Syarkawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Doryamanda (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh Doryamanda) dan mengembalikan revisi 12036478 oleh HsfBot
Tag: Penggantian
Baris 12:
|appointed =
|lieutenant =
|birth_date =12 Desember 1907
|birth_place = [[Indonesia]],{{negara|Belanda}} [[Barabai, Hulu Sungai Tengah]], [[Kalimantan Selatan]]
|death_date = {{birth date|1907|12|15}}
|death_place =
|nationality = [[Indonesia]]
|party =
|spouse =[[Mas Mulia]]
|relations =
|children =
Baris 26:
|religion = [[Islam]]
|signature =
|website =www.gubernursyarkawi.org
|footnotes =
}}
}}Sarkawi dilahirkan pada tanggal 12 Desember 1907 di sebuah desa kecil yang bernama desa Palimbangan di Amuntai, beliau adalah putra seorang kiai di masa Kolonial Belanda yaitu pasangan Kiai Ahmad Dachlan dengan Gusti Bintang Swasa, yang memiliki 5 (lima) orang putra masing-masing bernama : Ajang, Masrah, Abdul Hamid (Anang Basar), Sarkawi (Anang Acil) dan yang terakhir Abdul Galib yang juga dikenal sebagai pejuang Kalimantan.
'''Aberani Sulaiman''' lahir di [[Barabai, Hulu Sungai Tengah]], [[Kalimantan Selatan]], 15 Desember 1907 - meninggal tidak diketahui adalah mantan gubernur [[Kalimantan Selatan]] yang menjabat tahun [[1957]]-[[1959]].
 
Semasa kecilnya banyak dilalui di amuntai, namun ketika sang ayahnya ditugaskan di Barabai tepatnya di District Batang Alai Lok Basar Barabai sebagai Kiai di sana, maka masa remajanya banyak dijalaninya di kota tersebut termaasuk di dalam menempuh pendidikan formal, yang kemudian dilanjutkan di Banjarmasin serta Makasar untuk menimba ilmu di sekolah Belanda OSVIA.
 
Berdasarkan catatan riwayat atau asal usul keturunan dari keluarga besar Sarkawi yang ditulis ayahnya Kiai Ahmad Dachlan dalam buku berjudul ''Stamboek soerat asal oesoel Van Ahmad Dachlan Geborente di Barabai, Afdeeling Kandangan Afden 13 Radjab 1288,'' tertulis sebagai berikut: ayahnda Sarkawi adalah Kiai Ahmad Dachlan, seorang Kiai di Barabai dengan pangkat terakhir sebagai kepala district kelas satu sedangkan kakeknya yang bernama Demang Yuda Negara pernah menjabat sebagai Kiai di Labuan Amas Barabai, Datunya bernama Kiai Martapati yang pada jaman kerajaan Banjar menjadi Patih di Watas Labuan tunas, Afdeeling Kandangan.
 
Sedangkan keturunan dari pihak orang tua ibu, yaitu Gusti Bintang Swasa adalah puteri Gusti Abdullah dari Palimbangan Amuntai. Adapun kakeknya bernama Pangeran Tamjidillah, bergelar Pangeran Ngantung yang merupakan keturunan Kerajaan Banjar.
 
Pasangan Sarkawi bin Ahmad Dachlan dengan Masmulia binti Akhmad Thaib berputrakan 9 (sembilan) orang yang tersebar di berbagai daerah bahkan di luar negeri dengan berbagai profesi, diantaranya :
# Kohinoor (alm) Dikebumikan di Martapura
# H. Hoesain Sarkawi Bermukim di Surabaya
# Hj. Etna Setiatin Bermukim di Surabaya
# Taberi Yudha Negara (alm) Dikebumikan di Barabai
# Hj. Retnati Faudah Bermukim di Banyuwangi
# Sjachriel Sarkawi Bermukim di Sydney Australia
# Hidayat Sarkawi Bermukim di Jakarta
# H. Sjachsarn Sarkawi Bermukim di Banjarmasin
# Syahrizal Sarkawi Bermukim di Banjarbaru.
Menyimak silsilah keturunan Keluarga Besar Sarkawi, tampaknya mereka seperti digariskan menjadi keluarga 'Pamong Praja Sejati', betapa tidak, dari datuknya Kiai Mertapati, kakeknya Kiai Demang Yudha Negara, kemudian Kiai Ahmad Dachlan hingga dirinya sendiri pernah menduduki berbagai jabatan di pemerintahan, sampai terakhir sebagai Gubernur.
 
'''RIWAYAT PERJALANAN KARIR SARKAWI'''
 
Perjalanan karier Sarkawi sebagai pamong praja hingga menjadi Gubernur pertama Propinsi Kalimantan Selatan benar-benar diawali dari bawah. Setamatnya beliau dari OSVIA di Makasar dan kembali ke kampung halaman, pada tanggal 25 Juli 1928 untuk pertama kalinya beliau diangkat oleh Resident Der Zunder En Staraf  Doling Borneo sebagai Bestuursdienst di Paringin.
 
Dalam meniti kariernya sebagai pamong praja, Sarkawi telah melalui tiga masa pemerintahan. diawali pada zaman Kolonial Belanda kemudian zaman pendudukan Jepang hingga masa Kemerdekaan. Walaupun beliau sebagai Pegawai Pemerintah Pendudukan Belanda dan Jepang pada waktu itu, namun beliau secara diam-diam menjadi anggota SKI dan menibantu gerakan rahasia bersenjata ALRI divisi IV Kalimantan.
 
Sepanjang karier Sarkawi menurutu catatan formal, tertulis sebagai berikut :
 
'''ZAMAN KOLONIAL BELANDA'''
 
Pada tahun 1922 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Bertuurshevormingswet stb. 1922 nomor 216 yang merupakan undang-undang tentang Pemerintahan Hindia Belanda. Berdasarkan Undang-undang tersebut, maka pada tahun 1936 sebagai tindak lanjutnya dikeluarkanlah suatu Ordonantis stb. 1936 nomor 68 tentang Pembentukan Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Grote Oost yang merupakan wilayah administrarif, dan masing-masing wilayah dikepalai oleh seorang Gubernur, atas nama Gubernur Jenderal Belanda.
 
Kemudian pada tahun 1938 dikeluarkanlah besluit Gubernur Jenderal stb. 1938 nomor 352 yang mengatur lebih lanjut pembentukan Gouvemementen. Khusus mengenai Gouvernementen Borneo ditentukan Ibu Kotanya Banjarmasin yang dibagi menjadi dua sebagai berikut :
 
- Residentie Zuider en Ocsteradeeling Van Borneo, Ibu Kotanya Banjarmasin.
 
- Residentie Westerafdeeling Van Borneo, Ibu Kotanya Pontianak.
 
Tiap-tiap residentie dikepalai oleh seorang Residen dan terbagi menjadi beberapa afdeeling, untuk. Zuider en Oosterafdeeling Van Borneo terbagi atas 5 afdeeling, yaitu :
 
Afdeeling Banjarmasin (4 onderafdeeling)
 
Afdeeling Hulu Sungai (5 onderafdeeling)
 
Afdeeling Kapuas Barito (6 onderafdeehng)
 
Afdeeling Samarinda (5 onderafdeeling)
 
Afdeeling Bulangan Berau (5 onderafdeeling)
 
Pada masa pendudukan Pemerintah Hindia Belanda ini Sarkawi pernah menduduki berbagai pos jabatan Pemerintahan, sebagai berikut :
 
- 25.07.1928 Diangkat sebagai Bestuurdienst di Paringin oleh Resident Der Zunder En Steraf Deeline Van Borneo.
 
- 24.05.1929 Dipindahkan ke Amuntai sebagai Bestuurdient - 0102.1930 Bertuurdient di Barabai
 
09.03.1932 Sebagai Onderrlistricts di Barabai hingga tahun 1939 dan pemempatannya berpindah-pindah dari Barabai ke Batu Mandi kemudian ke Barabai
 
'''ZAMAN PENDUDLIKAN JEPANG'''
 
Semenjak tahun 1941 seluruh wilayah Kalimantan berada dibawah kekuasaan Pemerintah Angkatan Laut Jepang yaitu, BORNEO MINSEIBU dengan diperintah oleh seorang Jepang berpangkat Borneo Menseibu-Tjunkan hingga tahun 1945, ketika Jepang menyerah pada sekutu. Pada waktu itu Pemerintahan Jepang di Kalimantan dipusatkan di kota Banjarmasin.
 
Pada masa pendudukan Jepang, Sarkawi pernah ditempatkan di beberapa Pos Jabatan, yang tercatat sebagai berikut :
 
26.05.2603 Diangkat sebagai Foekoe Goentjo di Batu Mandi oleh Dins Banjarmasin Sjo-Tjo.
 
03.06.2603 Menjadi Foekoe Goentjo di Kandangan sesuai SK Pengangkatan nomor 1561/1588/27 oleh Borneo Minseiboe-Tjokan Banjarmasin.
 
18.08.2603 Berdasarkan SK nomor 2152/2468/27 kembali dianakai menjadi Goentjo di Kalua. Setelah Jepang ditakluk-kan oleh tentara Sekutu pada tahun 1945, Pemerintah Belanda kembali ke Indonesia dengan membonceng pendaratan pasukan sekutu, yang kemudian menduduki negeri kita kembali.
 
'''ZAMAN KEMERDEKAAN'''
 
Pada awal kemerdekaan, tepatnya tanggal 19 Agustus 1945 sehari setelah Undang-undang Dasar 1945 disahkan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI telah mengeluarkan ketetapan, antara lain : Pembagian wilayah Indonesia untuk sementara terdiri 8 (delapan) propinsi, yang masing-masing wilayah dikepalai oleh seorang Gubernur. Kedelapan propinsi tersebut : Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil.
 
Pada tanggal 02 September 1945 untuk pertama kannya diangkat Ir. Pangeran Muhammad Noor sebagai Gubernur Kalimantan yang pada waktu itu disebut Borneo. Kedudukan propinsi tersebut hanya sebagai daerah administrasi yang merupakan kepanjangan tangan pemerintah pusat. Demikian selanjutnya bentuk pemerintahan telah mengalami beberapa kali pergantian seiring masuknya kembali Belanda “NICA” ke tanah air, serta perubahan bentuk negara dari Republik Indonesia Serikat yang kemudian kembali lagi ke Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950.
 
Pada priode pemerintahan diatas, Sarkawi juga megalami beberapa kali pergantian jabatan yang kemudian menghantarkan beliau menjadi Gubernur pertama Kalimantan Selatan. Adapun catatan formal riwayat karier beliau tertulis. sebagai berikut :
 
31.01.1946 Sebagai Districtdhoofd di Kaloea dengan gajih sebesar 250,-
 
22.11.1946 Berdasarkan keputusan Resident Zuid Borneo No. 4881/11/2 beliau diangkat menjadi Kiai Kepala di Barabai.
 
27.09.1947 Menjadi Kiai Kepala di Koeala Kapoeas berdasarkan surat No. 68/1/24/GDR dari Groot Dayak Raad.
 
25.05.1950 Wakil Kiai Kepala Kelas atas Afdeeling Banjarmasin sesuai surat No. 1063 Menteri Dalam Negeri RIS, enam bulan kemudian menjadi Kiai Kepala.
 
Sejak terjadinya perubahan ketatanegaraan dari RIS menjadi Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia "NKRI", maka pada tanggal 02 Desember 1950 Gubernur Kalimantan mengangkat dan melantik. Pejabat Bupati Hulu Sungai pertama SARKAWI dan anggota Dewarn Pemerintah Rakyat Daerah Sementara "DPDS" berdasarkan basil pemilihan itu, pada tanggal 09 Desember 1950 ditetapkan dalam sidang DPRDS 5 orang  anggota DPDS, yaitu H. Murhan, H. Darham Hidayat, Abdulhamidan, Bazsyuja dan Hasbullah sedangkan ketuanya sesuai UU No. 22 tahun 1948 diketuai oleh Bupati yang dalam hal ini dijabat oleh SARKAWI.
 
Pada tahun 1954, tepatnya tanggal 01 Oktober 1954 berdasarkan Surat Keputtisan Menteri Dalam Negeri No. 240/M, Sarkawi kembali dipercaya menjadi Resider Kalimantan Selatan yang berkedudukan di Banjarmasin dan kemudian ketika Undang-undang No. 25 tahun 1956 tentang pembagian propinsi Kalimantan menjadi 3 (tiga) propinsi, yaitu : Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, setahun kemudian Sarkawi diangkat menjadi Acting Gubernur Kalimantan Selatan.
 
Selanjutnya pada tanggal 10 Januari 1957 di Banjarmasin diadakan serah terima jabatan dari Gubernur Kalimantan RTA Milono kepada Sarkawi selaku Acting Gubernur Kalimantan Selatan menjadi Gubernur Kalimantan Selatan yang ditetapkan kemudian berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 504/m/Tahun 1957, tertanggal 26 September 1957. Pengangkatan SARKAWI ini merupakan Gubernur pertama Kalimantan Selatan.
 
'''SARKAWI SOSOK PEMIMPIN SEDERHANA'''
 
Gubernur Kdh. Tk. I Kalimantan Selatan Ir. H. M. Said mengungkapkan, mantan Gubernur Kalimantan Selatan almarhum H. Sarkawi adalah sosok pemimpin yang sangat sederhana. Kesederhanaan itu tampak dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam rumah tangga maupun dalam pergaulan semasa hidupnya Gubernur mengutarakan kesan dan kenangan tersebut, ketika dilangsungkan ''haul,'' ke 25 tahun 1993 almarhum H. Sarkawi, di jalan S. Parman No. 22 Banjarmasin, Rabu malam (6/6) kemarin.
 
Hadir pada haulan tersebut, mantan Gubernur H. M. Maksid, H. Soebardjo dan tokoh pejuang Kalimantan Selatan H. Firmansyah. Selain itu. tunn pula hadir Wakil Gubernur Kalimantan Selatan Drs. H. Gt. Hasan Aman, Sekwilda Tk. Kalimantan Selatan Drs. H. Sjahrir YP dan undangan lainnya.
 
Gubernur Kalimantan Selatan yang didampingi Ny. Hj. Noor Latifah Said lebih lanjut mengatakan almarhum H. Sarkawi semasa menjabat Kepala Daerah, banyak berjuang dan mengabdi pada kepentingan ban2sa dan negara, tennarna pembangunan di daerah ini.
 
"Untuk itu pada peringatan haul ke-25 ini, marilah kita teladani sepak terjang dan perjuanzan almarhum", ujar Gubernur Said.
 
Selain itu, kita juga dituntut untuk lebih banyak menelah riwayat perjuangannva "Terus terang saya juga waktu itu masih kanak-kanak, namun saya tahu persis sifat kesederhanaan itu, karena putra tertua almarhum yaitu Husain Sarkawi satu sekolah dengan saya", kata Said.
 
Selain sederhana hidupnya juga bersifat mengayomi terhadap yang muda "Almarhum sering memberi ''wejangan'' nasehat kepada kami", ujarnya. Karena sifat dan karakteristik itu, ditunjang pula kegigihan dalam memperjuangkan bangsa dan negara ini, maka almarhum dijuluki sebagai "Bapak Pemuda".
 
''(Banjarmasin Post,'' 06 Juni 1993)
 
'''SARKAWI DALAM PEMBANGUNAN'''
 
Semasa beliau menjabat di pemerintahan telah banyak peran beliau dalam membangun Bumi Kalimantan Selatan, disamping membangun "Balai Pemuda" yang cukup monumental dalam sejarah kepemudaan di daerah, menurut catatan terdapat juga beberapa bangunan seperti : jembatan 9 Nopember di Pasar Lama, pembangunan Perurnahan Pegawai di Banjarbaru dan lain-lainnya.
 
'''Perkampungan Pelajar Mulawarman'''
 
Di Kalimantan, Banjarmasin atas usaha dari Gubernur RTA Milono dan dibantu oleh Residen R.A Aflus, Gubernur Sarkawi, M. Agus Ibrahim dan beberapa tokoh di Kalimantan, dimana melalui tanah dari rawa-rawa, kini menjadi suatu Perkampungan Pelajar yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan khususnya, masyarakat Indonesia pada umumnya.
 
Bagian pertama dari perkampungan ini dibuka pada tahun 1954. Dan penulis yakin jiwa perkampungan pelajar mulawarman ini, akan tetap mengobaikan semangat para pecinta kemajuan dan pengajar di Kalimantan dan akan menjadi pelopor yang utama dimana nama-nama tokoh Gubernur Milono, RA Aflus, Sarkawi, A. Sinaga, Hutapea, Tundan, Sjachran Husin dan lain-lainnya tidak akan dapat dilupakan dalam sejarah Kalimantan. (Tjilik Riwut, 20 Nopember 1954, Harian Indonesia Merdeka).
 
'''Pelabuhan Trisakti'''
 
Pelabuhan ini  dibangun berdasarkan rencana Dr. Moerdjani almarhum dan diteruskan masa Gubernur RTA Milono, Gubernur Sarkawi, Gubernur H. Maksid, merupakan pelabuhan yang terbesar di Kalimantan dan akhirnya secara berturut-turut dibangunlah pelabuhan baru tersebut, dan pada tanggal 11 Pebruari 1956 ditandatanganilah suatu kontrak induk untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pembangunan tersebut oleh pemerintah RI dengan pemborong Perancis “CITRA'” (Compagnie Industrielle de Trevaux) yang meliputi 8 proyek pembangunan dan salah satu kontrak pelaksanaan ditandatangani 02 Juni 1956 di Jakarta (Tjilik Riwut, Kalimantan Membangun, 02 Pebruari i 979).
 
'''Gotong Royoug Ala Sarkawi'''
 
Ada cerita sederhana yang sangat menarik dan patut ditauladani dalarn kepemimpinan Sarkawi, hal ini terjadi pada tahun 1958, ketlka ite beliau menjabat sebagai Acting Gubernur di Kalimantan Selatan dan berkesempatan mengunjungi daerah Bati-bati, Tanah Laut. Pada kunjungan tersebut, Pembekal dan tokoh masyarakat setempat mengeluh kondisi pengairan di daerahnya, dimana sungai-sungai kecil yang merupakan urat nadi perekonomian mereka tersumbat oleh gulma-gulma dan tebangan kayu, sehingga mobilisasi arus barang dan orang turut terhambat.
 
Menanggapi keluhan rakyatnya, maka Sarkawi berjanji akan datang kembali ke daerah tersebut pada hari minggu depan untuk membersihkan aliran yang tersumbat sambil mengadakan `Bamasakan'. Kemudian pada hari sabtunya sebelum waktu yang dijanjikan, Sarkawi menyuruh sopirnya yang bernama Muksin untuk menemui saudara H. Ramli yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Urusan Bahan Makanan (YUBM), kalau sekarang semacam BULOG untuk minta bantuan beras sebanyak 200 Kg atau 2 karung.
 
Pada hari minggunya, dengan mengendari mobil sedan Bell air DA 1 yang dikemudikan oleh Muksin tepat pukul 07.30 Wita Sarkawi dan rombongan telah tiba di Bati-bati, dan di sana telah banyak berkumpul warga desa, namun dalam kerumunan warga tidak terdapat pembekal Bati-bati. Kemudian ketika Pembekal telah datang, maka mulailah beliau memberikan sambutan secara informal di hadapan rakyatnya, bahwa sesuai dengan janji, maka pada hari kita semua akan melaksanakan bamasakan sambil bergotong membersihkan gulma serta kotoran yang menutupi sungai.
 
== Referensi ==