Kadipaten Panjalu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Duke Fajar (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Duke Fajar (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 159:
Sanghyang Cakradewa mempunyai enam orang anak yaitu: 1) Sanghyang Lembu Sampulur II, 2) '''Sanghyang Borosngora''', 3) Sanghyang Panji Barani, 4) Sanghyang Anggarunting, 5) Ratu Mamprang Kancana, dan 6) Ratu Pundut Agung (diperisteri Maharaja Sunda). Petilasan Prabu Sanghyang Cakradewa taerdapat di Cipanjalu.
=== '''7. Prabu Sanghyang Lembu Sampulur II.''' ===
Lembu Sampulur II naik tahta menggantikan Cakradewa, akan tetapi ia kemudian hijrah dan mendirikan kerajaan baru di Cimalaka Gunung Tampomas (Sumedang).
=== '''8. Prabu Sanghyang Borosngora.''' ===
Borosngora naik tahta Panjalu menggantikan posisi kakaknya, ia kemudian membangun keraton baru di Nusalarang. Adiknya yang bernama Sanghyang Panji Barani diangkat menjadi Patih Panjalu. Borosngora mempunyai dua orang putera yaitu: 1) Hariang Kuning dan 2) '''Hariang Kancana.''' Petilasan Prabu Sanghyang Borosngora terdapat di Jampang Manggung ([[Kabupaten Sukabumi|Sukabumi]]), sedangkan petilasan Sanghyang Panji Barani terdapat di Cibarani (Banten).
=== '''9. Prabu Hariang Kuning.''' ===
Hariang Kuning menggantikan Borosngora menjadi Raja Panjalu, akibat kesalahpahaman dengan adiknya yang bernama Hariang Kancana sempat terjadi perseteruan yang akhirnya dapat didamaikan oleh Guru Aji Kampuh Jaya dari Cilimus. Hariang Kuning kemudian mengundurkan diri dan menyerahkan tahta Panjalu kepada Hariang Kancana. Hariang Kuning di akhir hayatnya menjadi Raja di Kawasen, jasadnya dibawa pulang ke Panjalu dan dimakamkan di Kapunduhan Cibungur, [[Kertamandala, Panjalu, Ciamis|Desa Kertamandala]], [[Panjalu, Ciamis|Kecamatan Panjalu]].
=== '''10. Prabu Hariang Kancana.''' ===
Hariang Kancana melanjutkan tahta Panjalu dari kakaknya, ia memindahkan keraton dari Nusa Larang ke Dayeuh Nagasari. Hariang Kancana mempunyai dua orang putera yaitu: 1) '''Hariang Kuluk Kukunangteko''', dan 2) Hariang Ageung. Prabu Hariang Kancana setelah mangkat dipusarakan di Nusa Larang Situ Lengkong.
'''11.
=== Prabu Hariang Kuluk Kukunangteko''' === Kuluk Kukunangteko menggantikan Hariang Kancana menduduki tahta Panjalu, ia didampingi oleh adiknya yang bernama Hariang Ageung sebagai Patih Panjalu. Kuluk Kukunangteko mempunyai seorang putera bernama Hariang Kanjut Kadali Kancana. Pusara Hariang Kuluk Kukunangteko terletak di Cilanglung, Simpar, Panjalu.
'''12.
=== Prabu Hariang Kanjut Kadali Kancana.''' === Kanjut Kadali Kancana menggantikan ayahnya sebagai Raja Panjalu, ia mempunyai seorang putera bernama Hariang Kadacayut Martabaya. Kanjut Kadali Kancana setelah mangkat dipusarakan di Sareupeun Hujungtiwu, Panjalu.
'''13.
=== Prabu Hariang Kadacayut Martabaya.''' === Hariang Kadacayut Martabaya naik tahta menggantikan ayahnya, ia mempunyai seorang anak bernama Hariang Kunang Natabaya. Kadacayut Martabaya jasadnya dipusarakan di Hujungwinangun, Situ Lengkong Panjalu.
'''14.
=== Prabu Hariang Kunang Natabaya.''' ===
Hariang Kunang Natabaya menduduki tahta Panjalu menggantikan ayahnya, ia menikah dengan Nyai Apun Emas. Nyai Apun Emas adalah anak dari Nyai Tanduran di Anjung yang menikah dengan Prabu di Galuh Cipta Permana ([[1610]]-[[1618]]), jadi Apun Emas adalah saudari dari
'''15.
=== Raden Arya Sumalah.''' === Arya Sumalah naik tahta Panjalu bukan sebagai Raja, tapi sebagai adipati di bawah kekuasaan Mataram. Ia menikah dengan Ratu Tilarnagara puteri dari Adipati Talaga yang bernama Sunan Ciburuy atau yang dikenal juga dengan nama Pangeran Surawijaya, dari pernikahannya itu Arya Sumalah mempunyai dua orang anak, yaitu: 1) Ratu Latibrang Sari dan 2) Raden Arya Wirabaya.▼
▲Arya Sumalah naik tahta Panjalu bukan sebagai Raja, tapi sebagai adipati di bawah kekuasaan Mataram. Ia menikah dengan Ratu Tilarnagara puteri dari Adipati Talaga yang bernama Sunan Ciburuy atau yang dikenal juga dengan nama Pangeran Surawijaya, dari pernikahannya itu Arya Sumalah mempunyai dua orang anak, yaitu: 1) Ratu Latibrang Sari dan 2) Raden Arya Wirabaya. Arya Sumalah setelah wafat dimakamkan di Buninagara Simpar, Panjalu.
'''16. Raden Arya Sacanata bergelar Pangeran Arya Sacanata atau Pangeran Arya Salingsingan.▼
'''16.
'''
Raden Arya Sumalah wafat dalam usia muda dan meninggalkan putera-puterinya yang masih kecil. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan di
'''17.
▲'''17. Raden Arya Wirabaya.'''
Sewaktu Sunan Amangkurat I berkuasa ([[1645]]-[[1677]]) pada sekitar tahun [[1656]]-[[1657]] wilayah Mataram Barat dibagi menjadi dua belas ''ajeg'' (daerah setingkat kabupaten) serta menghapuskan jabatan Wedana Bupati Priangan, keduabelas ajeg itu adalah: Sumedang, Parakan Muncang, Bandung, Sukapura, Karawang, Imbanagara, Kawasen, '''Wirabaya''', Sindang Kasih, Banyumas, Ayah (Dayeuhluhur) dan Banjar. Ketika itulah Arya Wirabaya diangkat oleh Sunan Amangkurat I menjadi Bupati Panjalu atau Ajeg Wirabaya menggantikan Arya Sacanata. Arya Wirabaya mempunyai seorang putera yang bernama Raden Wirapraja, setelah wafat jasad Arya Wirabaya dimakamkan di Cilamping, Panjalu.
'''18.
=== Raden Tumenggung Wirapraja.''' === Raden Wirapraja menggantikan ayahnya menjadi Bupati Panjalu dengan gelar Raden Tumenggung Wirapraja. Pada masa pemerintahannya kediaman bupati dipindahkan dari Dayeuh Nagasari ke Dayeuh Panjalu. Tumenggung Wirapraja setelah mangkat dimakamkan di Kebon Alas Warudoyong, Panumbangan.
'''19.
=== Raden Tumenggung Cakranagara I.''' === Salah seorang putera Arya Sacanata yang bernama Arya Wiradipa memperisteri Nyi Mas Siti Zulaikha puteri Tandamui dari Cirebon, bersama kerabat dan kawulabaladnya dari keraton Talaga mendirikan pemukiman yang sekarang menjadi Desa Maparah, Panjalu. Dari pernikahannya itu Arya Wiradipa mempunyai empat orang anak, yaitu: 1) Raden Ardinata, 2) Raden Cakradijaya, 3) Raden Prajasasana, dan 4) Nyi Raden Ratna Gapura. Raden Prajasasana yang setelah dewasa dikenal juga dengan nama Raden Suragostika mengabdi sebagai pamong praja kepada Pangeran Arya Cirebon (1706-1723) yang menjabat sebagai Opzigter (Pemangku Wilayah) VOC untuk Wilayah Priangan dan karena kinerjanya yang baik, Raden Suragostika kemudian diangkat Pangeran Arya Cirebon menjadi Bupati Panjalu dengan gelar Raden Tumenggung Cakranagara I menggantikan Tumenggung Wirapraja. Tumenggung Cakranagara I memperisteri Nyi Raden Sojanagara puteri Ratu Latibrang Sari (kakak Arya Wirabaya) sebagai garwa padmi (permaisuri) dan menurunkan tiga orang putera, yaitu: 1) '''Raden Cakranagara II''', 2) Raden Suradipraja, dan 3) Raden Martadijaya. Sementara dari garwa ampil (isteri selir) Tumenggung Cakranagara I juga mempunyai empat orang puteri, yaitu: 1) Nyi Raden Panatamantri, 2) Nyi Raden Widaresmi. 3) Nyi Raden Karibaningsih, dan 4) Nyi Raden Ratnaningsih. Tumenggung Cakranagara I setelah wafat dimakamkan di Cinagara, Simpar.
'''20.
=== Raden Tumenggung Cakranagara II.''' === Raden Cakranagara II menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Bupati Panjalu dengan gelar Raden Tumenggung Cakranagara II, sedangkan adiknya yang bernama Raden Suradipraja diangkat menjadi Patih Panjalu dengan gelar Raden Demang Suradipraja. Tumenggung Cakranagara II mempunyai enam belas orang anak dari garwa padmi dan isteri selirnya, keenambelas putera-puterinya itu adalah: 1) Nyi Raden Wijayapura, 2) Nyi Raden Natakapraja, 3) Nyi Raden Sacadinata, 4) Raden Cakradipraja, 5) Raden Ngabei Angreh, 6) '''Raden Dalem Cakranagara III''', 7) Nyi Raden Puraresmi, 8) Nyi Raden Adiratna, 9) Nyi Raden Rengganingrum, 10) Nyi Raden Janingrum, 11) Nyi Raden Widayaresmi, 12) Nyi Raden Murdaningsih, 13) Raden Demang Kertanata, 14) Raden Demang Argawijaya, 15) Nyi Raden Adipura, dan 16) Nyi Raden Siti Sarana. Tumenggung Cakranagara II setelah wafat dimakamkan di Puspaligar, Panjalu.
'''21.
=== Raden Tumenggung Cakranagara III.''' === Tumenggung Cakranagara III menggantikan posisi ayahnya sebagai Bupati Panjalu. Pada tahun [[1819]] Pemerintah [[Hindia-Belanda]] dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Baron Van der Capellen ([[1816]]-[[1836]]) mengeluarkan kebijakan untuk menggabungkan Kabupaten Panjalu dan Kabupaten Kawali kedalam Kabupaten Galuh. Berdasarkan hal itu maka Tumenggung Cakranagara III dipensiunkan dari jabatannya sebagai Bupati Panjalu dan sejak itu Panjalu menjadi daerah kademangan (setingkat wedana) di bawah Kabupaten Galuh. Pada tahun yang sama Bupati Galuh Wiradikusumah digantikan oleh Adipati Adikusumah (1819-1839) sementara itu di tahun yang sama pula putera tertua Tumenggung Cakranagara III yang bernama Raden Sumawijaya diangkat menjadi Demang (Wedana) Panjalu dengan gelar '''Raden Demang Sumawijaya''', sedangkan putera ketujuh Tumenggung Cakranagara III yang bernama Raden Cakradikusumah diangkat menjadi Wedana Kawali dengan gelar Raden Arya Cakradikusumah. Tumenggung Cakranagara III mempunyai dua belas orang putera-puteri, yaitu: 1) Raden Sumawijaya (Demang Panjalu), 2) Raden Prajasasana Kyai Sakti (Nusa Larang, Panjalu), 3) Raden Aldakanata, 4) Raden Wiradipa, 5) Nyi Raden Wijayaningrum, 6) Raden Jibjakusumah, 7) Raden Cakradikusumah (Wedana Kawali), 8) Raden Cakradipraja, 9) Raden Baka, 10) Nyi Raden Kuraesin, 11) Raden Raksadipraja (Kuwu Ciomas, Panjalu), dan 12) Raden Prajadinata (Kuwu Maparah, Panjalu). Tumenggung Cakranagara III wafat pada tahun 1853 dan dipusarakan di Nusa Larang Situ Lengkong Panjalu berdekatan dengan pusara Prabu Hariang Kancana putera Prabu Sanghyang Borosngora.
'''22.
=== Raden Demang Sumawijaya.''' === Raden Sumawijaya pada tahun 1819 diangkat menjadi Demang Panjalu dengan gelar Raden Demang Sumawijaya. Ia mempunyai tiga orang anak, yaitu: 1) Raden Aldakusumah, 2) Nyi Raden Asitaningsih, dan 3) Nyi Raden Sumaningsih. Demang Sumawijaya setelah wafat dimakamkan di Nusa Larang Situ Lengkong Panjalu.
'''23.
=== Raden Demang Aldakusumah.''' === Raden Aldakusumah menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Demang Panjalu dengan gelar Raden Demang Aldakusumah, ia mempunyai empat orang anak, yaitu: 1)''' Raden Kertadipraja''' (Reumalega, Panjalu), 2) Nyi Raden Wijayaningsih, 3) Nyi Raden Kasrengga (Reumalega, Panjalu), dan 4) Nyi Raden Sukarsa Karamasasmita (Reumalega, Panjalu). Semantara itu adik sepupunya yang bernama Raden Argakusumah (putera Wedana Kawali Raden Arya Cakradikusumah) diangkat menjadi Bupati Dermayu (sekarang Indramayu) dengan gelar Raden Tumenggung Cakranagara IV. Raden Demang Aldakusumah dan Raden Tumenggung Argakusumah (Cakranagara IV) setelah wafatnya dimakamkan di Nusa Larang Situ Lengkong Panjalu. Putera tertua Demang Aldakusumah yang bernama Raden Kertadipraja tidak lagi menjadi Demang Panjalu karena Panjalu kemudian menjadi sebuah kecamatan di Kabupaten Galuh.
|