Ibnu Batutah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 71:
Tatkala Ibnu Batutah tiba di Mogadisyu pada 1331, kota itu sedang berada pada puncak kemakmurannya. Ibnu Batutah menggambarkan Mogadisyu sebagai "sebuah bandar yang luar biasa besarnya", ramai saudagar kaya, dan masyhur karena menghasilkan kain bermutu tinggi yang diekspor ke negeri-negeri lain, bahkan sampai ke [[Mesir]].<ref>{{Cite book|title=Somalia: A Country Study|author= Helen Chapin Metz|location=US|publisher=Federal Research Division, Library of Congress |year=1992|isbn=0-8444-0775-5 }}</ref> Ia menambahkan pula bahwa kota itu diperintah oleh seorang [[Sultan]] Somali bernama Abu Bakar bin Syekh Umar,<ref name="Versteegh">{{cite book|last=Versteegh|first=Kees|title=Encyclopedia of Arabic language and linguistics, Jilid 4|year=2008|publisher=Brill|isbn=9004144765|page=276|url=https://books.google.com/books?id=OWQOAQAAMAAJ|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20160101082227/https://books.google.com/books?id=OWQOAQAAMAAJ|archivedate=1 January 2016|df=dmy-all}}</ref><ref name="Laisas">David D. Laitin, Said S. Samatar, ''Somalia: Nation in Search of a State'', (Westview Press: 1987), hlm. 15.</ref> yang berasal dari daerah [[Barbara (kawasan)|Berbera]] di kawasan utara Somalia. Sultan Somali ini fasih berbahasa Arab, sefasih ber[[bahasa Somali]] (Ibnu Batutah menyebutnya sebagai "bahasa Mogadisyu", yakni bahasa Somali dialek [[Benadir]]).<ref name="Laisas"/><ref>Chapurukha Makokha Kusimba, ''The Rise and Fall of Swahili States'', (AltaMira Press: 1999), hlm. 58</ref> Sang Sultan didampingi oleh barisan [[wazir]] (menteri), ahli hukum, senapati, [[sida-sida]], dan bermacam-macam pengiring lain yang siap sedia melayaninya.<ref name="Laisas"/>
====
[[File:GreatMosque.jpg|150px|thumb|Mesjid Agung [[Kilwa Kisiwani]], mesjid terbesar yang dibangun menggunakan [[Karang|batu karang]]]]
Ibnu Batutah melanjutkan perjalanannya dengan menumpangi kapal yang berlayar ke arah selatan menuju [[Pesisir Swahili]], kawasan yang oleh orang Arab disebut "Negeri [[Zanj|Jenggi]]" (''Biladil Zanj''),<ref>{{harvnb|Chittick|1977|p=191}}</ref> dan sempat bermalam di [[Mombasa]], sebuah bandar pulau.<ref>{{harvnb |Gibb|1962|p=379 Jld. 2}}</ref> Meskipun relatif kecil kala itu, Mombasa kelak berkembang menjadi sebuah bandar terkemuka pada abad berikutnya.<ref>{{harvnb |Dunn|2005|p=126}}</ref> Setelah melakukan perjalanan menyusuri pantai, Ibnu Batutah akhirnya sampai di bandar pulau lainnya, yakni [[Kilwa Kisiwani|Kilwa]], yang kini berada di dalam wilayah negara [[Tanzania]].<ref>{{harvnb| Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA192 192 Jld. 2]}}</ref> Bandar Kilwa kala itu merupakan sebuah pusat persinggahan penting dalam jaringan perniagaan emas.<ref>{{harvnb |Dunn|2005|pp=126–127}}</ref> Ia menggambarkan bandar itu sebagai "salah satu dari kota-kota paling permai, yang dibangun dengan sedemikian eloknya; semua bangunan terbuat dari kayu, dan atap rumah-rumahnya terbuat dari gelagah ''dīs''."<ref>{{harvnb|Gibb|1962|p=380 Jld. 2}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA193 193, Jld. 2]}}</ref>
|