Genosida Timor Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
Farras (bicara | kontrib)
Baris 59:
==Pembantaian Santa Cruz==
{{main article|Pembantaian Santa Cruz}}
Pada misa pemakaman tanggal 12 November 1991, untuk mengenang seorang pemuda pro-kemerdekaan ditembak oleh tentara Indonesia, pengunjuk rasa di tengah kerumunan berjumlah 2.500 orang membentangkan bendera dan panji Fretilin dengan slogan pro-kemerdekaan dan meneriakkan yel-yel dengan damai.<ref>Schwarz (1994), p. 212</ref> Usai konfrontasi singkat antara tentara Indonesia dan pengunjuk rasa,<ref>Two soldiers were stabbed under disputed circumstances.(Schwarz (1994), p. 212; Pinto and Jardine, p. 191.) Soldiers said the attacks were unprovoked. Stahl claims stabbed Officer Lantara had attacked a girl carrying the flag of East Timor, and FRETILIN activist [[Constâncio Pinto]] reports eyewitness accounts of beatings from Indonesian soldiers and police. Kubiak, W. David. [http://www.nancho.net/fdlap/maxstahl.html "20 Years of Terror: Indonesia in Timor&nbsp;– An Angry Education with Max Stahl"]. ''Kyoto Journal''. 28. Reprinted at [http://www.nancho.net/fdlap/ The Forum of Democratic Leaders in the Asia-Pacific]. Retrieved 14 February 2008.</ref> 200 tentara Indonesia melepaskan tembakan ke kerumunan dan menewaskan sedikitnya 200 warga Timor Leste.<ref>Carey, p. 51; Jardine, p. 16. The Portuguese solidarity group ''A Paz é Possível em Timor Leste'' compiled [http://www.etan.org/timor/SntaCRUZ.htm a careful survey] of the massacre's victims, listing 271 killed, 278 wounded, and 270 "disappeared".</ref>
 
Kesaksian warga asing di pemakaman tersebut segera diliput oleh organisasi berita internasional. Rekaman pembantaian disiarkan<ref>Schwarz (1994), p. 212-213</ref> dan memancing kemarahan di seluruh dunia.<ref>Jardine, pp. 16–17; Carey, pp. 52–53.</ref> Menanggapi pembantaian ini, aktivis di seluruh dunia bersimpati dengan rakyat Timor Leste. Mereka menuntut penentuan nasib sendiri di Timor Leste.<ref name="JarSol">Jardine, pp. 67–69.</ref> [[TAPOL]], organisasi Britania Raya yang dibentuk tahun 1972 untuk mendukung demokrasi di Indonesia, mengalihkan fokus aktivitasnya ke Timor Leste. Di Amerika Serikat, East Timor Action Network (kini [[East Timor and Indonesia Action Network]]) didirikan dan memiliki cabang di sepuluh kota di sana.<ref>[http://etan.org/etan/default.htm "About ETAN"]. East Timor Action Network. Retrieved 18 February 2008.</ref> Kelompok solidaritas lain juga didirikan di Portugal, Australia, Jepang, Jerman, Malaysia, Irlandia, dan Brasil.
 
Liputan pembantaian ini menjadi contoh bagaimana pertumbuhan media baru di Indonesia mempersulit Orde Baru mengontrol arus informasi ke dalam dan luar Indonesia. Selain itu, pada era pasca-Perang Dingin tahun 1990-an, pemerintah Indonesia menjadi sorotan dunia internasional.<ref name="Vickers 2005, pp. 200-201">Vickers (2005), pp. 200–201</ref> Sejumlah perkumpulan mahasiswa pro-demokrasi beserta majalah secara terbuka dan kritis membahas Timor Leste, Orde Baru, serta sejarah dan masa depan Indonesia.<ref name="JarSol"/><ref name="Vickers 2005, pp. 200-201"/><ref>CIIR, pp. 62–63; Dunn, p. 311.</ref>
 
Kecaman keras terhadap militer Indonesia berdatangan, tidak hanya dari komunitas internasional, tetapi juga para petinggi pemerintahan Indonesia. Pembantaian ini mengakhiri penyerbuan Indonesia di Timor Leste tahun 1989. Gelombang penindasan baru pun dimulai.<ref name="Friend 433">Friend (2003), p. 433.</ref> Warouw dipecat dan pendekatannya yang lebih lunak kepada pemberontak Timor ditolak oleh atasannya. Para terduga simpatisan Fretilin ditangkap, pelanggaran HAM meroket, dan larangan wartawan asing diberlakukan kembali. Penduduk Timor semakin benci dengan kehadiran militer Indonesia di daerahnya.<ref>Schwarz (1994), pp. 216, 218, 219.</ref> [[Kopassus]] Grup 3 pimpinan Mayor Jenderal [[Prabowo]] melatih geng-geng militer berjaket hitam untuk meredam sisa-sisa pemberontakan.<ref name="Friend 433"/>
 
==Jumlah korban tewas==