'''Ejaan Bahasa Indonesia''' (disingkat '''EBI''') adalah [[ejaan]] [[bahasa Indonesia]] yang berlaku sejak tahun [[2015]] berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan [[Ejaan yang Disempurnakan]].<ref>[http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/01/salinan-permendikbud-nomor-50-tahun-2015-tentang-pedoman-umum-ejaan-bahasa-indonesia Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia]</ref>
= Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia =
Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut:
=== Ejaan van Ophuijsen ===
Ejaan ini merupakan ejaan [[bahasa Melayu]] dengan huruf Latin. [[Charles Adriaan van Ophuijsen|Charles Van Ophuijsen]] yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
# Huruf ''ï'' untuk membedakan antara huruf ''i'' sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan [[diftong]] seperti ''mulaï'' dengan ''ramai''. Juga digunakan untuk menulis huruf ''y'' seperti dalam ''Soerabaïa''.
# Huruf ''j'' untuk menuliskan kata-kata ''jang'', ''pajah'', ''sajang'', dsb.
# Huruf ''oe'' untuk menuliskan kata-kata ''goeroe'', ''itoe'', ''oemoer'', dsb.
# Tanda [[diakritik]], seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ''ma’moer'', ''’akal'', ''ta’'', ''pa’'', dsb.
=== Ejaan Republik ===
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini juga dikenal dengan nama [[ejaan Soewandi]]. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
# Huruf ''oe'' diganti dengan ''u'' pada kata-kata ''guru'', ''itu'', ''umur'', dsb.
# Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan ''k'' pada kata-kata ''tak'', ''pak'', ''rakjat'', dsb.
# Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada ''kanak2'', ''ber-jalan2'', ''ke-barat2-an''.
# Awalan ''di''- dan kata depan ''di'' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.
=== Ejaan Pembaharuan ===
Ejaan Pembaharuan dirancang oleh sebuah panitia yang diketuai oleh Prijono dan E. Katoppo pada tahun 1957 sebagai hasil keputusan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, namun sistem ejaan ini tidak pernah dilaksanakan.
=== Ejaan Melindo ===
Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.
=== Ejaan yang Disempurnakan ===
Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK) untuk menggantikan ejaan Melindo. Lalu kemudian diresmikan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, dibakukan.
=== Ejaan Bahasa Indonesia ===
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan. Tidak terdapat banyak perbedaan antara EYD dan EBI. Pada EBI, terdapat penambahan satu huruf [[Diftong]], yaitu huruf ''ei'' sehingga huruf diftong dalam Bahasa Indonesia menjadi epat huruf, yakni '''ai''', '''ei''', '''au''', dan '''oi'''. Selain itu terdapat juga penambahan aturan pada penggunaan huruf tebal dan huruf kapital.
== Perbedaan dengan EYD ==
|