Penindasan Diokletianus: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Edik pertama: Menelaah kata kata yang kurang baku Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Mencari kata yang kurang tepat bujank Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 1:
{{Penganiayaan modern Gereja Katolik}}
[[Berkas:Jean-Léon Gérôme - The Christian Martyrs' Last Prayer - Walters 37113.jpg|jmpl|280px|ka|''Doa Terakhir Para
'''Penganiayaan
Umat Kristen, atau Kristiani, telah sejak awal mengalami diskriminasi di dalam kekaisaran tersebut, namun para kaisar awal kemungkinan terlalu segan mengeluarkan hukum-hukum umum untuk menentang mereka, setidaknya pada abad ke-3 (lih. [[Krisis Abad Ketiga]]), atau terlalu disibukkan dengan berbagai isu yang lebih mendesak untuk diselesaikan. Pada tahun 250-an, di bawah pemerintahan [[Decius|Desius]] dan [[Valerian (kaisar)|Valerianus]], hukum-hukum demikian disahkan. Berdasarkan undang-undang ini, umat Kristen dipaksa untuk mempersembahkan kurban kepada para dewa Romawi atau menghadapi hukuman penjara dan eksekusi.<ref>{{cite book|title=''The Rise of Christianity''|author=[[W. H. C. Frend]]|publisher=Fortress Press, Philadelphia|year=1984|page=319|ISBN= 978-0800619312}}</ref> Ketika [[Gallienus]] naik takhta pada tahun 260, ia mengeluarkan edik kekaisaran yang pertama tentang [[toleransi]] terhadap umat Kristen,<ref>Charles Piétri, entry on "Persecutions," in ''The Papacy: An Encyclopedia,'' edited by Philippe Levillain (Routlege, 2002, originally published in French 1994), vol. 2, p. 1156.</ref> sehingga menyebabkan mereka dapat hidup berdampingan dengan damai selama hampir 40 tahun. Naik takhtanya Diokletianus pada tahun
Kebijakan-kebijakan penganiayaan di seluruh kekaisaran bervariasi intensitasnya. Galerius dan Diokletianus bertindak sebagai para penganiaya yang penuh semangat, sedangkan Konstantius tidak antusias. Edik-edik penganiayaan, termasuk perintah untuk melakukan kurban universal, tidak diterapkan di dalam wilayah kekuasaannya. [[Konstantinus I|Konstantinus]] putranya naik takhta kekaisaran pada tahun 306, memulihkan sepenuhnya kesetaraan hukum umat Kristen dan mengembalikan milik mereka yang disita selama masa penganiayaan. Di
Penganiayaan yang telah terjadi gagal menghentikan bangkitnya Gereja. Pada tahun 324, Konstantinus merupakan penguasa
Beberapa [[skisma]], seperti yang dilakukan kaum [[Donatisme|Donatis]] di Afrika Utara dan [[kaum Meletian]] di Mesir, tetap berlangsung hingga lama setelah masa penganiayaan. Kaum Donatis tidak berdamai dengan [[Gereja negara Kekaisaran Romawi|Gereja]] sampai setelah tahun 411. Dalam abad-abad berikutnya, beberapa sejarawan menganggap bahwa umat Kristen telah menciptakan suatu "kultus martir-martir" dan membesar-besarkan kebiadaban pada masa penganiayaan. Anggapan-anggapan itu dikritik selama [[Abad Pencerahan]] dan masa selanjutnya, terutama oleh [[Edward Gibbon]]. Para sejarawan modern, misalnya [[G. E. M. de Ste. Croix]], berupaya untuk memastikan apakah sumber-sumber Kristen membesar-besarkan ruang lingkup penganiayaan Diokletianus.
|