Stasiun Banda Aceh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 25:
Berbeda dengan divisi lainnya dari SS, AT/ASS mengusung lebar sepur 750 mm karena diklaim lebih murah dan tidak memakan banyak tanah. Hambatan yang terjadi terkait pengembangan kereta api di Aceh adalah adanya feodalisme politik Islam yang masih kuat di Aceh. Akibatnya, terjadi [[perang Aceh|perang]] melawan kolonialisme Belanda yang berkecamuk pada tahun 1873 hingga 1904 ketika jalur ini masih dikembangkan.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/47696825|title=Engineers of happy land : technology and nationalism in a colony|last=Rudolf.|first=Mrázek,|date=2002|publisher=Princeton University Press|isbn=0691091617|location=Princeton, N.J.|oclc=47696825}}</ref> Oleh karena itulah, pembangunan jalur ini harus dikebut agar dapat mewujudkan program kerja SS, yaitu hubungan AT dengan DSM.
Stasiun dan jalur kereta api ini akhirnya resmi ditutup tahun
Bangunan stasiun ini hilang dan berubah menjadi taman kota. Untuk menandai bekas stasiun, saat ini telah ada monumen kereta api di Banda Aceh. [[BB8|Lokomotif BB84]] berserta sebuah gerbong dipajang di monumen tersebut. Letaknya persis di seberang stasiun.<ref>{{Cite news|url=http://acehplanet.com/monumen-kereta-api/|title=Monumen Kereta Api - Aceh Planet|date=2014-12-19|newspaper=Aceh Planet|language=en-US|access-date=2018-05-31}}</ref>
|