Sunwon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 39:
Kim awalnya menjadi calon utama untuk menjadi istri Putra Mahkota Yi Gong. Namun kematian mendadak Raja Jeongjo pada 1800 menjadikan rencana pernikahan ini ditunda dua tahun kemudian. Yi Gong naik takhta, kemudian dikenal dengan [[Sunjo dari Joseon|Raja Sunjo]], pada usia sebelas tahun. Dikarenakan masih dipandang terlalu belia, [[Permaisuri Kim Jeongsun|Ibu Suri Agung Yesun]] yang merupakan nenek buyut tiri Raja muda dan anggota keluarga kerajaan paling senior pada masa itu memegang kendali pemerintahan sebagai [[wali raja]].
 
Kim menikah dengan SunkoSunjo dan menjadi permaisuri pada 1802. Setelah terjadi [[Penindasan Katolik tahun 1801|Penindasan Umat Katolik tahun 1801]] atas perintah Ibu Suri Agung Yesun, fraksi Sipa melakukan pembersihan besar-besaran kepada fraksi Byeokpa yang merupakan kelompok pendukung Ibu Suri. Pembersihan ini merupakan awal mula keluarga Andong Kim menguasai pemerintahan.
 
Pada 1809, Permaisuri Kim melahirkan seorang putra bernama Yi Yeong yang kemudian bergelar Putra Mahkota Hyomyeong. Sang Putra Mahkota dicintai Raja karena kecerdasannya. Demi mengendalikan pengaruh keluarga Andong Kim di pemerintahan, Sunjo menikahkannya dengan seorang wanita dari keluarga Pungyang Jo. Sang Putra Mahkota diamanahi sebagai [[wali raja]] saat berusia sembilan belas tahun, tetapi kemudian meninggal pada tahun keempat masa perwaliannya. Sunjo juga mangkat pada 1834, empat tahun setelah kematian Putra Mahkota, sehingga takhta diwariskan kepada anak dari mendiang Putra Mahkota Hyomyeong, Yi Hwang.
Baris 45:
=== Masa perwalian ===
 
Yi Hwang, kemudian dikenal sebagai [[Heonjong dari Joseon|Raja Heonjong]], naik takhta pada usia delapan tahun sehingga Permaisuri Sunjo, kini dikenal sebagai Ibu Suri Myeonggyeong, bertindak sebagai wali raja. Dia menikahkan cucunya ini dengan wanita dari keluarganya, Permaisuri Hyohyeon. Ibu Suri Myeonggyeong menolak menyerahkan kendali pemerintahan meskipun Raja Heonjong sudah mencapai usia dewasa untuk berkuasa sendiri. Setelah tahun 1840, kendali pemerintahan diserahkan kepada keluarga Andong Kim menyusul persekusi anti-Katolik pada 1839.
 
Raja Heonjong mangkat setelah lima belas tahun berkuasa tanpa meninggalkan keturunan. Melalui pengaruh Andong Kim, diputuskan bahwa raja selanjutnya adalah Yi Won-beom, cicit Putra Mahkota Sado, putra [[Jeongjo dari Joseon|Raja Jeongjo]]. Jeongjo sendiri merupakan kakek buyut dari mendiang Heonjong dan ayahnya kakek buyut dari Yi Won-beom. DemiMeski memantaskanmasih calonanggota klan raja, yangYi Won-beom secara silsilah terpisah jauh dari garis utama klan rajatersebut. Untuk membuatnya lebih layak, Ibu Suri Myeonggyeong mengadopsinya sebagai anaknya sendiri sebagaimana tradisi saat itu, sehingga secara resmi dia merupakan putra mendiang Raja Sunjo dan Myeonggyeong. Yi Won-beom naik takhta pada 1849, kemudian dikenal sebagai [[Cheoljong dari Joseon|Raja Cheoljong]].
 
Pendidikan merupakan salah satu hal paling penting dari seorang raja, tetapi Cheoljong yang sebelumnya hidup dalam kemiskinan bahkan tidak dapat membaca satu hurufpun. Dengan keadaan seperti ini, Ibu Suri Myeonggyeong, kini menjadi Ibu Suri Agung, bersama keluarga Andong Kim dapat menguasai pemerintahan dengan leluasa. Ibu Suri Agung Myeonggyeong kembali bertindak menjadi [[wali raja]] dan menikahkan Cheoljong dengan seorang wanita dari keluarga Andong Kim, Permaisuri Cheol-in.
 
Ibu Suri Agung Myeonggyeong (Sunwon) mangkat pada 21 September 1857 di Istana Changdeok. Dia diberikan gelar anumerta "Permaisuri-Kaisar Sunwonsuk" (순원숙황후, ''sunwonsuk-hwanghu''), meski dia hanya berstatus sebagai permaisuri -raja semasa hidupnya.
 
== Keturunan ==