Kuwon, Karas, Magetan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nda nanda27 (bicara | kontrib)
k kades
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Nda nanda27 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
{{Desa|nama=Kuwon|foto=|peta=|provinsi=Jawa Timur|nama dati2=Magetan|dati2=Kabupaten|kecamatan=Karas|nama pemimpin=Basuki ,S.Ag|kode pos=63395|luas=-|penduduk=|kepadatan=-|situs web=Kuwon.magetan.go.id|Sekertaris Desa=}}
{{Desa
|peta =
|nama =Kuwon
|foto=|provinsi =Jawa Timur
|dati2 =Kabupaten
|nama dati2 =Magetan
|kecamatan =Karas
|kode pos =63395
|nama pemimpin = Basuki ,S.Ag
|luas =-
|penduduk =
|kepadatan =-
|situs web=Kuwon.magetan.go.id|Sekertaris Desa=}}
'''Kuwon'''Berdirinya Desa Kuwon ini sangat erat hubungannya dengan sejarah Purwodadi, yakni suatu Kabupaten yang dikusai oleh Kerajaan Mataram pada waktu itu. Menurut cerita yang disampaikan sesepuh Desa Kuwon, legenda terjadinya Desa Kuwon ini bermula dari perang fisik antara prajurit pengikut Pangeran Diponegoro dengan Kompeni Belanda. Pada waktu itu prajurit pengikut Pangeran Diponegoro yang sedang bermukim mempertahankan Kabupaten Purwodadi diserbu oleh pasukan Kompeni Belanda yang berlangsung beberapa hari. Pasukan belanda mengandalkan senjata api yang relatif banyak, sedangkan pasukan prajurit Pangeran Diponegoro mengandalkan Pasukan berkuda dengan kekuatan non fisik yang membuat prajurit tersebut kebal dengan senjata api. Korban di pihak pasukan Kompeni Belanda bergelimpangan berserak dimana – man tak terhitung jumlahnya baigaikan “ Babadan Pancing “ ditebas dan ditusuk oleh pedang dan tombak Pasukan Pangeran Diponegoro. Bahkan banyak Pasukan Kompeni Belanda yang mati karena ketakutan ilmu ghoib yang dimiliki oleh pahlawan – pahlawan pengikut Pangeran Diponegoro. Dengan Somboyan “ Rawe – rawe rantas malang – malang putung “. Pasukan Kompeni Belanda merasa jengkel melawan Prajurit Pangeran Diponegoro yang trampil, ulet dan tidak mudah untuk dikalahkan ini. Oleh karena itu mereka lapor kepada pembesarnya di Batavia sehingga pembesarnya di Batavia sangat marah dan memerintahkan untuk mengirim pasukan dengan jumlah yang sangat besar lengkap dengan persenjataannya. Dengan datangnya bala bantuan yang berlipat ganda ini menyebabkan kekuatan menjadi tidak seimbang dan prajurit Pangeran Diponegoro menjadi kuwalahan. Akhirnya Pimpinan prajurit Pangeran Diponegoro yang bernama Ki DJUNED SOSRODIPO memerintahkan kepada pasukannya untuk mundur menghindari serangan pasukan Kompeni Belanda yang membabi buta tersebut. Mereka meninggalkan Kabupaten Purwodadi menuju kearah barat dan akhirnya sampailah prajurit Pangeran Diponegoro pada suatu tempat 9 yang berbatu – batu, yang sangat strategis untuk persembunyian dan menyusun kekuatan baru. Disinilah mereka membuat “ PAKUWON “, yaitu suatu tempat untuk berlindung, bersembunyi, serta menyusun kekuatan baru guna menghadapi kembali pasukan Kompeni Belanda.
 
'''Sejarah Desa Kuwon :'''
Lama kelamaan di sekitar Pakuwon ini banyak orang yang menebang hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Akhirnya daerah ini menjadi demikian banyak penghuninya, sehingga menjadi daerah pemukiman. Atas persetujuan sesepuh, maka ini daerah ini dinamakan “ KUWON “ dari kata “ PAKUWON “ dan menjadi Desa KUWON YANG SEKARANG INI. Desa kuwon ini didirikan oleh soerang pendekar pilih tanding yang bernama “ KI MANGUK “ kurang lebih sekitar tahun 1870 an. Beliau masih keturtunan “ KI AGENG RENDHENG “ yang sekarang petilasan dan makamnya di Daerah Kincang Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun. [[desa]] di wilayah [[Karangrejo, Magetan|Kecamatan Karangrejo]], [[Kabupaten Magetan]], Provinsi [[Jawa Timur]].{{Karas, Magetan}}
 
Berdirinya Desa Kuwon ini sangat erat hubungannya dengan sejarah Purwodadi, yakni suatu Kabupaten yang dikusai oleh Kerajaan Mataram pada waktu itu.
{{kelurahan-stub}}
 
'''Kuwon'''Berdirinya Desa Kuwon ini sangat erat hubungannya dengan sejarah Purwodadi, yakni suatu Kabupaten yang dikusai oleh Kerajaan Mataram pada waktu itu. Menurut cerita yang disampaikan sesepuh Desa Kuwon, legenda terjadinya Desa Kuwon ini bermula dari perang fisik antara prajurit pengikut Pangeran Diponegoro dengan Kompeni Belanda. Pada waktu itu prajurit pengikut Pangeran Diponegoro yang sedang bermukim mempertahankan Kabupaten Purwodadi diserbu oleh pasukan Kompeni Belanda yang berlangsung beberapa hari. Pasukan belanda mengandalkan senjata api yang relatif banyak, sedangkan pasukan prajurit Pangeran Diponegoro mengandalkan Pasukan berkuda dengan kekuatan non fisik yang membuat prajurit tersebut kebal dengan senjata api. Korban di pihak pasukan Kompeni Belanda bergelimpangan berserak dimana – man tak terhitung jumlahnya baigaikan '''''“ Babadan Pancing “''''' ditebas dan ditusuk oleh pedang dan tombak Pasukan Pangeran Diponegoro. Bahkan banyak Pasukan Kompeni Belanda yang mati karena ketakutan ilmu ghoib yang dimiliki oleh pahlawan – pahlawan pengikut Pangeran Diponegoro. Dengan Somboyan '''''“ Rawe – rawe rantas malang – malang putung “. Pasukan Kompeni Belanda merasa jengkel melawan Prajurit Pangeran Diponegoro yang trampil, ulet dan tidak mudah untuk dikalahkan ini. Oleh karena itu mereka lapor kepada pembesarnya di Batavia sehingga pembesarnya di Batavia sangat marah dan memerintahkan untuk mengirim pasukan dengan jumlah yang sangat besar lengkap dengan persenjataannya. Dengan datangnya bala bantuan yang berlipat ganda ini menyebabkan kekuatan menjadi tidak seimbang dan prajurit Pangeran Diponegoro menjadi kuwalahan. Akhirnya Pimpinan prajurit Pangeran Diponegoro yang bernama Ki DJUNED SOSRODIPO memerintahkan kepada pasukannya untuk mundur menghindari serangan pasukan Kompeni Belanda yang membabi buta tersebut. Mereka meninggalkan Kabupaten Purwodadi menuju kearah barat dan akhirnya sampailah prajurit Pangeran Diponegoro pada suatu tempat 9 yang berbatu – batu, yang sangat strategis untuk persembunyian dan menyusun kekuatan baru. Disinilah mereka membuat “ PAKUWON “, yaitu suatu tempat untuk berlindung, bersembunyi, serta menyusun kekuatan baru guna menghadapi kembali pasukan Kompeni Belanda.'''''
 
Pasukan Kompeni Belanda merasa jengkel melawan Prajurit Pangeran Diponegoro yang trampil, ulet dan tidak mudah untuk dikalahkan ini. Oleh karena itu mereka lapor kepada pembesarnya di Batavia sehingga pembesarnya di Batavia sangat marah dan memerintahkan untuk mengirim pasukan dengan jumlah yang sangat besar lengkap dengan persenjataannya. Dengan datangnya bala bantuan yang berlipat ganda ini menyebabkan kekuatan menjadi tidak seimbang dan prajurit Pangeran Diponegoro menjadi kuwalahan.
 
Akhirnya Pimpinan prajurit Pangeran Diponegoro yang bernama '''''Ki DJUNED SOSRODIPO'''''memerintahkan kepada pasukannya untuk mundur menghindari serangan pasukan Kompeni Belanda yang membabi buta tersebut. Mereka meninggalkan Kabupaten Purwodadi menuju kearah barat dan akhirnya sampailah prajurit Pangeran Diponegoro pada suatu tempat yang berbatu – batu, yang sangat strategis untuk persembunyian dan menyusun kekuatan baru. Disinilah mereka membuat '''''“ PAKUWON “,''''' yaitu suatu tempat untuk berlindung, bersembunyi, serta menyusun kekuatan baru guna menghadapi kembali pasukan Kompeni Belanda.
 
Lama kelamaan di sekitar Pakuwon ini banyak orang yang menebang hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Akhirnya daerah ini menjadi demikian banyak penghuninya, sehingga menjadi daerah pemukiman. Atas persetujuan sesepuh, maka ini daerah ini dinamakan '''''“ KUWON “''''' dari kata '''''“ PAKUWON “''''' dan menjadi Desa '''''KUWON YANG SEKARANG INI. Desa kuwon ini didirikan oleh soerang pendekar pilih tanding yang bernama “ KI MANGUK “ kurang lebih sekitar tahun 1870 an. Beliau masih keturtunan “ KI AGENG RENDHENG “ yang sekarang petilasan dan makamnya di Daerah Kincang Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun. [[desa]] di wilayah [[Karangrejo, Magetan|Kecamatan Karangrejo]], [[Kabupaten Magetan]], Provinsi [[Jawa Timur]].'''''{{Karas, Magetankelurahan-stub}}