Yano Kenzo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17:
Pada 1 Agustus 1942, Yano ditunjuk oleh [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang]] sebagai Gubernur Sumatera Barat, ketika daerah itu berada di bawah kekuasaan Angkatan Darat Divisi ke-25. Ia menjadi satu-satunya pemimpin sipil yang ada di daerah [[pendudukan Jepang di Indonesia]] (daerah lainnya dipimpin oleh panglima militer setempat).{{sfn|Bahar|2015|pp=110}} Yano menjabat sebagai gubernur hingga tanggal 1 April 1944. Melalui kebudayaan, Yano Kenzo melakukan pendekatan terhadap penduduk Minangkabau.{{sfn|Kahin|2005|pp=142}} Ia bersimpati pada aspirasi rakyat untuk merdeka dan menentang kebijakan pemerintah pendudukan yang tidak sesuai dengan pandangannya. Akan tetapi, karena perbedaan sikapnya, ia mengundurkan diri pada akhir Maret 1944.{{sfn|Kahin|2005|pp=144}}
 
Salah satu peninggalan Yano saat menjabat adalah [[Kerukunan Minangkabau]] (''Gui Gan''), badan yang diinisiasi untuk mengkonsolidasi kekuatan para elite Minangkabau.{{sfn|KahinNino|20052013|pp=14256}}{{efn|Kerukunan Minangkabau didirikan oleh Yano pada 1 Oktober 1942.}} AnggotanyaKeanggotaannya terdiri daiulama, 10politisi, sampaipemimpin 20 orangadat, yangdan diwakiliakademisi. dariMereka setiapmengadakan distrik,pertemuan subdistrik,secara kepalateratur nagari,di kepalakediaman adat,gubernur paradan ulama,bertindak pemuda,sebagai dandewan kaumpenasihat terpelajarinformal bagi gubernur.{{sfn|Kahin|2005|pp=142}} Sejarawan [[Gusti Asnan]] mencatat Kerukunan Minangkabau sebagai bentuk awal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yang kelak dibentuk oleh pemerintahan pendudukan di setiap ''shu'' atau provinsi Indonesia. Bagi orang Minangkabau saat itu, badan ini mereka gunakan untuk berkonsultasi dengan tentara pendudukan dan melindungi mereka dari tindakan kesewenang-wenangan tentara Kekaisaran Jepang. Namun, menjelang kemerdekaan, Kerukunan Minangkabau dianggap sebagai kolaborator fasis Kekaisaran Jepang.{{sfn|Nino|2013|pp=56}}
 
Setelah tidak menjabat gubernur dan kembali ke negara asalnya, Yano bekerja sebagai auditor untuk perusahaan Nagata Seiki. Ia menuliskan pandangannya saat menjadi gubernur dalam sebuah artikel pada 1967.