Ibnu Batutah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 182:
Setelah tinggal selama sepuluh hari di Taghaza, rombongan kafilah melanjutkan perjalanan menuju oasis di Tasarahla (mungkin Bir Al-Ksaib),{{sfn | Levtzion| Hopkins | 2000|p = 457}}{{efn|Bir Al-Ksaib (disebut pula Bir Ounane atau El Gçaib) terletak di kawasan utara Mali pada {{Coord|21|17|33|N|5|37|30|W}}. Oasis ini terletak 265 km (165 mil) di sebelah selatan Taghaza, dan 470 km (290 mil) di sebelah utara Oualata.}} tempat kafilah beristirahat selama tiga hari sebelum melakukan perjalanan yang terakhir sekaligus tersulit menyeberangi Gurun Sahara. Dari Tasarahla, seorang pandu Masufa diutus terlebih dahulu ke Kota Oasis [[Oualata]] guna mempersiapkan bekal air yang akan diangkut menempuh jarak sejauh empat hari perjalan menuju tempat pertemuan dengan kafilah yang membutuhkannya sebagai pelepas dahaga. Oualata adalah pos paling selatan di jalur [[niaga lintas-Sahara]], dan belum lama menjadi bagian dari wilayah Kemaharajaan Mali. Secara keseluruhan, rombongan kafilah itu menghabiskan waktu selama dua bulan untuk melakukan perjalanan lintas gurun sejauh 1.600 km (990 mil) dari Sijilmasa.<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti |1858|p=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA385 385 Jld. 4]}}; {{harvnb|Levtzion|Hopkins |2000| p=284}}; {{harvnb|Dunn|2005|p=298}}</ref>
[[Image:Bilma-Salzkarawane1.jpg|thumb|Kafilah garam [[Azalai]] dari [[Agadez]] menuju [[Bilma]]]]
Dari tempat itu, Ibnu Batutah melakukan perjalanan ke arah barat daya, menyusuri tepian sebuah sungai yang ia sangka Sungai Nil (sebenarnya adalah [[Sungai Niger]]), sampai ke ibu kota Kemaharajaan Mali.{{efn|Lokasi ibu kota Kemaharajaan Mali masih menjadi pokok perdebatan sengit dan belum juga ada kata sepakat di kalangan para ahli. Sejarawan [[John Hunwick]] telah mengkaji waktu perjalanan yang diriwayatkan oleh Ibnu Batutah dan menyimpulkan bahwa ibu kota Kemaharajaan Mali agaknya terletak di sisi kiri [[Sungai Niger]], di daerah antara [[Bamako]] dan [[Nyamina]].{{sfn|Hunwick|1973}}}} Di ibu kota Kemaharajaan Mali, ia berjumpa dengan ''Mansa'' [[Sulaiman (mansa)|Sulaiman]], yang naik takhta pada 1341. Ibnu Batutah tidak sukasenang melihat biti-biti perwara, dayang-dayang, bahkan putri-putri sultan, tidak menutup seluruh [[aurat]] mereka selayaknya Muslimah yang baik.<ref>Jerry Bently, ''Old World Encounters: Cross-Cultural Contacts and Exchanges in Pre-Modern Times (New York: Oxford University Press, 1993),131.''</ref> Ia meninggalkan ibu kota pada bulan Februari, ditemani seorang saudagar pribumi Mali, dan melakukan perjalanan dengan mengendarai unta menuju [[Timbuktu]].<ref>{{harvnb|Defrémery |Sanguinetti|1858|p=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA430 430 Jld. 4]}}; {{harvnb | Levtzion| Hopkins | 2000| p=299}}; {{harvnb|Gibb|Beckingham|1994|pp=969–970 Jld. 4}}; {{harvnb| Dunn |2005|p=304}}</ref> Meskipun dua abad kemudian telah berkembang menjadi kota terkemuka di kawasan itu, Timbuktu masih berupa sebuah sebuah kota kecil dan tidak begitu penting sewaktu dikunjungi Ibnu Batutah.{{sfn|Dunn|2005|p = 304}} Dalam perjalanan ke Timbuktu inilah Ibnu Batutah untuk pertama kalinya melihat [[kuda nil]]. Satwa ini ditakuti oleh tukang-tukang perahu pribumi, dan diburu dengan menggunakan lembing yang dihubungkan pada seutas tambang yang kuat.<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1858|pp=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA425 425–426 Jld. 4]}}; {{harvnb | Levtzion| Hopkins | 2000| p=297}}</ref> Setelah tinggal selama jangka waktu yang singkat di Timbuktu, Ibnu Batutah melakukan perjalan menyusui Sungai Niger menuju [[Gao]] dengan menaiki perahu kecil yang terbuat dari sebatang pohon utuh. Kala itu Gao adalah sebuah pusat niaga yang penting.<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1858|pp=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA432 432–436 Jld. 4]}}; {{harvnb | Levtzion| Hopkins | 2000| p=299}}; {{harvnb| Dunn |2005|p=305}}</ref>
 
Setelah sebulan lamanya tinggal di Gao, Ibnu Batutah berangkat bersama serombongan besar kafilah menuju Oasis [[Takedda]]. Dalam perjalanan melintasi padang gurun, turun titah dari [[Abu Inan Faris|Sultan Maroko]] agar ia kembali ke kampung halamannya. Ibnu Batutah bertolak menuju Sijilmasa pada bulan September 1353, bersama serombongan besar kafilah yang membawa 600 orang budak perempuan, dan tiba di Maroko pada awal tahun 1354.<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1858|pp=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA444 444–445 Jld. 4]}}; {{harvnb | Levtzion| Hopkins | 2000| p=303}}; {{harvnb| Dunn |2005|p=306}}</ref>