== Penjelajahan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Leerlingen van de school van het Leger des Heils te Kulawi Midden-Celebes TMnr 10002280.jpg|jmpl|ka|Anak-anak sekolah di [[Kulawi, Sigi|Kulawi]]]]
Dua misionaris, [[A.C. Kruyt|Kruyt]] dan [[Nicolaus Adriani|Adriani]] memulai pekerjaan ini, dan beberapa tahun kemudian, duasepasang peneliti dan naturalis [[Swiss]], [[Paul Sarasin|Paul]] dan [[Fritz Sarasin]] melakukan perjalanan di berbagai wilayah Sulawesi. Sementara di bagian barat Sulawesi Tengah, orang-orang Eropa pertama yang berani mengunjungi wilayah tersebut adalah Kruyt dan Adriani pada tahun 1896. Dalam rangka untuk mengunjungi [[To Napoe|penduduk asli Napu]], suku—suku pemburu kepala yang paling ditakuti di seantero Sulawesi Tengah, mereka berdua pergi bertemu dengan Raja Sigi —yangSigi—yang merupakan tuan dari orang-orang suku Napu— diNapu—di Lembah Palu untuk meminta izin. Pada akhirnya, mereka diberikan izin untuk pergi ke Napu melalui Lindu. Mereka tiba dengan selamat di Kulawi dan kemudian di Lindu, tetapi tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Napu, karena adanya permusuhan antara penduduk asli di Lindu dengan orang-orang Napu. Tidak ada yang dapat dilakukan selain kembali dengan cara yang sama seperti cara mereka datang.{{sfn|Kaudern|1925a|p=30}}
Lima tahun kemudian, padaPada tahun 1902, wilayah ini sekali lagi dikunjungi oleh orang Eropa. Pada saat itu, dua ilmuwanpeneliti [[Swiss]], [[Paul Sarasin|Paul]] dan [[Fritz Sarasin]] memulai perjalanan berani mereka di pegunungan Sulawesi dari Palu di utara ke [[Kota Palopo|Palopo]] di selatan. Selama perjalanan ini mereka mampu memetakan perairan di sepanjang perjalanan mereka,mereka—yang dandi disebutkemudian hari dikenal sebagai [[Garis Sarasin]], serta memperbaiki arah pegunungan yang selama ini salah dipetakan. Mereka tercatat sebagai orang Eropa pertama merekayang mengunjungi distrikDistrik Gimpu, Bada, dan Leboni.{{sfn|Kaudern|1925a|p=30}} Beberapa tahun kemudian, wilayah ini mulai dibuka oleh pasukan kolonial Belanda. Pada akhir tahun 1905, mereka memulai ekspedisi dari Kulawi dan Lindu, dan dalam lima tahun kemudian desa dan distrik pegunungan lainnya sudah harus tunduk kepada Pemerintah Belanda. Wilayah ini kemudian semakin sering dikunjungi oleh orang-orang Eropa, perwira Belanda yang dikawal patroli tentara asli daerah tersebut, pejabat sipil setempat (kebanyakan dari Palu dan Poso), serta para misionaris yang akan menyebarkan agama Kristen. Kruyt adalah salah satu orang Eropa pertama yang menuju ke arah Napu ketika wilayah itu telah dibuka oleh pasukan. Dari Napu, ia melanjutkan perjalanan ke Behoa dan Bada. Kemudian, dua misionaris tambahan dari Belanda, [[P.Pieter Schuyt]] dan [[P. Ten Kate]] didatangkan untuk bekerja di antara penduduk asli Napu.{{sfn|Kaudern|1925a|pp=30-31}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM S.S. Reynst van de KPM in de Paloe-baai TMnr 60018622.jpg|jmpl|kiri|Kapal milik [[Koninklijke Paketvaart Maatschappij|KPM]] di [[Teluk Palu]]]]
Di antara petugas dan pejabat Belanda yang ditunjukditempatkan di barat laut Sulawesi Tengah, terdapat nama-nama seperti [[Kiliaan]], [[Hissink]], dan kaptenKapten [[Boonstra van Heerdt]]. Kiliaan secara khusus mempelajari wilayah Napu, terutama Behoa. Hissink mempelajari desa-desa sekitar Lembah Palu, juga para penduduk yang tinggal di bagian selatan dari lembah sejauh desa di tepi [[Sungai Koro]]. Sementara untuk pemetaan desa-desa di sekeliling [[Sungai Palu]] dan Koro telah banyak dilakukan oleh G. Boonstra van Heerdt yang —menurut [[Walter Kaudern]]— sangat bersemangat. Dari bulan September 1910 sampaihingga Februari 1912, diaia menjelajahi wilayah ini hampir dari segala arah.{{sfn|Kaudern|1925a|p=31}} Sangat sedikit [[naturalis]] yang mengunjungi daerah pegunungan. [[Geolog|Ahli geologi]] Belanda, [[E. C. Abendanon]] pada tahun 1909 hingga 1910 melakukan penelitian di Sulawesi Tengah pada tahun 1909 hingga 1910. DiaIa memulai penelitian didari selatan dan pergi ke arah utara sejauhhingga distrikDistrik Bada, dan kemudian berbalik ke barat mengikuti tepi kanan sungai Koro-Lariang ke muara sungai hingga ke [[Selat Makassar]]. DiaIa juga melakukan perjalanan yang tergolong cepat dari Palu hingga ke KoelawiKulawi.{{sfn|Kaudern|1925a|p=30}}
Pada tahun 1911, seorang profesor [[Jerman]] bernama [[Albert Grubauer]] mulai menjelajahi Sulawesi Tengah. Perjalanan yang paling penting yang dilakukannya adalah dari Poso melalui Napu dan Behoa ke Bada. Dari wilayah ini, dia mengikuti lembah Belanta-Koro menuju Gimpu, dan selanjutnya pergi melalui Kulawi dan Lindu untuk tiba di Palu. SegeraTak lama sebelum memulai perjalanan ini, diaia melintasi bagian timur Sulawesi Tengah, setelah pertama kali mengunjungi distrik [[Rampi, Luwu Utara|Rampi]] dan Leboni, di bagian selatan anak sungaiSungai Koro.{{sfn|Kaudern|1925a|p=31}} Dua tahun kemudian, pada tahun 1913, [[Bala Keselamatan]] membuka misi di Kulawi. Manajer pertamanya, orangpertamanya—orang Belanda bernama [[J. Loois]], telah—telah diberikan tugas untuk melakukan studi bahasa asli KoelawiKulawi, yang disebut Moma.{{efn|Moma adalah negasi yang hanya terdapat di Sulawesi Tengah, dan selalu digunakan sebagai nama dari bahasa.}} Misi lain dibuka oleh Bala Keselamatan di KantewoeKantewu pada tahun 1918. Misionaris pertama adalah orang Inggris bernama James Woodward yang telah mempelajari budaya asli, terutama bahasa OemaUma.{{sfn|Kaudern|1925a|pp=31-32}} IlmuwanPeneliti berikutnya setelah Grubauer yang mengunjungi desa-desa pegunungan di bagian utara dan barat adalah peneliti [[Amerika Serikat]], [[H.Harry C. Raven]], yang meneliti fauna dan megalitik yang tersebar di Lindu, Kulawi, Gimpu, Bada, dan Behoa.{{sfn|Kaudern|1925a|p=32}}
== Dampak ==
|