Jalur kereta api Rembang–Bojonegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Baris 20:
Bagi [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] tanggal 19 Desember 1948 merupakan peristiwa amat penting sejak kelahirannya tertanggal 5 Oktober 1945. Karena diatas bahunya terdapat beban untuk menyelamatkan negara. Berbagai macam peristiwa yang mengancam keamanan nasional harus dihadapi mulai dari [[Agresi Militer Belanda I]] tahun 1946, [[Pemberontakan PKI 1948|Pemberontakan PKI]], dan [[Agresi Militer Belanda II]] tahun 1948.
 
Dengan merusakmelanggar kesepakatan yang dituangkan dalam [[Perjanjian Renville]] dan membatalkan secara sepihak semua persetujuan yang telah ditandatangani, pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda mulai melancarkan agresi militer kedua masuk ke wilayah Republik Indonesia. Sebenarnya bagi rakyat Tuban agresi itu telah dilancarkan tanggal 18 Desember 1948 sekitar pukul 19.00 dengan mendaratnya sebuah sekoci yang mengangkut pasukan khusus di timur Pantai Glondong diikuti dengan mendaratnya 3 buah kapal besar dan 7 kapal kecil. Kesibukan pendaratan ini berlangsung semalam suntuk tanpa henti.
 
Mendapatkan berita itu, pada pagi hari tanggal 22 Desember 1948 mereka yang tergabung dalam Tentara Genie Pelajar (TGP) ditugaskan untuk menghacurkan semua jembatan di sekitar Bojonegoro untuk menghambat gerak laju musuh. Tak terkecuali jembatan kereta api Kaliketek yang berada di sungai [[Bengawan Solo]] yang menjadi penghubung utama dari daerah Tuban Selatan ke Bojonegoro maupun sebaliknya. Waktu yang diberikan kepada pasukan itu paling lambat pukul 21.00 harus sudah dihancurkan. Sepasukan TGP itu kemudian dibagi menjadi dua kelompok yang sebagian bertugas di selatan sungai Bengawan Solo dan sebagian lagi di utara sungai Bengawan Solo.