Tawanto Lawolo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wirda Nissa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Wirda Nissa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
Tawanto Lawolo lahir di kampung Ganting,Kota padang pada tanggal 16 Agustus 1949 yakni saat berlangsungnya agresi militer Belanda II. Ayahnya bernama Karim merupakan seorang keturunan Nias dengan suku Lawolo. Karim lebih mementingkan pendidikan anaknya sebab pendiidikan adalah sarana untuk menimba harta beharga yang bernilai tinggi yakni,ilmu. terbukti dengan Karim yang bisa menyekolahkan anaknya meskipun berprofesi sebagai petani. Tawantosempat berhenti sekolah dari SR Mata Air karena berkelahi dengan seorang temannya, namun ayahnya terus memaksanya terus bersekolah, atas perintah ayahnya tersebut, Tawanto akhirnya mau melanjutakan sekolahnya di SR 17 Air Manis tahun 1957.
 
Selain peduli dengan pendidikan, Karim juga menekankan pemahaman adat pada anak-anaknya,baginya [[adat]] merupakan warisan nenek moyang yang mesti dipelihara dimanapun mereka berada. Orang [[Nias]] sangat menjaga adatnya meskipun berbeda agama, menurut mereka agama bukanlah penghalang untuk menjalankan adat. seperti yang pernah dikatakan oleh seorangn penduduk niasndulu, Si'ulu Barani kepada salah seorang pendeta yang bernama Fries:
 
yang artinya:
 
"Memang saya mau daangdatang mengikuti dikau,Tuan!
 
Memang saya mau datang untuk percaya pada Yesus!
Baris 16:
Tetapi saya tidak melenyapkan adat orang tuaku!"
 
Karim seorang seniman yang senang bermain gamad dan menari [[tari balanse]] madam bersama teman-temannya. sejak kecil Tawanto memang banyak belajar dari ayahnya.Ibu tawanto bernama Sitiana yang mempunyai darah minangkabau.
 
Pernikahan campuran yang terjadi di keluarga tawanto merupakan sebuah proses asimilasi. Tawanto lebih memilih marga ayahnya sebab masyarakat menganut sistem patrilineal.