Sejarah Palembang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
+Periode Kesulatanan Palembang |
|||
Baris 15:
Pada tahun 1068, Raja [[Virarajendra Chola]] dari [[Dinasti Chola]] di India menaklukkan wilayah yang sekarang disebut Kedah dari Sriwijaya.<ref>The Cambridge Economic History of India: c.1200-c.1750 herausgegeben by [[Tapan Raychaudhuri]], Irfan Habib, Dharma Kumar p.40</ref> Setelah kehilangan banyak tentara dalam perang dan dengan pundi-pundinya hampir kosong karena gangguan perdagangan selama dua puluh tahun, jangkauan Sriwijaya berkurang. Wilayahnya mulai memerdekakan diri dari kedaulatan Palembang dan mendirikan banyak kerajaan kecil di seluruh bekas imperium.<ref>{{cite book |last=Munoz|title=Early Kingdoms |page=166}}</ref> Sriwijaya akhirnya mengalami kemerosotan karena [[Ekspedisi Pamalayu|ekspedisi militer]] oleh [[Kerajaan Singasari|kerajaan-kerajaan Jawa]] pada abad ketiga belas.<ref name=":0"/>
== Pasca
Pangeran [[Parameswara]] melarikan diri dari Palembang setelah dihancurkan oleh pasukan tentara [[Majapahit|Jawa]],<ref name=":1">{{Cite book|title = Asia and Oceania: International Dictionary of Historic Places|last = |first = |publisher = Routledge|year = 1996|isbn = 1-884964-04-4|location = New York|page = 663|editor-last = Schellinger|editor-first = Paul E.|editor-last2 = Salkin|editor-first2 = Robert M.}}</ref> kota ini kemudian diganggu oleh bajak laut, terutama [[Chen Zuyi]] dan [[Liang Daoming]]. Pada 1407, Chen diadang di Palembang oleh armada harta karun Kekaisaran yang kembali di bawah Laksamana [[Cheng Ho]]. Zheng membuat langkah pertama, menuntut Chen menyerah dan bajak laut tersebut dengan cepat mengisyaratkan kesepakatan sambil mempersiapkan serangan mendadak yang mengejutkan. Namun rincian rencananya telah diberikan kepada Zheng oleh seorang informan Tionghoa setempat, dan dalam pertempuran sengit yang terjadi, para prajurit Ming dan armada superior Ming akhirnya menghancurkan armada bajak laut dan menewaskan 5.000 orangnya. Chen ditangkap dan dilangsungkan eksekusi publik di [[Nanjing]] pada tahun 1407. Perdamaian akhirnya pulih di Selat Malaka ketika [[Shi Jinqing]] dilantik sebagai penguasa baru Palembang dan digabungkan ke dalam apa yang akan menjadi sistem sekutu yang sangat jauh yang mengakui supremasi Ming sebagai imbalan atas pengakuan diplomatik, perlindungan militer, dan hak perdagangan.<ref>{{Cite book|title = Cheng Ho and Islam in Southeast Asia|last = Ta Sen|first = Tan|publisher = Institute of Southeast Asian Studies|year = 2009|isbn = |location = |pages = }}</ref><ref>{{cite web|url = http://ngm.nationalgeographic.com/2005/07/china-armada/viviano-text/5|title = China's Great Armada – National Geographic Magazine|date = 15 May 2012|accessdate = 22 July 2012|website = |publisher = National Geographic|last = |first = }}</ref>
== Periode Kesultanan Palembang ==
[[Berkas:Bird's eye view of Palembang.JPG|thumb|left|The walled city of Palembang with its three fortresses in 1682.|261x261px]]
Setelah [[Kesultanan Demak]] jatuh di bawah [[Kerajaan Pajang]], seorang bangsawan Demak, [[Geding Suro]] beserta para pengikutnya melarikan diri ke Palembang dan mendirikan sebuah dinasti baru. [[Islam]] menjadi dominan di Palembang sejak periode ini.<ref name=":1"/>
== Lihat juga ==
|