Sisingamangaraja XII: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
Baris 44:
Pada tahun 1873 Belanda melakukan invasi militer ke Aceh ([[Perang Aceh]], dilanjutkan dengan invasi ke Tanah Batak pada 1978. Raja-raja huta Kristen Batak menerima masuknya Hindia Belanda ke Tanah Batak, sementara Raja Bakkara, Si Singamangaraja yang memiliki hubungan dekat dengan Kerajaan Aceh menolak dan menyatakan perang.
Pada tahun 1877 para misionaris di Silindung dan Bahal Batu meminta bantuan kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Singamangaraja XII. Kemudian pemerintah Belanda dan para penginjil sepakat untuk tidak hanya menyerang markas Si Singamangaraja XII di Bakara tetapi sekaligus menaklukkan seluruh Toba.
Pada tanggal [[6 Februari]] [[1878]] pasukan Belanda sampai di Pearaja, tempat kediaman penginjil [[Ludwig Ingwer Nommensen|Ingwer Ludwig Nommensen]]. Kemudian beserta penginjil Nommensen dan Simoneit sebagai penerjemah pasukan Belanda terus menuju ke Bahal Batu untuk menyusun benteng pertahanan{{Citation needed|date=June 2013}}. Namun kehadiran tentara kolonial ini telah memprovokasi Sisingamangaraja XII, yang kemudian mengumumkan ''pulas'' ([[perang]]) pada tanggal [[16 Februari]] [[1878]] dan penyerangan ke pos Belanda di Bahal Batu mulai dilakukan.
|