Gabriela Sabatini: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 69:
Hambatan serius mulai menghampiri Sabatini di tahun 1993, dimana di tahun ini tidak ada satupun gelar yang diraih, ini merupakan kali pertama dalam kurun 9 tahun terakhir karier profesionalnya Sabatini tidak mendapat gelar seperti hal nya yang dia raih dari tahun 1985 sampai 1992. Penantian lama 2,5 tahun tanpa gelar dan hanya menjadi 7x finalis, akhirnya berbuah manis di penghujung tahun 1994 ketika Sabatini meraup gelar bergengsi di Madison Square Garden New York untuk kedua kalinya dengan mengalahkan bintang muda saat itu Lindsay Davenport 3 set langsung 6-3,6-2,6-4.
 
Di tahun 1995 dimulai dengan manis dengan menjuarai Sydney dengan kembali mengalahkan Davenport 6-3,6-4. Ini merupakan gelar ke 27 sekaligus tanpa diduga merupakan gelar terakhirnya di karier profesionalnya. Sabatini gantung raket di penghujung 1996 berbarengan dengan ajang turnamen bergengsi akhir tahun di Madison Square Garden New York. Usia yang terbilang masih muda yaitu di usia 2726 tahun tapi Sabatini memutuskan untuk pensiun dini setelah 12 tahun karier profesionalnya.
 
Melengkapi kejayaannya di dunia tenis yang telah mengharumkan nama besarnya, Sabatini pada tahun 2006 masuk International Tennis Hall of Fame (ITHF). Dengan total 27 gelar tunggal (1 diantaranya Grand Slam US Open 1990) dan 14 gelar ganda (1 diantaranya Grand Slam Wimbledon 1988) serta menempati ranking terbaik di posisi 3 dunia untuk tunggal dan ganda, sangatlah layak jika Sabatini disejajarkan dengan bintang lainnya di ITHF. Banyak yang berpendapat jikabahwa diaSabatini muncul bukandi era yang salah, era dimana dominasi petenis veteran masih kuat yaitu Navratilova dan Evert, dan muncul di era keemasan Graf dan Seles. Halangan dari dominasi 4 kampiun Grand Slam seperti Navratilova, Evert, Graf dan Seles menjadikan Sabatini kesulitan meraih prestasi maksimalnya. Jika tidak, bukan tidak mungkin Sabatini akan meraih lebih banyak gelar dan tentunya ranking 1 dunia.
 
== Pranala luar ==