Pandu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Antapurwa (bicara | kontrib)
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 34:
Lima belas tahun setelah ia hidup membujang, ketika [[Kunti]] dan putera-puteranya berada jauh, Pandu mencoba untuk [[hubungan seksual|bersenggama]] dengan [[Madri]]. Atas tindakan tersebut, Pandu wafat sesuai dengan kutukan yang diucapkan oleh resi yang pernah dibunuhnya. Kemudian Madri menitipkan putera kembarnya, [[Nakula]] dan [[Sadewa]], agar dirawat oleh Kunti sementara ia membakar dirinya sendiri untuk menyusul suaminya ke alam baka.
 
== Versi Pewayangan Jawa ==
Dalam pewayangan, tokoh Pandu ([[jawa]]: ''Pandhu'') merupakan putra kandung [[Abyasa]] yang menikahi [[Ambalika]] janda [[Citrawirya]]. Bahkan, [[Abyasa]] dikisahkan naik takhta di negeri [[Hastina]] sebagai raja sementara sampai Pandu dewasa.
 
=== Masa Muda ===
Pandu digambarkan berwajah tampan namun memiliki cacad di bagian leher, sebagai akibat karena ibunya memalingkan muka saat pertama kali berjumpa [[Abyasa]]. Para [[dalang]] mengembangkan kisah masa muda Pandu yang hanya tertulis singkat dalam ''[[Mahabharata]]''. Misalnya, Pandu dikisahkan selalu terlibat aktif membantu perkawinan para sepupunya di [[Mandura]].
 
Baris 46:
Pandu naik takhta di [[Hastina]] menggantikan [[Abyasa]] dengan bergelar '''Prabu Pandu Dewanata''' atau '''Prabu Gandawakstra'''. Ia memerintah didampingi [[Gandamana]] pangeran [[Pancala]] sebagai [[patih]]. Tokoh [[Gandamana]] ini kemudian disingkirkan oleh [[Sengkuni]], adik [[Gendari]] secara licik.
 
=== Keluarga ===
Dari kedua istrinya, Pandu mendapatkan lima orang putra yang disebut [[Pandawa]]. Berbeda dengan ''[[Mahabharata]]'', kelimanya benar-benar putra kandung Pandu, dan bukan hasil pemberian [[dewa]]. Para [[dewa]] hanya dikisahkan membantu kelahiran mereka. Misalnya, [[Batara Darma]] membantu kelahiran [[Puntadewa]], dan [[Batara Bayu]] membantu kelahiran [[Bimasena]].
 
Kelima putra Pandu semuanya lahir di [[Hastina]], bukan di hutan sebagaimana yang dikisahkan dalam ''[[Mahabharata]]''.
 
=== Kematian ===
Kematian Pandu dalam pewayangan bukan karena bersenggama dengan [[Madrim]], melainkan karena berperang melawan Prabu Tremboko, muridnya sendiri.
 
Baris 64:
Antara putra-putri Pandu dan Tremboko kelak terjadi perkawinan, yaitu [[Bimasena]] dengan [[Arimbi]], yang melahirkan [[Gatutkaca]], seorang ksatria berdarah campuran, manusia dan raksasa.
 
=== Naik ke Sorga ===
Istilah ''Pamoksa'' seputar kematian Pandu kiranya berbeda dengan istilah [[moksa]] dalam [[Hindu]]. Dalam Pamoksa, Pandu meninggal dunia musnah bersama seluruh raganya. Jiwanya kemudian masuk [[neraka]] sesuai perjanjian.