Milah Abraham: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 3:
== Pandangan Umum ==
<nowiki>Mayoritas ahli agama berpendapat dan berkeyakinan bahwa setiap Rasul Allah membawa agama atau sistem hukum yang baru dan berbeda dari agama atau sistem hukum dari Rasul Allah sebelumnya, sekaligus sebagai pengganti dan lebih sempurna dari sebelumnya. Sehingga apa yang Allah wahyukan kepada nabi Ibrahim (
Doktrin agama tersebut tentu saja patut dipertanyakan karena tidak memiliki dasar kewahyuan yang kuat. Bukankah semua Rasul Allah diutus dan mendapat tugas yang sama? Yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya yang sejati, menjadi hamba dari Allah Sang Pencipta sebagai satu-satunya Tuhan baginya. Tentu saja Allah menciptakan manusia dengan maksud tertentu, yakni manusia menjalankan fungsinya sesuai kehendak dan perintah Sang Pencipta dirinya. Setiap Rasul Allah diutus untuk membawa petunjuk dan sistem hukum yang benar (''din al-haqq'') di tengah kehidupan umat manusia yang zalim dan syirik akibat mengikuti sistem hidup yang batil, yakni sistem hukum bangsa-bangsa yang musyrik, sehingga manusia kembali kepada cara hidup yang benar (fitrah) dan bisa menjalankan fungsinya dengan benar. Untuk itulah Allah menciptakan sistem atau tata cara hidup dan kehidupan yang benar (''dīn al-haqq'') bagi makhluk ciptaan-Nya, khususnya bagi manusia. Tugas para Rasul Allah itu tertuang dengan jelas dalam Al-Quran berikut ini:<blockquote><u>Ash-Shaf (61) ayat 9:</u></blockquote><blockquote>''Huwa alladzii arsala rasuulahu bialhudaa wadiini alhaqqi liyuzhhirahu 'alaa alddiini kullihi walaw kariha almusyrikuuna.''</blockquote><blockquote>Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan '''membawa petunjuk dan ''din'' yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala ''din''''' meskipun orang-orang musyrik membenci.</blockquote>Sesungguhnya semua ajaran dan risalah yang dibawa dan diperjuangkan oleh para Nabi dan Rasul Allah dari zaman ke zaman adalah ajaran Allah yang sama, tidak pernah berganti apalagi berevolusi (dari yang tidak sempurna menuju yang sempurna). Kesamaan ajaran tersebut tidak hanya dalam masalah keimanan kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga dalam masalah hukum atau syariat dan ibadah.
|