Kasongan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Umarwarkop (bicara | kontrib)
Umarwarkop (bicara | kontrib)
Baris 6:
== Sejarah ==
Kasongan mulanya merupakan tanah persawahan milik penduduk desa di selatan [[Yogyakarta]]. Pada [[Masa Penjajahan Belanda]] di Indonesia, di daerah persawahan milik salah satu warga tersebut ditemukan seekor kuda yang mati. [[Kuda]] tersebut diperkirakan milik Reserse Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian tidak diakuinya lagi. Ketakutan serupa juga terjadi pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi seorang pengrajin [[keramik]] yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.
 
Sejak tahun [[1971]]-[[1972]], Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. [[Sapto Hudoyo]] (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni dan komersial bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan nilai [[ekonomi]] yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersialkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun [[1980-an]].
 
== Desa Wisata ==