Atjeh Tram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 100:
 
=== Segmen Segli (km 93) - Keude Breueh, dibangun 1898-1899 ===
2 Yonif diperintahkan untuk berbaris dari SEGLI pada tanggal 28 Juni 1898 Padang Tidji (km 80) untuk menemani kepala insinyur Marcella dan chief engineer dari [[Staatsspoorwegen]] yang akan menjelajahi daerah perbukitan sebelah barat dari Keude Breueh terkait kelanjutan jalur trem dari Seulimeum ​​ke Padang Tiji. Tur berlangsung dari 28 hingga 29 Juni 1898, selama ekspIdisi Pidir dengan tak terduga banyak penentangan/perlawanan. Pasukan penjaga masuk Grong-Grong (km 86) mengambil alih sebuah bukit pada 6 Oktober 1898 di tepi kiri Peuet Plohpeuet, antara Geude Breueh dan Meunasa Agoe. Semua gubuk di dalamnya dibakar. Musuh melarikan diri ke gunung dengan kerugian yang tidak diketahui. Di sisi Belanda, fuseliers Eropa Leeflang (45811/1527) dan van Bommel (47902) terluka.
 
Pembangunan jembatan besi di atas Kroeëng Oetoes dimulai pada Oktober 1898. Pada tanggal 13 Oktober 1898 cakupan pekerja jalan dari Gle Gampoei adalah retret di puncak Keumale Raja ditembak membuat pencari ranjau Eropa 1st Class Heymans (43.120) terluka. Sejak hari itu berkemah dua perusahaan dari Batalyon 3 Infanteri di Boesoeë Teukoe Sharif dengan misi untuk melacak geng yang diidentifikasi di bawah Teukoe Habib Hoesin dan Tengkoe Brahim Hadji Lho Radjoe. Hanya Genie E. Marcella dari Genietroepen Java memiliki 700 nomor narapidana setelah kembali dari pasukan lainnya, pada tanggal 25 Oktober 1898 tinggal menunggu keputusan oleh Majelis Rendah di Belanda untuk membangun jalur kereta Segli-Padang Tiji menyelesaikan lintasan untuk jalur trem sejauh mungkin. Genie E. Marcella kemudian diangkat menjadi Officer di Orde Oranje Nassau untuk operasi militer di Utara dan Timur Aceh selama periode 1 Juni s.d. 25 Oktober 1898. Setelah tahun 1899, lintas Segli-Keude Breueh (panjang 18 km) dibuka oleh gubernur Aceh kepada pemerintah terbukti di Buitenzorg, yang akan membawa Anda sepanjang pantai utara dan timur SEGLI ke Tamiang itu sangat diinginkan untuk menyIdiakan personil dan peralatan yang memadai untuk pengamanan daerah. Pada bulan November 1900, antara Segli dan Padang Tidji mengemudi dua kali sehari di bawah bimbingan militer kereta api, sekali bolak-balik.
Baris 121:
* Samalangan (km 154): 2 kelompok Batalyon Satu Garment Aceh dan Dependensi
* Bireuën (km 194): 1 kelompok Batalyon Garment Pertama Aceh dan Dependensi
* Aloe Goelé : 1 kelompok Batalyon Garment Pertama Aceh dan Dependensi
* Geurengo (216 km): 6 brigade dari Divisi ke-5 dari Korps Polisi Militer di kamp untuk Leubo, 2 km dari Geurengo.
* Teupin Blang Mané (km 220): 1 kelompok Batalyon Garment Pertama Aceh dan Dependensi
Baris 130:
Batalyon infantri ke-12 yang ditempatkan di Lho Seumawe dan daerah sekitarnya meninggalkan Aceh pada tahun 1906 sehubungan dengan situasi politik yang menguntungkan. Tak lama kemudian, perlawanan kembali berkobar dengan intensitasnya. Para perencana telah sIdikit terlalu optimis. Jalur trem juga sering digunakan untuk mengangkut pilar terbang Korps Marechaussee.
 
==== Foto di daerah Segli, km 93 ====
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Spoorwegstation Atjeh Tram TMnr 60021714.jpg|Stasiun kereta api Langsa dari Atjeh Tram
Baris 139:
</gallery>
 
==== Foto di Pante Raja, km 126 ====
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht op de kust vanaf de spoorweg bij Panteraja TMnr 60011304.jpg|Tentara di jalur kereta api di wilayah PIdir Pante Raja, km 126
Baris 145:
</gallery>
 
==== Foto Sekeliling Meureudoe, km 139 ====
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Spoorlijn en -brug over een rivier bij bivak Meureudoe TMnr 60039132.jpg|Jalur kereta api dan jembatan di atas sungai di Meureudoe, km 139
Baris 155:
</gallery>
 
==== Foto Sekeliling Peudada (Samalangan), km 180 ====
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Personeel poseert bij stoomlocomotieven op het spoorwegemplacement van Samalanga TMnr 60011317.jpg|lokomotif uap di pangkalan kereta api di Samalanga, km 154
Baris 220:
</gallery>
 
=== Lintasan bagian Kwala Simpang (km 445) - Pangkalan Soesoe (km 495), ditata 1915-1917 ===
 
Di Langkat ("East coast of Sumatra"), banyak perusahaan dibentuk sekitar pergantian abad yang sebagian besar bergerak di bidang karet. Baik "Aceh Tram (AT)" dan " Perusahaan Kereta Api Deli (DSM)" ingin memperluas jalur mereka ke Langkat (Residence East Coast of Sumatra). Hubungan dengan Deli Spoor, yang memungkinkan kereta api untuk melewati Pangkalan Brandan, telah disebutkan di bagian bawah Heutsz . Pemerintah India, bagaimanapun, melihat kemungkinan menggunakan bagian dari jalur Aceh untuk tujuan non-militer dan akhirnya memilih untuk meneruskan Trem Atjeh. Dari hubungan lebih lanjut dengan Pangkalan Brandan, pada tahun 1914, pembukaan bagian rute Koeala Simpang ke Soengei Lipoet diikuti, sedangkan pada 1 Februari 1916 pembangunanBesitang di perbatasan GAM dan kIdiaman pantai timur Sumatera telah menjadi, diikuti oleh, pada tahun 1917, garis sisi dengan tiga rel (membaca dua lebar track) dari Besitang ke Pangkalan Soesoe ke Aru Bay, sebagai deli Melacak naik pada trek yang lebih luas lalu Trem Atjeh.
Baris 231:
Setelah [[Djawatan Kereta Api]] didirikan, pengoperasian kereta api di Aceh dilakukan DKA-PNKA, DKA-PNKA masih menggunakan lokomotif warisan Atjeh Tram dengan sistem penomoran Jepang, walaupun tidak diketahui mengenai kelasnya pada masa DKA, namun pada tahun 1962 DKA-PNKA mengimpor 4 unit [[Lokomotif BB8]] dan 7 unit [[Lokomotif C7]] dari [[Nippon Sharyo]], serta 8 unit [[Lokomotif C301]] dari [[NCM Holland]].
 
Taklama setelah PNKA mengimpor [[Lokomotif C301]], pada tahun 1976, sebuah banjir bandang Sungai Bengga memutus jembatan kereta api di Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh, hal ini membuat terisolasinya jalur kereta api di Aceh, walaupun berdasarkan keterangan dari Bapak Hasirudi (Mantan Kepala Dipo Sigli) jembatan tersebut dapat diperbaiki, namun tidak adanya dana dan instruksi dari pusat membuat jalur tersebut terbengkalai dan nonaktif.
 
Di Aceh seseorang masih dapat menemukan saksi bisu jejak trem sepanjang rute lama, seperti bangunan stasiun yang bobrok dan jembatan yang tidak dirawat dengan baik. Dalam buku khusus Stations en Spoorbruggen di Sumatra oleh Michiel van Ballegoijen de Jong ada banyak ilustrasi sisa-sisa Trem Atjeh pada tahun 1995.
Baris 259:
* [[Lokomotif C4|Lokomotif C41 s.d. Lokomotif C49]]
* [[Lokomotif C5|Lokomotif C51 s.d. Lokomotif C58]]
* [[Lokomotif C6| Lokomotif C61 s.d. Lokomotif C62]]
* [[Lokomotif C7|Lokomotif C71 s.d. Lokomotif C77]]
* [[Lokomotif C8|Lokomotif C81 s.d. Lokomotif C82]]