Pramodawardhani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Antapurwa (bicara | kontrib)
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 1:
'''Pramodawardhani''' adalah putri mahkota [[Wangsa Sailendra]] yang menjadi permaisuri [[Rakai Pikatan]], raja keenam [[Kerajaan Medang]] ''periode Jawa Tengah'' sekitar tahun [[840]]-an.
 
== Peresmian Borobudur ==
Nama Pramodawardhani ditemukan dalam prasasti Kayumwungan tahun [[824]] sebagai putri raja [[Samaratungga]]. Menurut prasasti itu, ia meresmikan sebuah bangunan ''jinalaya'' bertingkat-tingkat yang sangat indah. Para sejarawan menganggap bangunan ''jinalaya ini'' sebagai [[Candi Borobudur]].
 
Baris 8:
Pendapat lain dikemukakan oleh Pusponegoro dan Notosutanto yeng menafsirkan ''Sri Kahulunan'' sebagai [[ibu suri]]. Misalnya, dalam ''[[Mahabharata]]'' tokoh [[Yudhisthira]] memanggil ibunya, yaitu [[Kunti]], dengan sebutan ''Sri Kahulunan''. Berdasarkan pendapat ini, tokoh Sri Kahulunan bukanlah Pramodawardhani, melainkan ibunya, yaitu istri [[Samaratungga]].
 
== Perkawinan dengan Rakai Pikatan ==
[[Rakai Pikatan]] [[Mpu Manuku]] adalah raja keenam [[Kerajaan Medang]] menurut versi [[prasasti Mantyasih]]. Sementara itu prasasti Wantil menyebutkan bahwa ia memeluk agama [[Hindu]] [[Siwa]] dan menikah dengan seorang putri beragama [[Buddha]]. Para sejarawan sepakat bahwa putri tersebut adalah Pramodawardhani.
 
Dari perkawinan itu lahir Rakai Gurunwangi Dyah Saladu (prasasti Plaosan) dan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala (prasasti Wantil). Sebenarnya Rakai Gurunwangi lebih dulu diangkat sebagai putri mahkota. Namun karena jasa kepahlawanan [[Rakai Kayuwangi]] sewaktu menumpas musuh ayahnya yang bernama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni, maka ia pun diangkat sebagai raja sepeninggal [[Rakai Pikatan]], bukan kakak perempuannya tersebut.
 
== Hubungan dengan Balaputradewa ==
[[Balaputradewa]] adalah raja [[Kerajaan Sriwijaya]] putra [[Samaragrawira]]. De Casparis menganggap [[Samaragrawira]] identik dengan [[Samaratungga]], sehingga [[Balaputradewa]] secara otomatis dianggap sebagai saudara dari Pramodawardhani.
 
Baris 20:
Teori yang sangat populer bahwa sepeninggal [[Samaratungga]] terjadi perang saudara memperebutkan takhta antara [[Balaputradewa]] melawan Pramodawardhani yang dibantu oleh [[Rakai Pikatan]] mungkin keliru. Kiranya, [[Balaputradewa]] menyingkir ke [[Sumatra]] bukan karena kalah perang, melainkan karena sejak awal ia memang tidak memiliki hak atas takhta [[Jawa]] mengingat ia hanyalah adik [[Samaratungga]], bukan putranya. Teori ini diperkuat oleh analisis Pusponegoro dan Notosutanto terhadap beberapa prasasti di bukit Ratu Baka, bahwa musuh [[Rakai Pikatan]] bukan bernama [[Balaputradewa]], melainkan Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni.
 
== Kepustakaan ==
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* [[Slamet Muljana]]. 2006. ''Sriwijaya'' (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
 
 
[[Kategori:Wangsa Syailendra]]