras, Erne, Wilem, Tiurma, Dame, Anton dan Emmy.
Ayahnya, Simon Luther Panjaitan (sebelumnya bernama Mangiang Panjaitan) adalah seorang Mantri di [[Rumah Sakit Dr. Kariadi|Centrale Burgelijke Ziekenhuis (RSU) Semarang]].<ref name=sintong40>Hendro Subroto, Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2009, hlm.40.</ref> Ibunya, Elina Siahaan adalah puteri dari seorang raja di Aek Nauli, Raja Ompu Joseph Siahaan.<ref name=sintong40/> Keduanya menikah di [[Semarang]], pada tahun [[1925]].
Minat Sintong pada bidang militer muncul saat berumur tujuh tahun yang pada saat itu rumahnya kerap terkena bom [[P-51 Mustang]] Angkatan Udara Kerajaan [[Belanda]]. Sintong mulai memanggul senjata di bangku [[Sekolah Menengah Atas]] (1958) saat ia mengikuti latihan kemiliteran 3 bulan yang dilaksanakan gerakan [[PRRI]] di bawah pimpinan Kolonel M. Simbolon.<ref>Hendro Subroto, Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2009, hlm.44.</ref>
== Karier Militer ==
Baris 50:
Sintong lulus dari AMN pada tahun 1963 dengan pangkat Letnan Dua. Selanjutnya ia mengikuti sekolah dasar cabang Infantri di Bandung dan lulus pada tanggal 27 Juni 1964 dan ditempatkan sebagai perwira pertama Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat ([[RPKAD]]), pasukan elit TNI Angkatan Darat (kini bernama Komando Pasukan Khusus - Kopassus).
Pada periode Agustus 1964-Februari 1965 Sintong menerima perintah operasi tempur
Sejak Februari 1965, Sintong mengikuti pendidikan dasar komando di Pusat Pendidikan Para Komando AD di Batujajar. Ia memperoleh atribut Komando di Pantai Permisan, 1 Agustus 1965, dan kembali ke Batujajar untuk pendidikan dasar Para dan mengalami 3 kali terjun.
Setelah itu ia menerima perintah untuk diterjunkan di [[Kuching]], [[Serawak]], [[Malaysia]] Timur sebagai bagian dari Kompi Sukarelawan Pembebasan Kalimantan Utara dalam rangka [[Konfrontasi Indonesia-Malaysia|Konfrontasi Malaysia]].
Terjadinya [[Gerakan 30 September]] (G30S) membatalkan rencana penerjunan di atas. Sintong sebagai bagian dari Kompi yang berada di bawah pimpinan Lettu [[Feisal Tanjung]] kemudian berperan aktif dalam menggagalkan G30S. Sintong memimpin 1 Peleton
Setelah itu Sintong menerima tugas operasi pemulihan keamanan dan ketertiban di [[Jawa Tengah]], untuk memimpin
Pada tahun [[1969]] [[Kapten]] [[Feisal Tanjung]] mengikutsertakan Sintong dalam upaya membujuk kepala-kepala [[suku]] di [[Irian Barat]] untuk memilih bergabung bersama [[Indonesia]] dalam [[Penentuan Pendapat Rakyat]].<ref>Usamah Hisyam (Ketua Tim Penyusun), Feisal Tanjung:Terbaik untuk rakyat, terbaik bagi Abri, Jakarta: Dharmapena, 1999, hal.227.</ref>
|