Salawat dulang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Harditaher (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Harditaher (bicara | kontrib) |
||
Baris 3:
== Sejarah ==
Berdasarkan informasi dari mulut ke mulut, sejarah salawat dulang ini berawal dari banyaknya ahli agama Islam Minang yang belajar agama ke Aceh, diantaranya Syeh Burhanuddin. Ia kemudian kembali ke Minang dan menetap di Pariaman. Dari daerah itu ajaran Islam menyebar ke seluruh wilayah MInangkabau. Saat berdakwah itu, syeh Burhanuddin teringat pada kesenian Aceh yang fungsinya menghibur sekaligus menyampaikan dakwah, yaitu rebana. Syeh Burhanuddin pun kemudian mengambil talam atau dulang yang biasa digunakan untuk makan dan menabuhnya sambil mendendangkan syair-syair dakwah.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/962337104|title=Salawat dulang : keberlanjutan dan pewarisannya|last=Eka,|first=Meigalia,|isbn=9786028580892|location=Padang|oclc=962337104}}</ref>
Informasi lain menyebutkan bahwa salawat dulang ini berasal dari Tanah Datar. Disini salawat dulang dikembangkan oleh kelompok tarekat Syatariah sebagai salah satu cara untuk mendiskusikan pelajaran yang mereka terima. Oleh karena itulebih cenrung berisi ajaran tasawuf. Pendapat lain yang menyebutkan bahwa tradisi salawat dulang ini berasal dari Tanah datar juga disebutkan oleh
|