Gareng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Sastrosiswa (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
{{Infobox tokoh wayang
| gambar = COLLECTIE TROPENMUSEUM Papieren wayangpop voorstellende Nala-gareng (kinderspeelgoed) TMnr 809-45c.jpg
| nama = Nala Gareng
| daerah = Jawa
| posisi = [[punakawan]]
| ciri = hidungHidung bulat, tubuh pendek, lengan kurus, berkuncir, kaki pincang, tangan <i>ceko</i>
| senjata =
| kerajaan =
| keluarga =[[Semar]] (bapak)<br/>[[Petruk]] dan [[Bagong]] (adik)
| keluarga =
| alias =Bambang Sukodadi<br/>Pancalpamor<br/>Cakrawangsa
| alias =
| gender = lakiLaki-laki
}}
'''Gareng''' adalah salah satu dari empat [[punakawan]] yang sering muncul dalam pertunjukan [[wayang]] di [[Jawa]]. Nama lengkapnya adalah '''Nala Gareng''', hanya saja lebih akrab dengan sebutan “Gareng”.
Baris 19:
Dalam suatu ''carangan'' Gareng pernah menjadi [[raja]] di [[Paranggumiwayang]] dengan gelar Pandu Pragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan Prabu [[Welgeduwelbeh]] raja dari [[Borneo]] yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu [[Petruk]].
 
Dulunya, Gareng berwujud [[ksatria|satria]] tampan bernama Bambang Sukodadi dari pedepokanpadepokan BluktibaBluluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan [[semedi|tapanya]], ia berjumpa dengan satria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara [[Ismaya]] (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah ''pamong'' para satria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk ''Jangganan Samara Anta'', dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua satria yang baru saja berkelahi itu.
 
Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua satria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah [[Karang Kadempel]], titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua satria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur ([[Pandawa]]), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari [[Semar]].