Abdul Hamid Lubis Hutapungkut: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Palladin911 (bicara | kontrib) Update |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k cosmetic changes |
||
Baris 60:
<!-- -------------------------------------------------------- -->
|wilayah1 = Hutapungkut
|dibawah_kuasa1 = [[Perusahaan Hindia Timur Belanda di Indonesia
|bentuk_kuasa1 = [[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|12px]] [[Imperium Belanda]]
|wilayah2 = Pematangsiantar
|dibawah_kuasa2 = [[Perusahaan Hindia Timur Belanda di Indonesia
|bentuk_kuasa2 = [[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|12px]] [[Imperium Belanda]]
Baris 179:
| color10 = #A2D12E
| notes10 = Meninggal dunia.
| below =
Baris 215 ⟶ 214:
Pada tahun 1918 M, Syekh Abdul Hamid meninggalkan Huta Pungkut menuju Pematangsiantar (Timbang Galung), disana beliau tinggal dirumah Siti Salmah Lubis (kemenakan kandungnya) dan suaminya Bayo Batubara<ref name="Pelly"/>. Belum ada kejelasan mengenai faktor penyebab Syekh Abdul Hamid meninggalkan Huta Pungkut <ref name="Pelly"/>. Beliau meninggalkan Hutapungkut dan dimutasikan ke Pematangsiantar adalah atas pemufakatan keluarga dan kalangan kuria (adat) <ref name="Pelly 2017"/>.
Saat berada Pematang Siantar, beliau pernah menjadi Qadhi di Timbang Galung.<ref name="Pelly"/>
Di kota ini pula beliau diberi kedudukan sebagai mufti dan tinggal bersama cucunya Adam Malik.<ref name="Pelly 2017"/> Beliau membesarkan [[Adam Malik]] (bekas Wakil Presiden RI dan Ketua Sidang Umum, PBB), menyekolahkannya ke Parabek ([[Bukittinggi]]) dan ke [[Langkat]] (Tanjungpura).<ref name="Pelly"/> Dari Pematangsiantar itu, di masa Jepang Adam Malik ke Jakarta, bertugas sebagai wartawan.<ref name="Pelly"/> Bergabung dengan Soekarno-Hatta yang sedang mempersiapkan kemerdekaan.<ref name="Pelly 2017"/>
Baris 253 ⟶ 252:
''Syekh Abdul Hamid meninggal 21 Mei 1928 di Hutapungkut, tetapi murid-murid Beliau telah meneruskan perjuangan Beliau tidak hanya mengajar ilmu agama mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi turut serta di medan pertempuran pisik dan mengisi kemerdekaan itu. Inilah i’tibar kearifan bangsa dalam adagium “Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang,” daripada banyak orang mati hanya meninggalkan pusara tua. Amien. ''
</poem></div>
|source = {{longitem|style=text-align:center;line-height:1.3em; |— Prof. Usman Pelly, Ph.D; 2015; [[Antropologi|Antroplog]] di [[Universitas Negeri Medan
}}
Baris 314 ⟶ 313:
*{{id}} [http://allangkati.blogspot.com/2009/01/pesantren-musthafawiyah.html Pesantren Musthafawiyah]
*{{id}} [http://allangkati.blogspot.com/2009/12/syeikh-abdul-qadir-bin-sobir-al.html Syeikh Abdul Qadir bin Sobir al-Mandaili]
*{{id}} [http://allangkati.blogspot.com/2010/09/syeikh-abdul-qadir-bin-tolib.html Syeikh Abdul Qadir Bin Tolib al-Mandili]
== Lihat Pula ==
Baris 322 ⟶ 321:
* [[Musthafa Husein al-Mandili|Syekh Haji Musthafa Husein Nasution al-Mandaili]]
{{Ulama-Nusantara-bio-stub}}▼
{{DEFAULTSORT:Abdul Hamid Lubis}}▼
{{Lifetime|1865|1928|Abdul Hamid Lubis}}
▲{{DEFAULTSORT:Abdul Hamid Lubis}}
[[Kategori:Ulama Mandailing]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
▲{{Ulama-Nusantara-bio-stub}}
|