Parakan, Temanggung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
k Suntingan Sihanss (Pembicaraan) dikembalikan ke versi terakhir oleh Borgx
Misterpopo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{kecamatan
|nama=Suwasono AdiParakan
|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Temanggung
Baris 15:
 
Pada jaman penjajahan dulu daerah ini terkenal dengan senjata [[bambu runcing]]. Di mana para pejuang rakyat saat itu menggunakan bambu runcing.
Bamburuncing adalah sebuah tongkat dari bambu berwarna kuning yang bagian ujungnya dibuat runcing, dibuat sebagai senjata yang sederhana namun ampuh setelah diberi doa oleh para kyai untuk melawan penjajahan Jepang sebelum kemerdekaan RI di daerah Kabupaten Temanggung (Jawa Tengah) dan penjajahan Belanda setelah Kemerdekaan (1945 - 1948) di daerah Ambarawa dan wilayah lainnya. Salah satu tokoh penggerak para pejuang pada masa itu adalah KH Subchi (nama aslinya ‘Subuki’) yang dijuluki ‘Jenderal Bambu Runcing’ (sekarang namanya diabadikan menjadi nama sebuah jalan di kampung kauman Parakan), sedangkan tokoh-tokoh yang lain diantaranya Sahid Baidzowi, Ahmad Suwardi, Sumo Gunardo, Kyai Ali, H. Abdurrahman, Istachori Syam'ani Al-ChafifKhafidz dan masih banyak lagi yang lain.
 
Mayoritas penduduknya beragama Islam yang kuat, terbukti dengan banyaknya Masjid, Mushola dan pesantren di daerah ini. Namun demikian mereka mempunyai toleransi yang tinggi sehingga tempat ibadah lain tetap berdiri tanpa gangguan dan mereka beribadah dengan damai.
Baris 32:
 
<h3>Bahasa Daerah :</h3>
Mayoritas penduduk menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Penggunaan strata (Krama - Ngoko)dalam bahasa juga masih sering dipraktekkan. Dialek Jawa di Parakan tidak jauh berbeda dengan dialek mataram yang merupakan prosentase terbesar dialek bahasa Jawa di Jawa Tengah. Meski demikian, dialek Banyumasan mulai mencampur dalam dialek Parakan. Yang paling kentara adalah penggunaan "nyong" sebagai kata ganti orang pertama tunggal, yang serupa dengan dialek Banyumasan masih sering digunakan di dalam dialek Parakan. Bahkan Parakan mempunyai dialek yang khas yang berbeda baik dengan dialek Banyumasan maupun dialek Jawa lain, seperti kata "jotek" yang artinya tidak mau.
 
<h3>Pencaharian :</h3>