Tuanku Imam Bonjol: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Perang Padri: Naskah Tuanku Imam Bonjol, autobiografi pertama berbahasa Melayu
Baris 46:
Setelah datang bantuan dari Batavia, maka Belanda mulai melanjutkan kembali pengepungan, dan pada masa-masa selanjutnya, kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit, namun ia masih tak sudi untuk menyerah kepada Belanda. Sehingga sampai untuk ketiga kali Belanda mengganti komandan perangnya untuk merebut Bonjol, yaitu sebuah negeri kecil dengan benteng dari tanah liat yang di sekitarnya dikelilingi oleh parit-parit. Barulah pada tanggal [[16 Agustus]] [[1837]], Benteng Bonjol dapat dikuasai setelah sekian lama dikepung.
 
DalamTuanku bulanImam Bonjol menyerah kepada Belanda pada Oktober 1837, Tuankudengan Imamkesepakatan Bonjolbahwa diundanganaknya keyang [[Palupuhikut bertempur selama ini, AgamNaali Sutan Chaniago, diangkat sebagai pejabat kolonial Belanda<ref name=":0">{{Cite journal|Palupuh]]last=Hadler|first=Jeffrey|date=2008/08|title=A untukHistoriography berundingof Violence and the Secular State in Indonesia: Tuanku Imam Bondjol and the Uses of History|url=https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-asian-studies/article/historiography-of-violence-and-the-secular-state-in-indonesia-tuanku-imam-bondjol-and-the-uses-of-history/E87E1A7ADBE2861999240C78C27C0829|journal=The TibaJournal diof tempatAsian ituStudies|language=en|volume=67|issue=3|pages=971–1010|doi=10.1017/S0021911808001228|issn=1752-0401}} langsungHalaman ditangkap986-989, dan1002</ref>. Imam Bonjol dibuang ke ke [[Cianjur]], [[Jawa Barat]]. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotta, [[Kabupaten Minahasa|Minahasa]], dekat [[Manado]]. Di tempat terakhir itu ia meninggal dunia pada tanggal [[8 November]] [[1864]]. Tuanku Imam Bonjol dimakamkan di tempat pengasingannya tersebut. Tuanku Imam Bonjol menulis autobiografi yang dinamakan Naskah Tuanku Imam Bonjol yang antara lain berisi penyesalannya atas kekejaman Wahabi Paderi<ref name=":0" />. Tulisan tersebut merupakan karya sastra autobiografi pertama dalam bahasa Melayu disimpan oleh keturunan Imam Bonjol dan dipublikasikan tahun 1925 di Berkley<ref>IMAM BONDJOL, TUANKU, and NAALI, SUTAN CANIAGO. 1925. Naskah Tuanku Imam Bondjol [manuscript in Arabic-script Minangkabau]. University of California, Berkeley. Doe
 
Library, DS646.15.S76.I43.</ref>, dan 2004<ref>IMAM BONDJOL, TUANKU. 2004. Naskah Tuanku Imam Bonjol. Transliterator Syafnir Aboe Nain. Padang: PPIM.</ref> di Padang.<ref name=":0" />
Perjuangan yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi apresiasi akan kepahlawanannya dalam menentang penjajahan,<ref>Kompas 10/11/2007 Oleh Suryadi, Dosen dan Peneliti pada Opleiding Talen en Culturen van Zuidoost-Azië en Oceanië, Universiteit Leiden, Belanda</ref> sebagai penghargaan dari pemerintah Indonesia yang mewakili rakyat Indonesia pada umumnya, Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] sejak tanggal [[6 November]] [[1973]].